Pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem pernapasan manusia: kuasi eksperimen di MTs. Yasti I Cisaat-sukabumip

(1)

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PADA KONSEP SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

(Kuasi Eksperimen di MTs. YASTI 1 Cisaat-Sukabumi)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 (S.Pd)

OLEH NAELI ZAKIYAH NIM: 106016100587

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011


(2)

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PADA KONSEP SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

(Kuasi Eksperimen di MTs. YASTI 1 Cisaat-Sukabumi)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar sSarjana Strata 1 (S.Pd.)

OLEH NAELI ZAKIYAH

106016100587

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Baiq Hana Susanti, M.Sc. Yuke Mardiati, S.Si. 19700209 200003 2 001 19760117 200701 2 013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011


(3)

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia”

telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 14 Februari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Biologi.

Jakarta, 14 Februari 2011 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia Ujian Munaqasah

Baiq Hana Susanti, M.Sc. ... ... NIP: 19700209 200003 2 001

Sekertaris

Nengsih Juanengsih, M.Pd. ... ... NIP: 19790510 200604 2 001

Penguji I.

Dr. Zulfiani, M.Pd. ... ... NIP: 19760309 200501 2 002

Penguji II

Nengsih Juanengsih, M.Pd. ... ... NIP: 19790510 200604 2 001

Mengetahui:

Dekan fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.


(4)

Naeli Zakiyah, The Effect of Structured Inquiry Approach toward The Process Science Skills on The Respiratory System Concept. (Quasi Experimental Studies in MTs. Yasti 1 Cisaat, Sukabumi), Program of Biology Study, The Departement of Natural Science, Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta

The study aims to know the effect of structured inquiry on the process science skills. The process science skills used in this research include observing skills, skills to interpret observation, hypothesize skill, the planning of experiment skills, the skills to apply the concept, and communication skills. This research was conducted at MTs. YASTI 1 Cisaat-Sukabumi with the method quasi-experimental and design used a pretest-posttest control group design. The technique sampling is purposive sampling. The research sample includes the experimental group amounted to 38 students by using structured inquiry approach, and for the control group amounted to 41 students by using the method of demonstration. The posttest data analysis of both utilizes “t” test is 14,74 and t table is 1.99 in 5% significance, therefore to > t table. Therefore it indicates that

there’s effect of structured inquiry on the process science skills. The process science skills which the highest is observing skills.

Keywords : Structured Inquiry Approach, The Process Science Skills, Skills of Observing, Interpreting Observations, Hypothesize Skills, Plan an Experiment, Applying the Concept, and Communication Skills.


(5)

Naeli Zakiyah, Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur terhadap Keterampilan Proses Sains pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia (kuasi eksperimen di MTs. YASTI 1 Cisaat, Sukabumi). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian ini meliputi keterampilan mengamati, menafsirkan pengamatan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. Penelitian ini dilaksanakan di MTs. YASTI 1 Cisaat-Sukabumi dengan metode kuasi eksperimen yang menggunakan desain pretest-posttest

control group design. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel bertujuan

(purposive sampling). Sampel penelitian meliputi kelompok eksperimen

berjumlah 38 siswa dengan menggunakan pendekatan inkuiri terstruktur, dan untuk kelompok kontrol berjumlah 41 siswa dengan menggunakan metode demonstrasi. Analisis data posttest diperoleh hasil thitung sebesar 14,74 dan ttabel

pada taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 1.99 maka t hitung > t tabel. Hal tersebut

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem pernapasan manusia. Keterampilan proses sains yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu keterampilan mengamati.

Kata Kunci: Pendekatan Inkuiri Terstruktur, Keterampilan Proses Sains, Keterampilan Mengamati, Menafsirkan Pengamatan, Berhipotesis, Merencanakan Percobaan, Menerapkan Konsep, dan Berkomunikasi.


(6)

i

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi umatnya dihari akhir kelak.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dengan judul “Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa

pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia”.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, do’a dan partisipasi dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc dan Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 3. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, Ketua Prodi Pendidikan Biologi Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc dan Ibu Yuke Mardiati, M.Si, dosen pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak H. Haerudin, kepala sekolah MTs. YASTI 1 Cisaat-Sukabumi

6. Ibu Meli Meliana, S.Pd dan Bapak Adil Maulana,S.Pd guru bidang studi IPA MTs. Yasti 1 Cisaat-Sukabumi yang telah membantu dan memberikan saran selama penelitian.


(7)

ii

Dadah, tak lupa Teh Fazat Rofiah, serta keluarga besar semua yang selalu mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a, motivasi yang luarbiasa dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis, terimakasih atas kesabarannya hanya Allah yang dapat membalas semuanya.

8. Teruntuk sahabat-sahabat, Marwiyah, Lisnawati, Iyoh Maspiroh, Siti Maryam, Latifah. K’Lilis, Miss Erika, Mas Aji, Mas Arif, Mas Ali, Bang Ghani, Mas Yudi yang selalu memberikan semangat, bantuan dan motivasi yang luar biasa.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini. Semoga semua kebaikannya dijadikan amal shaleh dan senantiasa diberikan kemuliaan, Amin. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis berharap skripsi ini menjadi kontribusi serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Ciputat, Januari 2011


(8)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan & Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KERANGKA TEORETIS, KERANGKA PIKIR & PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 8

1. Pendekatan Inkuiri ... 8

a. Pengertian Pendekatan Inkuiri ... 8

b. Jenis-Jenis Pendekatan Inkuiri ... 10

c. Sintak Pendekatan Inkuiri ... 12

d. Karakteristik pendekatan Inkuiri ... 13

e. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Inkuiri ... 15

2. Pendekatan Inkuiri Terstruktur ... …....16

a. Pengertian Pendekatan Inkuiri Terstruktur ... 16


(9)

iv

c. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan

Inkuiri Terstruktur……….. ... 18

3. Keterampilan Proses Sains… ... ……..19

a. Pengertian Keterampilan Proses… ... ……..19

b. Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains… ... ……..21

c. Kedudukan Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran Sains… ... ……..24

d. Peranan Keterampilan Proses Sains… ... ……..24

e. Penilaian Keterampilan Proses Sains………25

4. Metode Demonstrasi… ... ……..27 a. Pengertian Metode Demonstrasi… ... ……..27 b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi……27

c. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi… ... ……..28

B. Hasil Penelitian yang Relevan.. ... 29

C. Kerangka Berpikir ... 31

D. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

B. Metode dan Desain Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 35

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Instrumen Penelitian... 36

G. Kalibrasi Instrumen ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 42

I. Hipotesis Statistik ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48


(10)

v

a. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 48

b. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 49

c. Hasil N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 50

B. Analisis Data ... 51

1. Uji Prasyarat Analisis Data ... 51

a. Uji Normalitas Data Pretest, Posttest, N-Gain ... 51

b. Uji Homogenitas ... 52

c. Uji Hipotesis ... 53

2. Data Hasil Observasi ... 54

C. Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(11)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Inkuiri ... 12

Tabel 2.2 Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur... 17

Tabel 2.3 Indikator Keterampilan Proses Sains ... 23

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design ... 33

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 35

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 36

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 38

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 39

Tabel 3.6 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen ... 40

Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Pembeda ... 41

Tabel 3.8 Kategori Keterampilan Proses Sains ... 47

Tabel 4.1 Hasil Pretest Kelompok Eksperimen & Kontrol ... 47

Tabel 4.2 Hasil Posttest Kelompok Eksperimen & Kontrol ... 48

Tabel 4.3 Hasil N-Gain Kelompok Eksperimen & Kontrol ... 49

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest, Posttest, dan N-Gain... 50

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest, Posttest, dan N-gain ... 52

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Pretest, Posttest, dan N-gain ... 52


(12)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Tes Keterampilan proses Sains ... 65

Lampiran 2 Kisi-Kisi Soal Uji Keterampilan Proses Sains ... 71

Lampiran 3 Rekapitulasi Analisis Butir Instrumen ... 72

Lampiran 4 Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 73

Lampiran 5 Kunci Jawaban Instrumen Keterampilan Proses Sains... 76

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 80

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol... 112

Lampiran 8 Lembar Observasi Siswa ... 123

Lampiran 9 Penghitungan Skor Keterampilan Proses Sains ... 135

Lampiran 10 Penghitungan Uji Normalitas ... 136

Lampiran 11 Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen ... 140

Lampiran 12 Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol ... 142

Lampiran 13 Penghitungan Uji Homogenitas ... 144

Lampiran 14 Penghitungan Uji Hipotesis ... 147


(13)

1

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan berdaya guna. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu Negara untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Perwujudan manusia yang berkualitas merupakan tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya masing-masing. Hal ini terutama untuk mengantisipasi era globalisasi yang melanda dunia yang tidak dapat dihindari lagi.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, yang isinya menyatakan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menajdi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1

Berdasarkan isi undang-undang tersebut berarti peserta didik diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk masa depan yang lebih baik.

1

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf . h.3. Diakses Rabu, 15 Desember 2010.


(14)

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai arus globalisasi yang cepat, menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi tidak mungkin lagi dapat dipertahankan. Oleh karena itu, pendekatan dengan strategi belajar mengajar yang berpusat pada guru tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang dihadapi dunia pendidikan. Guru bukan orang yang serba tahu dan peserta didik bukan orang yang serba tidak tahu, sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan dapat mengarahkan peserta didik untuk dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.2

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan dalam pendidikan menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan mempersyaratkan kompetensi sebagai hasil belajar yang meliputi tiga ranah yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sesuai pusat kurikulum di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan yang diarahkan pada pengalaman belajar.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.3

Biologi sebagai salah satu cabang sains merupakan proses dan produk. Proses yang dimaksud di sini adalah proses melalui kegiatan ilmiah, yaitu : kritis terhadap masalah, sehingga peserta didik mampu merasakan adanya masalah, mengembangkan hipotesis atau pertanyaan-pertanyaan, merancang percobaan atau melakukan pengamatan untuk menjawab

2

Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008. h.4. Diakses

http://www.teknologipendidikan.net/wp-content/uploads/2009/10/14-KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-dan-Pemilihannya.pdf. Rabu 20 Juli 2010 3


(15)

pertanyaan dan menarik kesimpulan. Produk dalam IPA adalah konsep-konsep, azas, prinsip, teori dan hukum.

Proses melalui kegiatan ilmiah ini dapat dikembangkan oleh guru, antara lain melalui pendekatan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial.4 Dengan mengembangkan keterampilan proses, peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.5 Dengan melakukan sendiri peserta didik akan lebih menghayati, berbeda halnya jika hanya mendengar atau sekedar membaca. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka perlu identifikasi kemampuan keterampilan proses sains sehingga dapat memperoleh gambaran perolehan konsep-konsep sains pada peserta didik berdasarkan proses.

Keterampilan proses merupakan hasil belajar yang dicapai seseorang dalam wujud kemampuan untuk melakukan kerja ilmiah atau penelitian seperti merencanakan penelitian ilmiah, melaksanakan penelitian ilmiah, mengkomunikasikan hasil penelitian ilmiah dan bersikap ilmiah.6

Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan. Selain itu, keterampilan proses membuat siswa belajar produk dan proses ilmu pengetahuan sekaligus. Pelaksanaan keterampilan proses memerlukan suatu pendekatan yang dapat mengarahkan siswa pada pembelajaran yang lebih bermakna. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalaminya sendiri apa yang dipelajari, bukan hanya sekedar mengetahuinya.7

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi IPA di MTs. YASTI 1 Cisaat, pembelajaran IPA khususnya biologi di MTs

4

Nuryani Y Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang:IKIP Malang, 2005) , h.76.

5

Conny Semiawan dkk., Pendekatan Keterampilan Proses Sains, (Jakarta: PT.Gramedia, 1986), h.18.

6

Conny Semiawan dkk., Pendekatan Keterampilan Proses Sains,…h.23 7

Trianto, Pendekatan Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h.27.


(16)

tersebut sampai saat ini kurang dapat menumbuhkan keterampilan proses sains siswa. Pembelajaran difokuskan pada aspek kognitif, sedangkan aspek psikomotorik dan aspek afektif kurang diperhatikan, kurangnya keterlibatan siswadalam pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan cenderung tidak relevan dengan materi pembelajaran, aktivitas siswa sebatas mencatat dan mendengarkan, selain itu pendekatan yang digunakan kurang mampu mengaktifkan siswa.8 Hal ini menyebabkan kesempatan siswa untuk terlibat dalam proses belajar dan kesempatan untuk mengembangkan diri berkurang. Hal ini berarti pembelajaran yang baik harus meliputi aspek psikomotorik, aspek afektif, dan aspek kognitif. Untuk itu, guru IPA harus berusaha agar siswa tidak hanya belajar memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi siswa juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, dan komunikasi sosial.9

Pendekatan yang lebih menekankan pada pendekatan pembelajaran yang berorientasi hakikat IPA yaitu sebagai produk, proses, dan alat untuk mengembangkan sikap ilmiah. Siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses siswa. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan inkuiri terstruktur.

Pendekatan inkuiri merupakan aplikasi dari pembelajaran konstruktivisme yang berdasarkan pada observasi dan studi ilmiah. Sehingga pendekatan inkuiri sesuai digunakan dalam pembelajaran IPA khususnya biologi yang mengharapkan siswa terlibat langsung dengan objek-objek yang dipelajari. Pembelajaran dengan inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan

8

Mely M, Guru Bidang Studi IPA di MTs.Yasti 1 Cisaat. Wawancara pada hari Rabu, 25 Agustus 2010.

9

Zulfiani, Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar sebuah Antologi, (Jakarta:PIC UIN, 2007), h.5.


(17)

melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Dalam pengajaran inkuiri terdapat proses-proses mental. Proses-proses-proses mental tersebut diantaranya adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik kesimpulan.10

Pendekatan inkuiri terstruktur merupakan pendekatan dimana siswa mengikuti dengan tepat instruksi guru untuk menyelesaikan kegiatan hands-on dengan sempurna.11 Kegiatan inkuiri terstruktur ini di mana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia.”

B. Identifikasi Masalah

1. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. 2. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif saja, tanpa

menumbuhkan keterampilan proses sains siswa.

3. Kurang variatifnya pendekatan pembelajaran yang digunakan selama pembelajaran.

4. Penerapan pendekatan yang kurang mengaktifkan siswa di dalam kelas.

C. Pembatasan Masalah

Luasnya cakupan masalah yang muncul, maka diperlukan pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada:

10

Rustaman, Nuryani Y, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi.... h.76. 11


(18)

1. Subjek penelitiannya adalah siswa MTs.YASTI 1 Cisaat-Sukabumi kelas VIII.

2. Keterampilan proses yang diukur ada 6 meliputi: mengamati, interpretasi data, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep dan berkomunikasi.

3. Pendekatan Inkuiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan inkuiri terstruktur.

4. Materi biologi dibatasi pada konsep sistem pernapasan manusia.

D. Perumusan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah ”Bagaimanakah pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains siswa?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendekatan inkuiri terstrukturterhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem pernapasan manusia kelas VIII MTs. Yasti 1 Cisaat-Sukabumi. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

a. Bertambahnya wawasan tentang pendekatan pembelajaran inkuiri terstruktur.

b. Hasil penelitian maupun beberapa keterbatasan yang dihadapi dapat dijadikan salah satu rujukan untuk pengembangan model pembelajaran lebih lanjut.

2. Bagi Dunia Pendidikan

a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam pengembangan kurikulum dan pendekatan pembelajaran sains di SMP serta merekomendasikan beberapa faktor pendukung kepada pihak penentu kebijakan (Departemen Pendidikan Nasional).


(19)

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pengembangan pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri sebagai wahana pendidikan siswa SMP serta dalam pengembangan kurikulum IPA terintegrasi untuk jenjang SMP. c. Sebagai bahan pertimbangan pembuatan program pembelajaran IPA

yang dapat melibatkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan menumbuhkankembangkan keterampilan proses siswa.


(20)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR & PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pendekatan Inkuiri

a. Pengertian Pendekatan Inkuiri

Menurut National Science Education Standards dalam Philips Alexander Towndrow dan Tan Aik Ling mendefiniskan inkuiri adalah aktifitas beraneka segi yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali menurut bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasi data, mengajukan jawaban, penjelasan, dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen. Inkuiri memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.”1

Pendekatan Inkuiri merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan.2

Pendekatan inkuiri merupakan suatu pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana cara meneliti permasalahan atau pertanyaan fakta-fakta. Pembelajaran inkuiri memerlukan lingkungan kelas dimana siswa merasa bebas untuk

1

Philips Alexander dan Tan Aik Ling, Promoting Inquiry Through Science Reflective Journal Writing, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology

Education, 2008, 4(3), h.279-283. (Tersedia:

http://www.ejmste.com/v4n3/EURASIA_v4n3_Towndrow.pdf) Diakses Rabu, 16 Juni 2010.

2

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h.191.


(21)

berkarya, berpendapat, membuat kesimpulan dan membuat dugaan. Suasana seperti itu sangat penting karena keberhasilan pembelajaran bergantung pada kondisi pemikiran siswa.

Inkuiri menciptakan pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan siswa menjadi pelajar sepanjang hayat. Inkuiri melibatkan komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang, peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang logis, objektif dan bermakna, serta untuk melaporkan hasil-hasil kerja siswa.

Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut siswa berpikir. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam kegiatan intelektual. Meskipun pendekatan ini berpusat pada siswa, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban mendorong siswa untuk melakukan kegiatan. Kadangkala guru perlu menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan intruksi-intruksi, mengajukan pertanyaan, memberikan kritik dan saran kepada siswa.3

Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran dimana siswa melibatkan diri mereka dalam proses penyelidikan, merumuskan pertanyaan dan memecahkan masalah, kegiatan seperti ini untuk mengasah keterampilan proses agar hasil belajar siswa menjadi lebih baik.4 Dengan kata lain inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau

3

Ken Gilbertson, Timothy Bates, Terry McLaughlin, and Alan Ewert, Outdoor Education: Methods and Strategies,(United States: Human Kinetics, 2006), h.120. http://wilderdom.com/store/index.php?main_page=product_info&cPath=4_11&products_ id=132 Diakses Sabtu,15 Mei 2010.

4

Alberta Learning, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing

Inquiry-based Learning, 44 Capital Boulevard, Street NW, Edmonton, Alberta,Canada, .2004.h.7 (Tersedia: http://www.learning.gov.ab.ca/k_12/ curriculum/ bySubject/ focusoninquiry. pdf) Diakses Sabtu,15 Mei 2010.h.1


(22)

eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.

Berdasarkan definisi inkuiri di atas, dapat dikatakan bahwa inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman, mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan data/informasi, mengajukkan pertanyaan, membuat hipotesis, melakukan percobaan, menganalisa hasil percobaan, dan membuat kesimpulan. Tujuan utama inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah. Siswa diharapkan dapat menyelidiki mengapa suatu peristiwa dapat terjadi serta mengumpulkan dan mengolah data secara ilmiah untuk mencari jawabannya. Pendekatan ini lebih menekankan pada pencarian

(search) pengetahuan dari pada perolehan (acquisitiori) pengetahuan.

b. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran Inkuiri

Alan Colburn mengemukakan tiga jenis pendekatan inkuiri, yaitu:5

1) Structured Inquiry (Inkuiri Terstruktur)

Dalam inkuiri terstruktur, siswa akan mengadakan penyelidikan dan penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang disediakan guru.

2) Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Meskipun siswa melakukan penyelidikan yang berdasarkan pada pertanyaan yang diajukan guru, tetapi siswa yang menentukan prosedur penyelidikannya.

5

Alan Colburn, An Inquiry Primer, California State University.h.42-43. (http://www. experientiallearning. ucdavis. edu/module2/el2-60-primer.pdf Diakses Rabu, 16 Juni 2010.


(23)

3) Open Inquiry (Inkuiri Terbuka)

Dalam inkuiri terbuka, siswa melakukan penyelidikan berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang mereka bentuk.

Ronald J. Bonnstetter mengemukakan tiga jenis pendekatan inkuiri, yaitu:6

1) Structured Science Experience

Siswa diharuskan mencari kesimpulannya sendiri berdasarkan fakta-fakta. Dalam rangkaian inkuiri memberikan sebuah pengalaman terstruktur yaitu tahapan utama untuk guru dan siswa. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan proses yang diberikan oleh guru

2) Guided Inquiry

Dalam inkuiri terbimbing guru menentukan topik, pertanyaan, dan menentukan bahan, akan tetapi siswa harus merancang penyelidikan, analisis hasil dan mencari kesimpulan sesuai fakta.

3) Student Directed Inquiry

Siswa bertanggung jawab atas topik umum dan sedikit bimbingan dengan pertanyaan.

4) Student Research

Inilah sasaran utama inkuiri. Pada tahapan ini siswa memerlukan dukungan dan bimbingan dari guru. Guru hatus memahami bagaimana membantu siswa untuk tertarik dan mampu melakukan penelitian sesungguhnya.

5) Open-Ended Inquiry

Dalam open-ended inquiry guru memfasilitasi proses siswa memilih pertanyaanya dan berinkuiri.

6

Ronald J. Bonnstetter and, Inquiry: Learning from the Past with an Eye on the Future, Electronic Journal of Science Education V3 N 12 December 2009 University of Nebraska, Lincoln. http://wolfweb.unr.edu/homepage/jcannon/ejse/bonnstetter.html Diakses Rabu, 16 Juni 2010.


(24)

6) Teacher-Collaborative Inquiry

Dalam teacher-collaborative inquiry guru dan siswa melakukan penyelidikan, dan bersama memilih pertanyaan dan strategi untuk menemukan jawaban yang pada awalnya tidak diketahui.

c. Sintak Pembelajaran Inkuiri

Secara ringkas kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut.7

Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Inkuiri

Fase Perilaku Guru

Menyajikan

pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa

mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada

siswa untuk memberikan pendapat dalam bentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Merancang percobaan

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis

yang akan dilakukan. Guru

membimbing siswa mennyusun

langkah-langkah percobaan.

7

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009).h.172.


(25)

Fase Perilaku Guru

Melakukan

percobaan untuk memperoleh

informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

Mengumpulkan dan menganalisa data

Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam

membuat kesimpulan

d. Karakteristik Pendekatan Inkuiri

Menurut Carol C. Kuhlthau dan Ross J. Todd ada enam karakteristik inkuiri terstruktur, yaitu:8

1) Siswa belajar aktif dan terefleksikan pada pengalaman

Jhon Dewey menggambarkan pembelajaran sebagai proses aktif individu, bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu dilakukan oleh seseorang. Pembelajaran sebuah kombinasi dari tindakan dan refleksi pada pengalaman. Dewey sangat menekankan pembelajaran Hands On (berdasar pengalaman) sebagai penentang metode otoriter dan menganggap bahwa pengalaman dan inkuiri sangat penting dalam pembelajaran bermakna.

2) Siswa belajar berdasarkan pada apa yang diketahui

Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk dasar untuk membangun pengetahuan baru. Ausubel prihatin dengan individu yang belajar materi verbal/tekstual dalam jumlah yang besar di sekolah. Menurut

8Carol Kuhlthau dan Ross J. Todd, 2006, “

Guided Inquiry: A Framework For Learning Through School Libraries In 21st Century School”. Artikel diakses dari http://cissl.scils.rutgers.edu/guidedinquiry/char.htm. 04 Februari 2010.


(26)

Ausubel faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa yang siswa ketahui.

3) Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran melalui bimbingan

Rangkaian berpikir ke arah yang lebih tinggi memerlukan proses yang mendalam yang membawa kepada sebuah pemahaman. Proses yang mendalam memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang otentik mengenai objek yang telah digambarkan dari pengalaman dan keingintahuan siswa

Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan kemampuan intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpulan fakta. Menurut Bloom, kemampuan intelektual seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi membantu merangsang untuk berinkuiri yang membawa kepada pengetahuan dan pemahaman yang mendalam.

4) Perkembangan siswa terjadi secara bertahap

Siswa berkembang melalui tahap perkembangan kognitif, kapasitas siswa untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur. Perkembangan ini merupakan proses kompleks yang meliputi kegiatan berpikir, tindakan, refleksi, menemukan dan menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan, serta sikap dan nilai.

5) Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran

Siswa belajar melalui semua pengertiannya. Mereka menggunakan seluruh kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pemahaman yang mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup didalamnya.


(27)

6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain

Siswa hidup dilingkungan sosial dimana mereka terus menerus belajar melalui interaksi dengan orang lain disekitar mereka. Orangtua, teman, saudara, guru, kenalan, dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan sosial yang membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan dimana mereka membangun pemahaman mengenai dunia dan membuat makna untuk mereka. Vigotsky berpendapat bahwa perkembangan proses hidup bergantung pada interaksi sosial pembelajaran sosial berperan penting untuk perkembangan kognitif.

e. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Inkuiri

Beberapa kelebihan mengajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri antara lain:9

a. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.

b. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide dengan lebih baik.

c. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

d. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.

e. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

f. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

Berdasarkan uraian di atas, pendekatan inkuiri dapat merangsang tumbuhnya motivasi intrinsik pada diri siswa untuk belajar dan menemukan jawaban masalah yang dihadapinya. Dalam proses belajar, tentunya diperlukan ingatan atas konsep-konsep yang

9 Carol C.Kuhlthau, Leslie K. Maniotes, et,all. 2006. “

Guided Inquiry:A Framework for Learning Through School Libraries in 21 Century School.Tersedia:


(28)

telah diketahui sebelumnya untuk menghadapi situasi proses belajar yang baru.

Pendekatan inkuiri juga mempunyai kelemahan, yaitu:

a. Kesulitan untuk mengerti tanpa suatu dasar pengetahuan faktual, dimana pengetahuan itu secara efisien diperoleh dengan pengajaran deduktif.

b. Ada kemungkinan hanya siswa pandai yang terlibat secara aktif dalam pengembangan prinsip umum dan siswa yang pasif hanya diam menunggu adanya siswa yang menyatakan prinsip umum tersebut.

c. Relatif memerlukan waktu yang banyak dan sering memerlukan waktu lebih dari satu pertemuan.

d. Tidak mungkin siswa diberi kesempatan sepenuhnya untuk membuktikan secara bebas semua yang dipermasalahkan.

2. Pendekatan Inkuiri Terstruktur

a. Pengertian Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Inkuiri terstruktur merupakan pendekatan dimana guru melibatkan siswa dalam kegiatan hands-on untuk melakukan penyelidikan sesuai dengan prosedur dan konsep, akan tetapi guru tidak memberitahukan siswa alternatif hasil. Siswa menemukan hubungan antara variabel-variabel atau disamping itu siswa menyimpulkan data yang telah dikumpulkan.10

Inkuiri terstruktur masih memegang peranan guru dalam menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur. Sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa. Inkuiri terstruktur menuntut siswa mengikuti dengan seksama setiap langkah kerja dalam

10

Alan Colburn, An Inquiry Primer, California State University.h.42-43. (http://www. experientiallearning. ucdavis. edu/module2/el2-60-primer.pdf Diakses Rabu, 16 Juni 2010.


(29)

kegiatan hands-on yang telah disusun oleh guru melalui lembar kerja siswa (LKS) jenis guided worksheet activity.11

Inkuiri terstruktur merupakan salah satu pendekatan inkuiri dimana guru menyediakan tujuan, petunjuk dan prosedur kegiatan tetapi tidak memberitahukan ahsil. Siswa diharapkan menemukan sendiri hubungan antar variabel ataupun menggeneralisasikan data. Menurut Zulfiani dalam tingkatan discovery/structured inquiry tindakan utama guru adalah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.12

Berdasarkan uraian diatas inkuiri terstruktur merupakan salah satu pendekatan inkuiri yang menyajikan permasalahan, pertanyaan dan prosedur percobaan untuk menyelesaikan masalah. Masalah dan pertanyaan mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan jawabannya. Kegiatan pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang diajukan oleh guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

b. Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Tahap pelaksanaan pendekatan inkuiri terstruktur terdiri dari empat fase, yaitu penyajian masalah, berhipotesis, melakukan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan:13

Tabel 2.2 Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Fase Perilaku Guru

Menyajikan Guru membimbing siswa

11

Nengsih Juanengsih, Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Terstruktur terhadap peningkatan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Kerja Ilmiah Siswa Kelas X pada KOnsep Bioteknologi, (Metamorfosa, Jurnal Pendidikan IPA) Vol.1, h.28.

12

Zulfiani,dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.121.

13

Sri Anggraeni, Hakikat Pembelajaran IPA.Pengajar Jurusan Pendidikan Biologi F-MIPA UPI Bandung.


(30)

Fase Perilaku Guru

pertanyaan atau masalah

mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok. Berhipotesis Guru memberikan kesempatan pada

siswa untuk memberikan pendapat dalam bentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Melakukan

percobaan untuk memperoleh

informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

Mengkomunikasikan Hasil Percobaan

Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul Membuat

Kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

c. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Menurut Suryosubroto dalam Henik Ismawati, ada beberapa kelebihan pemebelajaran inkuiri terstruktur, antara lain:

1) Menerapkan pengetahuan dalam situasi yang berbeda

2) Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi pengetahuan

3) Mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sehari-hari 4) Memperoleh dan menganalisa informasi menjadi lebih terampil


(31)

Pendekatan inkuiri terstruktur juga memiliki kelemahan, diantaranya:

1) Diharuskan adanya persiapan mental

2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas yang besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori.

3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri terstruktur ini.14

3. Keterampilan Proses Sains

a. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan yang lebih tinggi pada diri siswa dalam memproses perolehan belajarnya.15 Dengan mengembangkan kemampuan fisik dan mental, siswa akan mampu menemukan dan menggambarkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Dorish Ash mengungkapkan pendapat bahwa ”ketika siswa berinteraksi ke dalam dunia sains, mereka menemukan penelitian mereka sendiri, pertanyaan, hipotesis, prediksi, investigasi, interpretasi dan komunikasi. Inilah yang disebut “Keterampilann Proses” sains. Keterampilan proses memainkan peran kritis dalam membantu siswa mengembangkan ide sainsnya. Keterampilan Proses merupakan

14

Henik Ismawati, Meningkatkan Aktivitas dan hasil Belajar Sains-Fisika melalui Pembelajaran Inkuiri Terstruktur untuk Sub-Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.2007. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH44b3/0f240cc1.dir/doc.pdf. Diakses: Rabu, 16 Juni 2010.

15

Nuryani Y. Rustaman, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang:IKIP Malang, 2005) h.78


(32)

keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Jadi Keterampilan Proses Sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. ”16

Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin siswa melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.17

Keterampilan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPA, yaitu:18

1) Melakukan Observasi

Keterampilan ini berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan prosporsional seluruh alat indera untuk menggambarkan objek dan hubungan ruang dan waktu atau mengukur karakteristik fisik benda-benda yang diamati. Pengamatan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

2) Menafsirkan hasil Pengamatan

Interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan bentuk angka-angka, menghubungkan hasil pengamatan, menemukan pola keteraturan dari satu seri pengamatan hingga memperoleh kesimpulan

3) Mengelompokkan

16 Doris Ash, “

The Process Skills of Inquiry.h.52. (Tersedia: www.JCE.DivCHED.org) Diakses 16 Juni 2010.

17

Nuryani Y. Rustaman. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang:IKIP Malang, 2007) h. 78

18


(33)

Dasar keterampilan mengklasifikasi adalah kemampuan mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara berbagai oobyek yang diamati. Termasuk dalam keterampilan ini adalah menggolongkan, membandingkan, mengkontraskan, dan mengurutkan.

4) Meramalkan

Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada. 5) Keterampilan Berkomunikasi

Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil percobaan kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi. Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan, tulisan, grafik, tabel, diagram atau gambar. Jenis komunikasi dapat berupa paparan sistematik (laporan) atau transformasi parsial 6) Hipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi.

7) Merencanakan Percobaan atau Penyelidikan

Keterampilan ini adalah menentukan alat dan bahan yang diperlukan untuk menguji atau menyelidiki sesuatu.

8) Menerapkan konsep atau prinsip

Keterampilan ini meliputi keterampilan menggunakan konsep-konsep yang telah dipahami untuk menjelaskan peristiwa baru, menerapkan konsep yang dikuasai pada situasi baru atau menerapkan rumus-rumus pada pemecahan soal-soal baru.

9) Mengajukan Pertanyaan

Keterampilan ini merupakan keterampilan mendasar yang harus dimiliki oleh siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut. Siswa berhadapan dengan suatu amsalah semestinya siswa mengajukan pertanyaan Apakah itu? Mengapa begitu? Dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi atau bagaimana cara pemecahannya.

10)Menyimpulkan

Keterampilan-keterampilan proses yang dipaparkan diatas menjadi kurang bermakna apabila tidak ditunjang dengan keterampilan menarik suatu generalisasi dari serangkaian hasil kegiatan percobaan atau penyelidikan.

b. Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains

Ada berbagai jenis keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam diri peserta didik, menurt Karen L. Lancour mengungkapkan keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari


(34)

keterampilan-keterampilan dasar (Basic Skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (Integrated Skills).19

Hal serupa juga diungkapkan Yew Mei bahwa keterampilan dasar dalam keterampilan proses merupakan dasar dari keterampilan terintegrasi yang pada umumnya lebih kompleks dalam memecahkan suatu permasalahan dalam suatu eksperimen.20

Berdasarkan ungkapan-ungkapan di atas diperoleh bahwa keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari: mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan ekssperimen.

Keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi saling bergantung satu sama lain dan masing-masing menitikberatkan pada suatu keterampilan khusus dari setiap keterampilan. Selain itu keterampilan-keterampilan proses yang merupakan keterampilan dasar menjadi suatu landasan untuk menguasai keterampilan-keterampilan terintegrasi.

Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan yang dibentuk oleh komponen-komponen metode sains/

scientific methods. Longfield dalam Sabar Nurrohman membagi

19

Karen L. Lancour, Process Skills For Life Science. (Tersedia: www.JCE.DivCHED.org) Diakses 16 Juni 2010.

20

Grace Teo Yew Mei, Promoting Science Process Skill and The relevance of Science Through Science Alive Programme, dalam Proceeding of redesigning pedagogy: Culture, Knowledge and Understanding Conference, Singapore May,2007,h.2. (Tersedia: http://conference.nie.edu.sg/2007/paper/papers/SCI432.pdf). Diakses: Rabu, 16 Juni 2010.


(35)

keterampilan proses sains menjadi tiga tingkatan, yaitu Basic,

Intermediate, dan Edvanced. 21

Tabel 2.3 Indikator Aspek Keterampilan Proses Sains No. Keterampilan

Proses Indikator

1

Observasi Menggunakan indera

Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan Mencari persamaan dan perbedaan

2

Interpretasi Mencatat setiap pengamatan secara terpisah

Menghubung-hubungkan hasil

pengamatan

Menemukan suatu pola dalam

pengamatan

Menarik kesimpulan sementara

3 Prediksi Mengemukakan kemungkinan apa yang

akan terjadi

4 Menggunakan alat/bahan

Terampil dalam menggunakan

alat/bahan

5 Menerapkan Konsep

Menggunakan informasi, kesimpulan, konsep teori dalam situasi baru

6

Merencanakan Percobaan

Menentukan alat, bahan, dan sumber Menentukan variabel

Menentukan variabel tetap dan berubah Menentukan apa yang akan diamati Menentukan langkan dan cara kerja Menentukan cara mengolah hasil

21

Sabar Nurrohman. 2009. Penerapan Seven Jump Methode sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa.Skripsi. Universitas FMIPA UNY. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:xvqKn6Jc9HEJ:eprints.uny.ac.id/2 402/+Penerapan+Seven+Jump+Method+sebagai+Upaya+Peningkatan+Keterampilan+Prose s+Sains+Mahasiswa&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id. Diakses: Rabu, 16 Juni 2010.


(36)

No. Keterampilan

Proses Indikator

pengamatan

7

Berkomunikasi Menyusun dan menyampaikan laporan Menjelaskan hasil pengamatan

Menggambarkan data dalam bentuk grafik, tabel dan sebagainya

c. Kedudukan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Sains

Pemahaman mengenai keterampilan proses akan menimbulkan sikap:

1) Kesadaran adanya suatu masalah. Merumuskan suatu masalah secara jelas dan lugas sangatlah penting sebab tanpa rumusan yang jelas sangat sukar untuk mengumpulkan data yang relevan.

2) Memilih data yang relevan dan mengumpulkannya. Hal ini tergantung pada keterampilan yang dimiliki seseorang.

Keterampilan proses merupakan suatu keterampilan ilmiah yang terarah (kognitif, psikomotorik) yang dapat digunakan untuk: 1) Menentukan dan memperjelas suatu konsep/teori

2) Mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya.

3) Melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi) 4) Menumbuhkembangkan sikap kritis.

d. Peranan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Sains

Secara umum peran guru terutama berkaitan dengan pengalaman mereka membantu siswa mengembangkan keterampilan proses sains. Menurut Hallen dalam Nuryani sedikitnya terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam berperan mengembangkan keterampilan proses sains.22

22

Nuryani Y. Rustaman, dkk.. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang:IKIP Malang, 2005) h. 82


(37)

1) Memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena.

2) Memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dan diskusi kelas.

3) Mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari produk mereka untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan mereka.

4) Mendorong siswa mengulas (review) secara kritis tentang bagaimana kegiatan mereka telah dilakukan.

5) Memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci dikembangkan dalam berkomunikasi.

e. Penilaian Keterampilan Proses Sains

1) Karakteristik Umum

a) Butir soal keterampilan proses dapat dibedakan dari butir soal penguasaan konsep, sehingga konstruksi butir soalnya tidak dibebani konsep. Hal ini diupayakan agar butir soal tidak rancu dengan pengukuran konsepnya. Konsep hendaknya dijadikan konteks. Konsep yang terlibat diyakini penyusunan soal telah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa.

b) Butir soal keterampilan proses hendaknya mengandung sejumlah informasi yang harus diolah oleh siswa. Informasi dalam butir soal keterampilan proses dapat berupa gambar, grafik, data dalam tabel dan uraian.

c) Aspek yang diukur oleh butir soal keterampilan proses harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misalnya interpretasi.

d) Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek.


(38)

2) Karakteristik Khusus

Karakteristik khusus yang harus diperhatikan jika menyusun butir soal yang mengukur jenis-jenis keterampilan proses:

a) Observasi: dalam butir soal harus ada objek atau peristiwa yang dapat diamati.

b) Interpretasi: dalam butir soal harus disajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola.

c) Klasifikasi: dalam butir soal harus diajukan objek/peristiwa yang dapat ditemukan atau dicari persamaan dan perbedaan dari objek tersebut atau diberi kriteria untuk melakukan pengelompokkan.

d) Prediksi: dalam butir soal harus jelas pola/kecenderungan untuk dapat diajukan suatu dugaan/ramalan.

e) Berkomunikasi: dalam butir soal harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk lain misalnya dari uraian ke bagan.

f) Berhipotesis: dalam butir soal harus dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan. g) Merencanakan percobaan/penelitian: dalam butir soal harus

memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah (variabel), mengendalikan peubah.

h) Menerapkan konsep/prinsip: dalam butir soal harus membuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.

i) Mengajukan pertanyaan: dalam butir soal harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak biasa atau kontradiktif agar siswa termotivasi untuk bertanya.


(39)

4. Metode Demonstrasi

a. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.23 Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pemmbelajaran ekpositori dan inkuiri.

b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa ditugaskan langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.

2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

Metode pembelajaran demonstrasi juga memiliki kelemahan, diantaranya:

23

Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008. h.16. Diakses


(40)

1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.

2) Demonstrasi mmemerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal.

3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.

c. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Demonstrasi

1) Tahap Persiapan

a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir.

b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan

c) Lakukan uji coba demonstrasi. 2) Tahap Pelaksanaan

a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan

b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa

c) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa d) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan merangsang

siswa untuk berpikir

e) Ciptakan suasan yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan

f) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa.

g) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demontrasi itu.


(41)

h) Apabila demonstrasi selesai, guru memberikan tugas-tugas yang terkait dengan pelaksanaan demonstrasi dan prooses pencapaian tujuan pembelajaran.

Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru dan pelatih yang ditunjuk.

Metode demonstrasi ini sangat efektif menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan seperti: Bagaimana prosesnya? Terdiri dari unsur apa? Cara mana yang paling baik bagaimana dapat diketahui kebenarannya? melalui pengamatan induktif.

Metode Demonstrasi dapat dilaksanakan:24 1) Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal.

2) Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak, petunjuk sederhana untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing, dan prosedur pelaksanaan suatu kegiatan

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Tisngatun Nurochmah dengan judul pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains siswa dalam proses pembelajaran ipa biologi pada materi pokok sistem pencernaan pada manusia menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terstruktur dapat meningkatkan dengan sangat signifikan kemampuan proses sains siswa dan penguasaan konsep pada materi pokok sistem pencernaan pada manusia di SMP N 2 Temon Kulon Progo, hal ini dibuktikan dengan uji-t yang diperoleh hasil thitung 3,732 > 2,000 (p < 0,01).25

24

Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta:Gaung Persada Press,2005), h.76.

25

Tisngatun Nurochmah, Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa dalam Proses Pembelajaran IPA Biologi pada Materi Pokok Sistem Pencernaan pada Manusia, Skripsi, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2007, h.57.


(42)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arief Sidharta dengan judul Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP diperoleh bahwa model pembelajaran yang disusun dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Peningkatan tertinggi terjadi pada indikator menafsirkan pengamatan (interpretasi) dan menerapkan konsep atau prinsip, sedangkan terendah pada indikator mengelompokkan (klasifikasi).26

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Erika Sari, Betty Holiwarni, Jimmi Copriady dengan judul Penerapan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Pokok Bahasan laju Reaksi Kelas XI IPA SMAN 1 SIAK SRI INDRAPURA menunjukkan bahwa penerapan pendekatan inkuri dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Secara keseluruhan, peningkatan rata-rata nilai 9 keterampilan proses sains siswa dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat yaitu sebesar 11.02%.27

Penelitian yang dilakukan oleh Gebi Dwiyanti dan Wiwi Siswaningsih, dengan judul Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia melalui Metode Praktikum menunjukkan bahwa siswa mempunyai nilai baik untuk keterampilan observasi, nilai cukup untuk keterampilan menafsirkan pengamatan dan untuk keterampilan berkomunikasi.28

Penelitian yang dilakukan oleh Susiwi, Achmad A.Hinduan, Liliasari,

Sadijah Ahmad dengan judul analisis keterampilan proses sains siswa SMA

pada model pembelajaran D-E-H menunjukkan bahwa tercapainya

26

Arief Sidharta, Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium

sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP.

http://www.p4tkipa.org/data/A_SIDHARTA.pdf. Diakses: Rabu, 16 Juni 2010. 27

Sari, Fitri Eka, dkk, Penerapan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas IX SMAN 1 Siak Sri Indrapura.Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru http://www.scribd.com/doc/17061987/penerapan-pendekatan-inkuiri-untuk- meningkatkan-keterampilan-proses-siswa-pada-pokok-bahasan-laju-reaksi-kelas-xi-ipa-sman-1-siak-sri-indrapura. (10 Februari 2010).

28

Gebi Dwiyanti dan Wiwi Siswaningsih, Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia melalui Metode Praktikum, Skripsi, Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, h.54.


(43)

keterampilan merumuskan hipotesis, mengendalikan variabel, dan merancang percobaan dengan persentase secara berturut-turut yaitu 81.5%, 87.0%, dan 81.5% dengan menggunakan metode praktikum.29

Penelitian yang dilakukan oleh Peggy Brickman, Cara Gormally, Norris Amstrong, dan Brittan Hallar dengan judul pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap keterampilan literasi dan percaya diri siswa menunjukkan bahwa pendekatan inkuri dapat meningkatkan keterampilan penyelidikan siswa di laboratorium dan meningkatkann kemampuan ilmiah siswa.30

Muzaffar Khan and Muhammad Zafar Iqbal melakukan penelitian dengan judul pengaruh pembelajaran berbasis inkuiri laboratorium terhadap perkembangan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran biologi di Pakistan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan inkuiri laboratorium lebih efektif dibandingkan pembelajaran tradisional. Nilai thitung untuk keterampilan

proses sains mengamati (3.73), klasifikasi (6.979), menggambar (4.264), pengukuran (5.771) dan berkomunikasi (5.106) lebih besar dibandingkan ttabel

yaitu 1,96. 31

C. Kerangka Pikir

Tujuan pendidikan sains adalah membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman serta mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk menyelidiki komponen-komponen kehidupan fisik, material, dan teknologi dari lingkungan siswa secara ilmiah. Untuk itu setiap pembelajaran dalam pendidikan sains harus menumbuhkan kualitas pemikiran semacam kemandirian berpikir, keaslian ide, dan

29Susiwi, dkk., Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada “Model

Pembelajaran Praktikum D-E-H”, Jurnal Pengajaran MIPA UPI, Sekolah Pascasarjana UPI, FMIPA ITB, Vol. 14 ISSN: 1412-0917 No. 2 Oktober 2009, h.96-102.

30

Peggy Brickman, Cara Gormally, Norris Amstrong, dan Brittan Hallar, Effect of Inquiry-based Learning on Student’s Science Literacy Skills and Confidence, International Journal for the Schholarship of Teaching and Learning, Vol.3 No.2 (july 2009). Diakses di http://www.georgiasouthern.edu/ijsotl. Diakses: Sabtu, 06 November 2010)

31

Muzaffar Khan dan Muhammad Zafar Iqbal, pengaruh pembelajaran berbasis inkuiri laboratorium terhadap perkembangan keterampilan proses sains siswa padai pembelajaran biologi di Pakistan. Volume 11 : 1 January 2011 ISSN 1930-2940. Language in India www.languageinindia.com.


(44)

kebebasan berpikir. Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas pemikiran menjadi nilai-nilai sosial.

Pembelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya belajar kumpulan pengetahuan konsep-konsep dan prinsip saja tetapi belajar IPA juga merupakan penemuan. Belajar IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan sejumlah keterampilan dalam menggali alam sekitar dan memahaminya.

Salah satu alternatifnya adalah dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terstruktur. Model pembelajaran inkuiri terstruktur ini merupakan salah satu pembelajaran inkuiri yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan masalah, serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri, membina dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, rasa ingin tahu, dan penalaran serta cara berpikir objektif baik secara individual maupun kelompok. Pada pembelajaran ini siswa melakukan penyelidikan berdasarkan permasalahan yang diajukan guru tetapi siswa sendiri yang menentukan prosedur penyelidikannya. Sedangkan guru memfasilitasi dan membimbing siswa dalam kegiatan penyelidikan yang dirancangnya.

Pembelajaran inkuiri terstruktur mendorong siswa untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dengan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan konsepnya sendiri. Dalam inkuiri terstruktur ini terdapat proses-proses mental yaitu menyajikan masalah, merumuskan pertanyaan, membuat hipotesis, mendesain dan melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan menganalisis, dan menarik kesimpulan serta mempresentasikan hasil kegiatan penyelidikannya, melalui proses ini dapat membiasakan diri siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri terstruktur diduga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.


(45)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis dan penyusunan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian ini adalah : “Terdapat pengaruh pendekatan inkuiri


(46)

34

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs. YASTI 1 Cisaat Sukabumi yang berlokasi di Jl. Veteran No. 66 Cisaat-Sukabumi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober 2010 semester ganjil tahun ajaran 2010/2011.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

experiment (eksperimen semu), yaitu metode penelitian yang menguji

hipotesis berbentuk sebab-akibat melalui adanya perlakuan dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh perlakuan tersebut.20

Dalam penelitian ini, sampel dibagi dua bagian yaitu kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan pendekatan inkuiri terstruktur dan kelompok kontrol dengan metode demonstrasi. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol pretest-posttest (Pretest-Posttest

Control Group Design). Adapun desain penelitian dapat dilihat pada Tabel

3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen T1 X1 T2

Kontrol T1 X2 T2

Keterangan:

X1 : Perlakuan dengan pendekatan inkuiri terstruktur

X2 : Perlakuan dengan metode demonstrasi

Y1 : Tes awal yang sama pada kedua kelompok (Pre-test)

Y2 : Tes akhir yang sama pada kedua kelompok (Post-test)

20

Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. (Jakarta:PPM, 2004), h.128.


(47)

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi target penelitian adalah seluruh siswa MTs. Yasti 1 Cisaat, sedangkan yang menjadi populasi terjangkaunya adalah kelas VIII MTs. YASTI 1 Cisaat.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.21 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs. YASTI 1 Cisaat yang berjumlah 79 siswa dengan 38 siswa kelas VIII.8 sebagai kelompok eksperimen dan 41 siswa kelas VIII.7 sebagai kelompok kontrol. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan sampel bertujuan

(purposive sampling), yaitu dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan

didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu.22

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:

1. Variabel independen (bebas) adalah pendekatan inkuiri terstruktur dan tanpa pendekatan inkuiri terstruktur (dengan menggunakan metode lain yaitu demonstrasi). Variabel ini disimbolkan dengan huruf X.

2. Variabel dependen (terikat) adalah keterampilan proses sains siswa. Variabel ini disimbolkan dengan huruf Y.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes (pretest-posttest) dan lembar observasi. Pretest adalah tes KPS sebelum diterapkannya pendekatan inkuiri terstruktur yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keterampilan proses sains siswa sebelum diberikan perlakuan. Posttest adalah tes KPS setelah diterapkannya pendekatan inkuiri terstruktur untuk melihat pengaruhnya terhadap peningkatan keterampilan proses siswa akibat adanya perlakuan. Sedangkan observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas KPS

21

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006), hal. 131

22


(48)

siswa selama proses pembelajaran (aspek psikomotorik). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data Sumber

Data Jenis Data

Teknik Pengumpulan Data

Instrumen Penelitian

Siswa Keterampilan proses

sains siswa sebelum dan

sesudah dilakukan

perlakuan dengan

pendekatan inkuiri terstruktur dan metode demonstrasi

Melaksanakan pre-test

dan post-test

Butir soal uraian

Siswa Hasil pengamatan

keterampilan proses sains siswa pada saat proses pembelajaran

Mengamati melalui lembar observasi

Butir pernyataan uraian

F. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu tes Keterampilan Proses Sains (KPS) dan non tes berupa lembar observasi.

1. Tes Keterampilan Proses Sains (KPS)

Tes yang digunakan adalah tes uraian sebanyak 12 soal, masing-masing soal diberi skor 1-4. Agar dapat mengukur KPS siswa maka soal tersebut dibuat berdasarkan indikator aspek KPS yaitu: aspek mengamati, interpretasi data, berhipotesa, merencanakan percobaan, menerapkan konsep dan berkomunikasi. Kisi-kisi instrument dapat dilihat pada Tabel 3.3.


(49)

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains No Jenis

Keterampilan Indikator

Nomor soal

Skor max

1 Observasi

Menggunakan sebanyak

mungkin indera 1,7 4

2 Interpretasi Data

Menyimpulkan hasil

pengamatan 2,8 4

3 Berhipotesis

Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti

3,9 4

4 Merencanakan percobaan

Menentukan

alat/bahan yang digunakan

Menentukan prosedur suatu percobaan

4,10

5 Menerapkan Konsep

Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

5,11 4

6 Berkomunikasi

Menyampaikan

laporan secara

sistematis dan jelas

6,12 4

Jumlah 12

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data tentang keterampilan proses sains siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.


(1)

VII. Skenario Pembelajaran Pertemuan ke-1 (2x40 menit)

Kegiatan Aktivitas Guru Aktitivitas Siswa Alokasi

Waktu

Pendahuluan

Apersepsi

“Apabila penyelam tidak

menggunakan tabung oksigen, apa yang akan terjadi pada penyelam tersebut?”

Menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok

Siswa mengamati gambar yang ditampilkan oleh guru

Memperhatikan penjelasan guru

Siswa membuat kelompok dan duduk bersama kelompoknya masing-masing

5 menit

Inti

Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada masing-masing kelompok Guru memperlihatkan 2 tabung reaksi yang berisi air kapur yang bening

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa

”Apa yang akan terjadi pada

air kapur jika ditiupkan udara

pernapasan?”

Guru menugaskan siswa untuk memperhatikan dengan seksama peragaan tentang air kapur Guru meniupkan udara pernapasan kepada salah satu tabung yang berisi air kapur bening

Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan Lembar kerja Siswa

Memberikan pemantapan

Siswa memperhatikan penjelasan guru

Siswa memperhatikan tabung reaksi yang berisi air kapur yang bening Siswa menanggapi pertanyaan guru

Siswa memperhatikan peragaan yang dilakukan oleh guru

Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa dengan kelompok masing-masing

2 menit

10 menit

25 menit


(2)

terjadi miskonsepsi.

Meminta siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh guru.

Siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari 5 menit

Penutup

Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang dapat menyimpulkan materi

Guru menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya

Siswa mendapatkan apresiasi dari guru

Siswa memperhatikan penjelasan guru

10 menit

Pertemuan ke-2 (2x40 menit)

Kegiatan Aktivitas Guru Aktitivitas Siswa Alokasi

Waktu

Pendahuluan

Apersepsi:

Guru bertanya:

Apa yang terjadi pada otot

diafragma saat udara masuk ke

dalam paru-paru?”

Menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok

Siswa mengamati gambar yang ditampilkan oleh guru

Siswa Memperhatikan penjelasan guru

Siswa membuat kelompok dan duduk bersama

kelompoknya masing-masing

5 menit

Inti

Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada masing-masing kelompok

Guru memperlihatkan toples berbentuk donders

Siswa memperhatikan penjelasan guru

Siswa memperhatikan tabung reaksi yang berisi air kapur yang bening

2 menit


(3)

Waktu Guru mengajukan pertanyaan

kepada siswa

”Apa yang akan terjadi pada balon jika lembaran karet ditarik kebawah?”

Guru menugaskan siswa untuk memperhatikan dengan seksama peragaan tentang mekanisme pernapasan

Guru menarik dan melepaskan lembaran karet pada toples

Guru menjelaskan meknisme pernapasan melalui peragaan yang telah dilakukan

Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa

Memberikan pemantapan konsep kepada siswa agar tidak terjadi miskonsepsi.

Meminta siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh guru.

Siswa menanggapi pertanyaan guru

Siswa memperhatikan peragaan yang dilakukan oleh guru

Siswa memperhatikan Penjelasan guru

Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa dengan kelompok masing-masing

Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari

25 menit

18 menit

5 menit

Penutup

Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang dapat menyimpulkan materi

Guru menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya

Siswa mendapatkan apresiasi dari guru

Siswa memperhatikan penjelasan guru

10 menit

Pertemuan ke-3 (2x40 menit)

Kegiatan Aktivitas Guru Aktitivitas Siswa Alokasi

Waktu

Pendahuluan

Apersepsi: Guru menampilkan gambar olahragawan yang tampak terengah-engah dalam mengatur nafasnya

Guru bertanya:

“Bagaimanakah frekuensi

bernafas orang dalam kondisi

Siswa mengamati gambar yang ditampilkan oleh guru

Siswa mennaggapi


(4)

setelah beraktivitas (seperti lari)?”

Menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok

Memperhatikan penjelasan guru

Siswa membuat kelompok dan duduk bersama

kelompoknya masing-masing

Inti

Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada masing-masing kelompok Guru menunjukkan sebuah stopwatch

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa

”Apabila kita hitung frekuensi

pernapasan dalam posisi

berbaring, duduk,dan setelah berlari, dalam posisi apakah frekuensi pernapasannya yang

paling cepat?”

Guru menugaskan siswa untuk memperhatikan dengan seksama peragaan tentang frekuensi pernapasan

Guru meminta salah satu siswa untuk menghitung frekuensi pernapasan selama satu menit didepan kelas dalam posisi berbaring, duduk, dan setelah berlari

Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan Lembar kerja Siswa

Memberikan pemantapan konsep kepada siswa agar tidak terjadi miskonsepsi.

Meminta siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh guru.

Siswa memperhatikan penjelasan guru

Siswa memperhatikan tabung reaksi yang berisi air kapur yang bening Siswa menanggapi pertanyaan guru

Siswa memperhatikan peragaan yang dilakukan oleh guru

Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa dengan kelompok masing-masing

Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari

2 menit

10 menit

25 menit

18 menit

5 menit

Penutup

Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang dapat menyimpulkan materi

Siswa mendapatkan apresiasi dari guru


(5)

Waktu Guru menginformasikan materi

untuk pertemuan selanjutnya

Siswa memperhatikan penjelasan guru

Pertemuan ke-4 (2x40 menit)

Kegiatan Aktivitas Guru Aktitivitas Siswa Alokasi

Waktu

Pendahuluan

Apersepsi: Guru menampilkan gambar

Guru bertanya:

“Mengapa merokok itu

dilarang?”

Menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok

Siswa mengamati gambar yang ditampilkan oleh guru

Siswa mennaggapi pertanyaan guru

Memperhatikan penjelasan guru

Siswa membuat kelompok dan duduk bersama

kelompoknya masing-masing

5 menit

Inti

Guru menunjukkan pengaruh asap rokok terhadap kapas melalui tabung berbentuk U

Guru bertanya kepada siswa “Setelah rokok dibakar, kapas

yang berada dalam pipa

berubah warna. Mengapa

demikian?”

Guru menugaskan siswa untuk memperhatikan dengan seksama peragaan tentang frekuensi pernapasan

Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan Lembar kerja Siswa

Memberikan pemantapan konsep kepada siswa agar tidak terjadi miskonsepsi.

Siswa memperhatikan percobaan yang dilakukan oleh guru

Siswa menanggapi pertanyaan guru

Siswa memperhatikan peragaan yang dilakukan oleh guru

Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa dengan kelompok masing-masing

Siswa menyimpulkan materi yang telah

2 menit

10 menit

25 menit

18 menit


(6)

Meminta siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh guru.

Penutup

Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang dapat menyimpulkan materi

Guru menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya

Siswa mendapatkan apresiasi dari guru

Siswa memperhatikan penjelasan guru

10 menit

VIII. Penilaian

1. Lembar soal pretest-posttest 2. Lembar Kerja Siswa

IX. Sumber Belajar

1. Tim Abdi Guru, IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII, Jakarta: Erlangga, 2006.

2. Wasis dan Sugeng Yuli Irianto, Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

3. Badan Standar Nasional Pendidikan. Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, 2006.

Sukabumi,...2010

Mengetahui;

Guru kelas Penulis

(...) (...)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Metode Eksperimen Berorientasi Penilaian Kinerja Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Rotasi Benda Tegar

0 14 268

Analisis keterampilan proses sains siswa melalui pendekatan inkuiri pada konesp sistem koloid

3 8 137

Pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep suhu dan kalor (penelitian Quasi eksperimen di SMA 10 Tangerang)

4 20 134

Perbedaan Keterampilan Proses Sains Antara Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Dengan Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Konsep Fotosintesis (Kuasi Eksperimen Di Mts. Nurul Falah Sangiang Kota Tange

10 36 212

Pengaruh Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Sistem Pencernaan

0 5 303

Pengaruh metode eksperimen diskusi terhadap keterampilan proses sains pada konsep gerak harmonik sederhana

17 89 0

PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING

2 25 63

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERSTRUKTUR TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGETAHUAN SISTEM PERNAPASAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA.

0 0 1

PENGARUH INKUIRI TERBIMBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA KONSEP SISTEM PERNAPASAN - repository UPI S BIO 0909191 Title

0 0 4

PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING

0 0 11