2.5.4. Safety and Fire Production
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang perlu diperhatikan di dalam pabrik yang sedang beroperasi. Kecelakaan kerja akan dapat
mengakibatkan terhambatnya proses produksi. Cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengagn menggunakan alat pelindung diri. Alat-alat
pelindung diri yang terdapat pada PT. Jaya Beton Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Helm
Helm berfungsi untuk melindungi kepala pekerja dari benda yang terjatuh dari atas.
2. Sepatu
Sepatu berfungsi sebagai pengaman atau pelindung kaki. 3.
Sarung tangan Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari benda-benda yang
tajam, permukaan kasar, dan sebagainya. 4.
Masker Masker berfungsi untuk melindungi hidung dan mulut dari debu.
2.5.5. Waste Treatment
Setiap perusahaan perlu memperhatikan masalah limbah agar tidak mencemari lingkungan. Limbah dari proses pembuatan produk di PT. Jaya Beton
Indonesia berupa limbah cair dan padat yaitu air, sisa potongan PC Bar, dan sisa potongan iron wire. Air merupakan hasil buangan dari cetakan setelah proses
Universitas Sumatera Utara
spinning. Air ini kemudian dialirkan ke bak pengolahan limbah untuk disaring dalam 3 tahap. Selanjutnya air dialirkan ke kolam. Sisa potongan PC Bar dan sisa
potongan iron wire yang tidak dapat dipakai lagi dijual karena ukurannya tidak cukup untuk membuat tulangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Sejarah Lean Manufacturing
Pada tahun 1930-an, pemimpin dari Toyota Motor Company, mengunjungi pabrik Ford dan melakukan studi tentang sistem produksi massal di pabrik Ford
tersebut dalam rangka meningkatkan sistem produksinya. Sistem produksi missal yang dilakukan oleh Ford hanya dapat dilakukan untuk volume produksi yang
besar dan memiliki variasi produk yang terbatas. Jadi sistem produksi ini bukan hanya tidak fleksibel tapi juga sulit untuk beradaptasi dengan situasi yang ada.
Pada saat itu, Jepang hanya memiliki pasar yang kecil untuk mobil dibandingkan dengan pasar Amerika Serikat. Pasar yang kecil berarti volume produksi yang
diperlukan untuk memenuhi pesanan pelanggan juga kecil. Pada tahun 1950, para pemimpin Toyota melakukan kunjungan studi ke
beberapa perusahaan manufaktur di AS dan mereka berharap akan kagum dengan kemajuan manufaktur AS. Akan tetapi para pemimpin itu merasa terkejut bahwa
perkembangan sistem produksi massal di AS tidak banyak berubah sejak tahun 1930-an. Bahkan mereka menemukan banyak sekali kekurangan di system
produksi tersebut. Para pemimpin melihat sistem akuntansi tradisional yang menghargai manajer yang memproduksi produk berlebih, proses produksi yang
tidak mengalir secara merata, sehingga barang cacat yang tersembunyi dalam batch besar ini mungkin tidak akan ditemukan selama berminggu-minggu.
Tempat kerja tidak tertata dan berada di luar kendali dengan persediaan berlebih.
Universitas Sumatera Utara