Jenis dan Desain Rancangan Tempat dan Waktu Analisa data

47

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Rancangan

Jenis penelitian adalah Eksperimental Laboratorium Komparatif dengan rancangan posttest only group design.

3.2 Tempat dan Waktu

Tempat : 1. Departemen Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi USU 2. Laboratorium pusat penelitian FMIPA USU 3. Laboratorium Kimia Dasar LIDA USU Waktu : 6 bulan

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi penelitian

Gigi-gigi premolar mandibula yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti.

3.3.2 Sampel penelitian

Gigi-gigi premolar mandibula yang telah diekstraksi dan diperoleh dari praktek dokter gigi di kotamadya Medan dengan kriteria inklusi sebagai berikut : 1. Mahkota gigi masih utuh 2. Tidak ada karies pada akar 3. Berakar satu dan memiliki satu saluran akar Universitas Sumatera Utara 48 4. Apeks gigi telah tertutup sempurna 5. Variasi ukuran diameter orifisi saluran akar tidak terlalu ekstrim 6. Ukuran pajang akar gigi dipilih diantara 16-17 mm

3.3.3 Besar sampel

Pada penelitian ini digunakan perhitungan besar sampel mengikuti metode Frederer dengan rumus sebagai berikut Hanafiah, 2003: t-1 r-1 ≥ 15 4-1 r-1 ≥ 15 3 r-1 ≥ 15 r-1 ≥ 5 r ≥ 6 Dari perhitungan di atas diperoleh r ≥ 6 artinya besar sampel untuk tiap kelompok ≥ 6 dan digenapkan menjadi 10 sampel, yaitu : Kelompok A : sampel yang telah dilakukan perawatan endodonti dan dilakukan pemasangan pasak polyethylene fiber reinforced dengan anyaman locked- sticthed threads dengan aplikasi wetting resin 10 sampel. Kelompok B : sampel yang telah dilakukan perawatan endodonti dan dilakukan pemasangan pasak polyethylene fiber reinforced dengan anyaman locked- sticthed threads dengan aplikasi flowable resin 10 sampel. t-1 r-1 ≥ 15 t = Kelompok perlakuan r = Jumlah Sampel Universitas Sumatera Utara 49 Kelompok C : sampel yang telah dilakukan perawatan endodonti dan dilakukan pemasangan pasak polyethylene fiber reinforced dengan anyaman braided dengan aplikasi wetting resin 10 sampel. Kelompok D : sampel yang telah dilakukan perawatan endodonti dan dilakukan pemasangan pasak polyethylene fiber reinforced dengan anyaman braided dengan aplikasi flowable resin terlebih dahulu 10 sampel. 3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.4.1 Variabel penelitian 3.4.1.1 Variabel Bebas a. Polyethylene fiber reinforced pita dengan pola anyaman braided b. Polyethylene fiber reinforced pita dengan pola anyaman locked-sticthed threads 3.4.1.2 Variabel Tergantung Fracture resistance pada restorasi pasak pasca perawatan endodonti. 3.4.1.3 Variabel Terkendali a. Konfigurasi anatomi orifisi berbentuk bulat b. Light cure selama 20 detik setiap 2 mm. c. Suhu dan proses thermocyling pada temperatur 5 C dan 55 C dengan 100 kali putaran dan didiamkan pada masing-masing temperatur selama 15 detik dan waktu transfer 5 detik. d. Teknik obturasi : teknik kondensasi lateral. Universitas Sumatera Utara 50 e. Larutan irigasi NaOCl 5 dengan volume 5 ml setiap pergantian instrumen. f. Pembuangan gutta-percha sampai menyisakan ruang pasak 10 mm pada setiap sampel. g. Ketajaman diamond disc: pergantian diamond disc setiap 5 sampel. h. Teknik aplikasi resin komposit incremental vertical i. Sementasi luting resin dual cure dengan tehnik self ecth 3.4.1.4 Variabel Tak Terkendali a. Masajangka waktu pencabutan gigi premolar mandibula sampai perlakuan b. Ketebalan dinding dentin saluran akar c. Mengalirnya semen luting resin ke dalam anyaman polyethylene fiber reinforced post d. Jumlah smear layer e. Kontraksi polimerisasi resin komposit Universitas Sumatera Utara 51

3.4.2 Identifikasi variabel penelitian

1.4.3. Defenisi Operasional 3.4.3 Defenisi Operasional Variabel Bebas • polyethylene fiber reinforced anyaman pita braided • polyethylene fiber reinforced anyaman locked-sticthed threads Variabel Tergantung Fracture resistance pada restorasi pasak pasca perawatan endodonti Variabel Tak Terkendali • Masajangka waktu pencabutan gigi premolar mandibula sampai perlakuan • Ketebalan dinding dentin saluran akar • Mengalirnya semen luting resin ke dalam anyaman polyethylene fiber reinforced post • Jumlah smear layer • Kontraksi polimerisasi resin komposit • Umur gigi Variabel Terkendali • Konfigurasi anatomi orifisi berbentuk bulat • Light cure selama 20 detik setiap 2 mm. • Suhu dan proses thermocyling pada temperatur 5 C dan 55 C dengan 50 kali putaran dan didiamkan pada masing-masing temperatur selama 30 detik dan waktu transfer 10 detik • Teknik obturasi : teknik kondensasi lateral. • Larutan irigasi NaOCl 5 dengan volume 5 ml setiap pergantian instrument. • Pembuangan gutta-percha sampai menyisakan ruang pasak 10 mm pada setiap sampel. • Ketajaman diamond disc : pergantian diamond disc setiap 5 sampel. • Teknik aplikasi resin komposit incremental vertical • Semen luting resin dual cured dengan tehik self etch Universitas Sumatera Utara 52 NO VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR SKALA UKUR ALAT UKUR Variabel Bebas 1 Pasak customized polyethylene fiber reinforced composite anyaman pita braided jenis pasak yang dibentuk oleh suatu pita polyethylene fiber dan bersifat lunak pliableyang diimpregnasikan ke dalam saluran akar dengan semen luting resin, sehingga dapat terbentuk suatu pasak yang mengikuti morfologi saluran akar gigi. Bentuk jalinan anyaman serat fiber menyerupai kepangan braided. Ruang persiapan pasak = 10mm Ferrul = 2mm 10+2= 12mm Dikali 2= 24mm karena pita dimasuuka n dengan cara dilipat seperti hurif “V” Ratio Penggaris mm 2 Pasak customized polyethylene fiber reinforced composite anyaman pita locked-sticthed threads Bentuk jalinan anyaman serat fiber locked-sticthed threads Ruang persiapan pasak = 10mm Ferrul = 2mm 10+2= 12mm Dikali 2= 24mm karena pita dimasukan dengan cara dilipat seperti hurif “V” Ratio Penggaris mm Universitas Sumatera Utara 53 NO VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL HASIL UKUR SKALA UKUR ALAT UKUR Variabel Tergantung 1 Fracture resistance ketahanan restorasi pasak pasca endodonti sampai terjadinya fraktur saat diberi tekanan searah aksial gigi dengan kecepatan 0,5 mmmenit dengan menggunakan alat uji tekan Torsee’s Universal Testing Machine. Dalam satuan Kgf kemudian satuan diubah ke Newton Ratio Torsee’s Universal Testing Machine

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat penelitian Gambar 3.1 1 Disc bur Dentorium International, USA 2 Masker dan handscund 3 Penggaris 4 High speed bur 5 Bur intan untuk high speed bur Edenta, Swedia 6 Bur bulat 12 dan Bur fissure 12 7 Air syringe 8 K-file 15 - 40 dan 45- 80 FKG dentaire, Swiss 9 Spuit 5 ml untuk irigasi Terumo, Filiphina Universitas Sumatera Utara 54 Gambar 3.1. Alat dan Bahan untuk Pembuatan Pasak 10 Bur peeso reamer 2 FKG dentaire, Swiss 11 Jarum ekstirpasi FKG dentaire, Swiss 12 Pinset, sonde lurus, lekron SMIC, China 13 Plugger hand FKG dentaire, Swiss 14 Spreader hand FKG dentaire, Swiss 15 Spreader instrument FKG dentaire, Swiss 16 Bonding aplikator 17 Glass slab 18 Paper slab dan pengaduk plastik 19 Lampu spiritus Universitas Sumatera Utara 55 20 Semen spatel SMIC, China 21 Gunting khusus pemotong pita fiber reinforced 22 Lentulo spiral FKG Dentaire, Swiss 23 Plastis instrument SMIC, China 24 LED light curing unit Mr. Light, panjang gelombang: 430-480 nm 25 Enhance bur 26 Bais sebagai penahan gigi ketika melakukan pemotongan mahkota 27 Bur khusus 28 Pot dan pengaduk akrilik 29 Kuas untuk mengoleskan bahan separator Vaseline 30 Cetakan balok akrilik, terbuat dari kaca berukuran 6x3x3 cm sehingga spesimen dapat dimasukkan ke dalam alat uji tekan 31 Spuit 10 ml untuk cetakan penanaman sampel ke dalam akrilik, 32 Water bath, sebagai alat pengganti thermocycling Memmert, Germany 33 Thermometer 34 Alat uji tekan Torsee’s Universal Testing Machine, Tokyo Japan

3.5.2 Bahan penelitian

1 Empat puluh gigi premolar mandibula berakar satu yang telah diekstraksi 2 Larutan saline 3 Larutan Saliva ph 6,8 4 NaOCl 5 Kimia Farma, Indonesia , untuk bahan irigasi saluran akar Universitas Sumatera Utara 56 5 Paper point ,untuk mengeringkan saluran akar Dia Dent, France 6 Gutta-percha, sebagai bahan pengisi saluran akar Diadent, France 7 Sealer based resin AH 26 , Densptply 8 Wetting resin Ribbond 9 Flowable resin 3M 10 Polyethylene fiber reinforced post anyaman braided CONTRUCT,KERR Gambar 3.2 11 Polyethylene fiber reinforced post anyaman locked stiched treads RIBBOND, USA Gambar 3.3 Gambar 3.2 Polyethylene Fiber Reinforced Post Anyaman Braided Gambar 3.3. Polyethylene Fiber Reinforced Post Bentuk Anyaman Locked Stiched Treads Universitas Sumatera Utara 57 12 Resin luting cement dual cured ParaCore, Coltene Whaledent 13 Sistem adhesif Self Ecth Parabond, Coltene Whaledent 14 Resin komposit RK Filtek P60 15 Bahan separator Vaseline untuk bahan yang dioleskan pada permukaan cetakan yang berkontak dengan akrilik pada saat penanaman 16 Self curing acrylic untuk penanaman sampel 3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Persiapan sampel

Sampel sebanyak 40 buah gigi premolar mandibula yang telah diekstraksi direndam di dalam larutan saline kemudian dikelompokkan menjadi empat kelompok, kelompok A,B,C,dan D dengan masing-masing terdiri dari 10 sampel. Setiap sampel diukur panjang gigi untuk menentukan panjang kerja yaitu sesuai dengan panjang gigi masing-masing sampel. Kemudian dilakukan pemotongan mahkota gigi dengan disc bur 2 mm di atas batas cemento enamel junction Gambar 3.4. Setelah itu semua sampel ditanam pada balok gips untuk memudahkan dalam pengerjaan sampel.

3.6.2 Perawatan endodonti

Setelah dilakukan pemotongan terhadap mahkota gigi, maka selanjutnya adalah preparasi atap pulpa yang telah terbuka dengan menggunakan bur intan fissure 12 untuk mendapatkan akses yang lurus ke saluran akar. Dinding kamar pulpa dibuat sejajar dengan aksis panjang gigi. Universitas Sumatera Utara 58 Kemudian dilakukan ekstirpasi pada jaringan pulpa yang melekat pada dinding saluran akar dengan jarum ekstirpasi , kemudian diirigasi dengan larutan NaOCl 5. Selanjutnya saluran akar dipreparasi dengan teknik step back menggunakan K-file mulai dari Initial Apikal File IAF sesuai dengan panjang kerja gigi sampai didapatkan MAF Master Apical File, dilanjutkan dengan memakai file satu nomor lebih besar dari file utama dan panjang kerja dikurangi 1 mm. Tindakan ini diulang sampai lebih kurang tiga nomor lebih dan setiap peningkatan nomor selalu diikuti dengan rekapitulasi dan irigasi saluran akar, setelah selesai dikeringkan dengan menggunakan paper point. Kemudian saluran akar diobturasi dengan gutta-percha dan sealer dengan teknik kondensasi lateral. Setelah sealer mengeras, gutta-percha dibuang dengan cara dipreparasi dengan menggunakan peaso reamer sampai disisakan ruang pasak sepanjang 10 mm untuk seluruh sampel Gambar 3.5. Kemudian, sisa gutta-percha Gambar 3.4. Pengukuran Gigi 2 mm di atas CEJ sebagai Ferrule Universitas Sumatera Utara 59 yang masih tertinggal diirigasi dengan menggunakan spuit NaOCl 5 dan keringkan saluran akar dengan paper point.

3.6.3 Pemasangan pasak

Aplikasikan bahan non rinse conditioner ke seluruh permukaan dinding saluran akar selama 30 detik menggunakan aplikator dengan gerakan agitasi kemudian kelebihan bahan di dalam saluran akar diambil dengan paper point steril lalu dianginkan selama 2 detik. Campuran bahan bonding adhesive A dan B 1:1 diaplikasi dengan menggunakan aplikator selama 30 detik, kelebihan bahan di dalam saluran akar diambil dengan paper point steril kemudian dianginkan selama 2 detik. - Kelompok A: Gunting satu potong pita polyethylene fiber reinforced post dengan anyaman locked-sticthed threads dan potongan pita diaplikasikan wetting resin Gambar 3.6A. Kemudian masukkan resin luting cement ke dalam saluran akar dengan menggunakan jarum root canal tip sampai penuh. Gambar 3.5. Pembuangan Gutapercha untuk Persiapan Ruang Pasak Universitas Sumatera Utara 60 Gambar 3.6. Dua Jenis Wettability: A. Wetting Resin; B. Flowable Resin Gambar 3.7. Tahapan Pemasangan Pita Customized sebagai Pasak dan Inti Masukkan polyethylene fiber reinforced post ke dalam saluran akar dengan membentuk lipatan seperti huruf V dan ditekan dengan alat pluger ribbon khusus sampai disisakan pasak ini 2 mm di atas orifisi kemudian light cure selama 30 detik. Selanjutnya aplikasikan resin komposit diatas polyethylene fiber reinforced post yang berlebih dengan menggunakan instrument plastis kemudian light cure selama 20 A B Universitas Sumatera Utara 61 detik. Setelah itu gigi di build-up dengan resin komposit dengan teknik incremental kemudian di light cure selama 20 detik per 2 mm. Kemudian bentuk permukaan mahkota klinis gigi dengan menggunakan bur khusus Gambar 3.7. Lakukan tahap polishing pada gigi tersebut dengan enhance bur. - Kelompok B : Gunting satu potong pita polyethylene fiber reinforced post dengan anyaman locked-sticthed threads dan potongan pita diaplikasikan flowable Resin Gambar 3.6B . Kemudian masukkan resin luting cement ke dalam saluran akar dengan menggunakan jarum root canal tip sampai penuh. Polyethylene fiber reinforced post dimasukkan ke dalam saluran akar dengan membentuk lipatan seperti huruf V. Tekan dengan dengan alat pluger ribbon khusus sampai disisakan pasak ini 2 mm di atas orifisi kemudian light cure selama 40 detik. Selanjutnya aplikasikan resin komposit diatas polyethylene fiber reinforced post yang berlebih dengan menggunakan instrument plastis kemudian light cure selama 20 detik. Setelah itu gigi di build-up dengan resin komposit dengan teknik incremental kemudian di light cure selama 20 detik per 2 mm. Kemudian bentuk permukaan mahkota klinis gigi dengan menggunakan bur khusus. Lakukan tahap polishing pada gigi tersebut dengan enhance bur. - Kelompok C: Gunting satu potong pita polyethylene fiber reinforced post dengan anyaman braided. Pita polyethylene fiber reinforced yang telah dipotong diaplikasi dengan wetting resin cement. Masukkan polyethylene fiber reinforced post ke dalam saluran akar dengan membentuk lipatan seperti huruf V. Tekan dengan alat pluger ribbon khusus sampai disisakan pasak ini 2 mm di atas orifisi kemudian light cure selama 40 detik. Selanjutnya aplikasikan resin komposit diatas polyethylene Universitas Sumatera Utara 62 fiber reinforced post yang berlebih dengan menggunakan instrument plastis kemudian light cure selama 20 detik. Setelah itu gigi di build-up dengan resin komposit dengan teknik incremental kemudian di light cure selama 20 detik per 2 mm. Kemudian bentuk permukaan mahkota klinis gigi dengan menggunakan bur khusus membentuk anatomi oklusal. Pemolesan dilakukan dengan enhance bur. - Kelompok D: Gunting satu potong pita polyethylene fiber reinforced post dengan anyaman braided. Basahi polyethylene fiber reinforced post yang telah diukur dengan flowable resin. Kemudian masukkan resin luting cement ke dalam saluran akar dengan menggunakan root canal tip sampai penuh.. Masukkan polyethylene fiber reinforced post ke dalam saluran akar dengan membentuk lipatan seperti huruf V. Tekan dengan alat pluger ribbon sampai disisakan pasak ini 2 mm di atas orifisi kemudian light cure selama 40 detik. Selanjutnya aplikasikan resin komposit diatas polyethylene fiber reinforced post yang berlebih dengan menggunakan instrument plastis kemudian light cure selama 20 detik. Setelah itu gigi di build-up dengan resin komposit dengan teknik incremental kemudian di light cure selama 20 detik per 2 mm. Kemudian bentuk permukaan mahkota klinis gigi dengan menggunakan bur khusus. Lakukan tahap polishing pada gigi tersebut dengan enhance bur. Setelah selesai melakukan penempatan pasak pada kelompok A,B,C,dan D maka semua sampel dikeluarkan dari balok gips untuk kemudian dilakukan perendaman sampel pada saliva buatan selama 24 jam sebelum dilakukan proses thermocycling. Universitas Sumatera Utara 63

3.6.4 Proses thermocycling

Seluruh sampel direndam di dalam water bath Gambar 3.8 sebagai pengganti thermocycling pada temperatur 5 C dan 55 C , dimana sampel direndam dan didiamkan selama 15 detik pada masing masing wadah dengan waktu transfer 5 detik . Proses pertukaran suhu ini dilakukan sebanyak 200 siklus cycle mengikuti penelitian Yazici dkk.,2004 .

3.6.5 Penanaman sampel ke dalam cetakan akrilik

Gigi ditanam pada balok self curing acrylic yang dicetak dengan menggunakan potongan spuit 10 ml. Potongan spuit tersebut sebelumnya diolesi dengan vaselin terlebih dahulu. Gigi ditanam 90 dan 2 mm di bawah cemento enamel junction untuk menyerupai kedudukan gigi pada tulang alveolar. Setelah akrilik hampir mengeras, akrilik dilepas dari potongan spuit. Setelah itu dilakukan pembuatan balok basis akrilik dengan ukuran 6x3x3 cm yang terbuat dari kaca Gambar 3.9. Gambar 3.8. Waterbath sebagai Thermocycling Manual Universitas Sumatera Utara 64

3.6.6 Proses uji

Proses uji tekan dilakukan di laboratorium pusat Fakultas MIPA USU untuk mengetahui kekuatan fracture resistance berdasarkan acuan American Society for Testing and Material ASTM E1434-00 ,2006 . Sampel diletakkan pada balok basis akrilik kemudian dilakukan uji tekan Torsee’s Universal Testing Machine Gambar 24. Sampel ditekan pada permukaan oklusal sampel gigi searah dengan aksial gigi 0Derajat. Tekanan konstan dan lambat tidak berupa kejutan hentakan diberikan dengan arah kecepatan 0,5 mmmenit sampai terjadi fraktur Gambar 3.10. Alat penekanan Zig terbuat oleh metal baja berukuran 5x5x0,3 cm yang berbentuk pipih dengan ujungnya membulat. Fraktur Load yang terjadi dicatat segera setelah terjadi fraktur pada sampel. Data yang diperoleh berupa load atau gaya tarik dalam satuan kgf dan kemudian satuan diubah ke Newton N. Kemudian lokasi fraktur juga akan diamati dan dicatat berdasarkan lokasi fraktur anatara lain : Fraktur inti, Fraktur inti + mahkota , Fraktur akar dan Crack vertikal. Gambar 3.9. Sampel Balok Akrilik untuk Uji Ketahan Fraktur Universitas Sumatera Utara 65 Gambar 3.10. Alat Uji Tekan Torsee’s Universal Testing Machine, Japan

3.7 Analisa data

Data yang diperoleh dilakukan uji statistik analisa varians satu arah ANOVA dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 untuk mengetahui perbedaan fracture resistance pada kelompok A, B, C, dan D. Selanjutnya dilakukan uji LSD Least Significancy Different dengan α = 0,05 untuk mengetahui perbedaan fracture resisstance diantara kelompok perlakuan. Data kategorial untuk pola faktur akan di uji statistik dengan Kruskal wallis. Gambar 3.11. Proses Uji Tekan pada Sampel Universitas Sumatera Utara 66

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini sampel dibuat dari gigi yang telah diekstraksi dan kemudian dilakukan perawatan saluran akar endodonti. Setelah itu sampel dibagi menjadi empat kelompok yang kemudian dipasangkan sistem pasak customized dari anyaman pita polyethelene fiber reinforced dan aplikasi material pembasahan yang berbeda. Pengukuran ketahanan fraktur menggunakan alat Universal Torsee’s Testing Machine dengan kecepatan 0,5 mmmenit sampai sampel faktur. Kemudian pengamatan pola fraktur dilakukan setelah sampel fraktur dengan kategori yang sudah ditentukan.

4.1 Ketahanan fraktur sistem pasak customized dari pita polyethylene fiber

reinforced dengan bentuk anyaman pita yang berbeda pada restorasi pasca perawatan endodonti Dari hasil Uji Ketahanan Fraktur diperoleh data hasil pengukuran dalam satuan kgf kilogram force yang kemudian dikonversikan ke dalam satuan newton. Dimana setiap 1 kgf adalah sama dengan 9,8 Newton. Untuk mengetahui data yang diperoleh terdistribusi normal maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk Test. Dimana hasilnya pada semua kelompok p 0,05 yang menunjukkan seluruh data pada setiap kelompok terdistribusi normal. Hasil Uji homogenitas varian juga menunjukkan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator Pada Sistem Adhesif Untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 51 109

Perbedaan Celah Mikro Pasak Glass Prefabricated Fiber Reinforced Dan Pasak Pita Polyethylene Fiber Reinforced Dengan Menggunakan Sistem Adhesif Total- Etch (Penelitian In Vitro).

5 86 97

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

1 80 80

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

2 66 98

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 22

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 4

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 10

Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

0 0 37

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

0 0 9

CUSTOMIZED DARI BAHAN POLYETHYLENE FIBER REINFORCED DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK

0 1 20