Semen luting dan mekanisme perlekatan

32 mengandung bagian yang hydrophobic yang menghasilkan penggabungan dengan bahan restorasi berbasis resin atau semen resin. Bahan bonding diaplikasikan pada permukaan suatu benda agar benda dapat melekat, bertahan dari pemisahan, dan menyebarluaskan beban melalui perlekatannya Ferrari, 2008. Penelitian melaporkan penggunaan sistem adhesif total etch pada sistem pasak adhesif karena pada sistem ini dilakukan pencucian setelah proses etsa yang dapat menghilangkan smear layer, dimana keberadaan smear layer sangat berpengaruh terhadap perlekatan dengan dentin. Penggunaan self etch pada sistem adhesif pasak juga dapat digunakan. Dengan memanfaatkan aktivasi secara kimia memberikan keuntungan bila untuk sementasi pada daerah yang tidak dapat cahaya polimerisasi seperti di dalam saluran akar. Akan tetapi smear layer yang ada hanya dimodifikasi untuk mendapatkan bond strength yang optimal Robenson dkk., 2006. Simonetti dkk. 2008 dalam penelitiannya mengenai kemampuan sealing dari semen luting resin pada pasak fiber yang menggunakan total etch dan self etch menunjukkan tidak ada perbedaan pembentukan resin tag pada kelompok sepertiga koronal dan sepertiga tengah saluran, begitupun penggunaan total etch terlihat pembentukan resin tag pada kelompok sepertiga apikal.

2.4.2 Semen luting dan mekanisme perlekatan

Kehilangan retensi pada pasak di saluran akar adalah kegagalan yang paling banyak terjadi. Salah satu faktor yang mempengaruhi retensi pada pasak adalah semen luting dan interaksi antara pasak-inti, pasak-semen, dan dentin-semen Universitas Sumatera Utara 33 Gambar 2.13. Pengaruh dari beberapa semen seperti zinc phosphate, polycarboxylate, glass ionomer, dan resin semen terhadap retensi pasak dan resistansi terhadap fraktur pada gigi yang dirawat endodonti, telah diteliti lebih jauh. Walaupun data-data penelitian tidak menyatakan semen luting yang satu lebih baik daripada yang lain, masing-masing semen luting memiliki keuntungan dan kerugian Le Bell- Rönnlöf, 2007. Zinc phosphate cement berikatan melalui proses interlocking mekanikal terhadap ketidakteraturan dentin. Tetapi kerugiannya adalah semen ini memiliki perlekatan yang kurang baik terhadap struktur gigi, mengiritasi pulpa, dan tidak memiliki sifat anticariogenic. Polycarboxylate semen memiliki sifat retentif yang lebih kecil dibandingkan zinc phosphate dan semen glass ionomer. Semen glass ionomer telah digunakan pada sementasi pasak metal. Keuntungannya adalah mudah Dentin-Luting Cement Post-Luting Cement Post-Core Gambar 2.13. Perlekatan Sistem Pasak dan Inti Le Bell-Rönnlöf, 2007 Universitas Sumatera Utara 34 digunakan, memiliki perlekatan yang baik dengan struktur gigi, dan memiliki sifat anticariogenic, tetapi kekurangannya adalah kekakuannya yang rendah dan bersifat rapuh Le Bell-Rönnlöf, 2007 Beberapa penelitian melaporkan untuk meningkatkan retensi pasak dengan menggunakan semen resin adhesif, tetapi penelitian lain tidak menganjurkan hal yang sama. Beberapa penelitian melaporkan semen jenis ini memiliki retensi dan resistansi yang lebih baik dibandingkan zinc phosphate semen. Modulus elastisitas semen resin mendekati dentin sehingga sangat baik digunakan untuk mendukung dinding akar yang tipis. Dalam penggunaannya, semen resin tidak baik untuk dikombinasikan dengan sealer yang berbasis eugenol, karena kontaminasi dentin dengan eugenol memiliki efek yang mengganggu semen resin, karena senyawa phenolic seperti eugenol menghalangi polimerisasi radikal bebas pada semen resin. Keberadaan eugenol pada dentin radikular mungkin menjadi alasan mengapa beberapa penelitian menghasilkan hasil yang tidak baik. Semen resin adhesif bersifat sensitif karena waktu kerjanya yang pendek. Selain itu, dibutuhkan kelembaban yang optimal untuk mendapatkan adhesi dan polimerisasi yang optimal, dimana hal ini akan sulit didapatkan pada sementasi pasak dengan ruang pasak yang dalam, dimana kontrol kelembaban sulit dilakukan. Le Bell-Rönnlöf, 2007; Terry, 2003. Semen resin dual cured direkomendasikan sebagai semen luting pada pasak fiber reinforced composite FRC. Hal ini dikarenakan semen resin memiliki daya tahan terhadap fraktur yang lebih tinggi dibandingkan dengan semen yang lainnya. Dentin saluran akar dietsa terlebih dahulu sehingga akan menghasilkan adhesi yang Universitas Sumatera Utara 35 lebih kuat. Hal ini disebabkan karena proses pengetsaan menyebabkan tubulus dentin terbuka dan kolagen fiber akan terekspos sehingga bahan bonding akan berpolimerisasi dengan tubulus dentin sehingga akan menghasilkan ikatan yang kuat. Komposisi resin-based cement hampir menyerupai resin-based composite filling materials matriks resin dengan inorganic fillers. Monomer yang tergabung di dalam semen resin digunakan untuk meningkatkan perlekatan ke dentin. Polimerisasi dapat dicapai dengan conventional peroxide-amine induction system self cure, autopolymerizble atau dengan light cure. Beberapa sistem menggunakan kedua mekanisme tersebut dan disebut sistem dual-cure. Dual cure dapat meningkatkan derajat konversi dari semen, dan sifat mekanis semen seperti modulus elastisitas dan kekerasan semen dapat diperbaiki Giachetti et al dikutip dari Le Bell-Rönnlöf, 2007 Mekanisme adhesi yang paling penting pada sementasi pasak adalah adhesi mekanik interlocking, adhesi kimia, dan interdiffusi. Adhesi mekanik adalah berdasarkan interlocking adhesif pada permukaan yang tidak teratur dari substrat. Adhesi kimia adalah berdasarkan ikatan kovalen ataupun ionik yang menghasilkan perlekatan adhesif yang kuat. Interdiffusi adalah berdasarkan difusi dari molekul polimer pada permukaan ke jaringan molekular permukaan yang lainnya. Mekanisme ini digunakan dalam perlekatan pasak pada saluran akar. Homogenitas mekanis dan integrasi dari interfasial yang berbeda adalah sesuatu yang penting pada sistem pasak Le Bell-Rönnlöf, 2007. Universitas Sumatera Utara 36

2.4.3 Smear layer dan hybrid layer

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator Pada Sistem Adhesif Untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 51 109

Perbedaan Celah Mikro Pasak Glass Prefabricated Fiber Reinforced Dan Pasak Pita Polyethylene Fiber Reinforced Dengan Menggunakan Sistem Adhesif Total- Etch (Penelitian In Vitro).

5 86 97

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

1 80 80

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

2 66 98

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 22

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 4

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 10

Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

0 0 37

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

0 0 9

CUSTOMIZED DARI BAHAN POLYETHYLENE FIBER REINFORCED DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK

0 1 20