BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi, globalisasi dan bertambahnya pelaku pasar menyebapkan persaingan dalam dunia usaha terus berkembang menjadi semakin
ketat. Hal ini mendorong setiap perusahaan berusaha meningkatkan daya saingnya dengan meningkatkan kualitas produk dan kecepatan respon terhadap konsumen.
PT. Jaya Beton merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan tiang pancang dan tiang listik. Sistem produksi yang digunakan di
perusahaan adalah make to order, dimana produk akan dibuat jika pesanan telah diterima dari konsumen.
Pada proses manufacturing yang dilakukan perusahaan masih terdapat pemborosan-pemborosan seperti waktu menunggu, transportasi, dan persediaan
berlebihan. Waktu menunggu pada proses produksi diakibatkan oleh ketidakseimbangan lintasan kerja dan kerusakan mesin yang terjadi. Berdasarkan
hasil wawancara dengan pihak perusahaan, kerusakan mesin paling sering terjadi pada mesin spinning. Persediaan barlebihan terlihat pada banyaknya tumpukan
pasir dan kerikil di luar bucket. Bucket merupakan tempat penumpukan pasir dan kerikil sebelum dimasukkan ke batching plant dengan menggunakan convenyor.
Akibatnya diperlukan transportasi pasir dan kerikil ke dalam bucket yang seharusnya tidak diperlukan. Jarak antara penumpukan pasir dan kerikil terhadap
bucket masing-masing adalah 10 meter dengan waktu pemindahan 1.8 menit dan
Universitas Sumatera Utara
1,11 menit. Data kerusakan mesin dan persediaan pasir serta kerikil ditunjukkan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.
Tabel 1.1. Data Jumlah Jam Mesin Normal dan Jam Kerusakan Mesin Spinning Tahun 2012 sd 2013 di PT. Jaya Beton Indonesia
Tahun Bulan
Jam Mesin Normal Jam
Jam Kerusakan Mesin Jam
2012 Juli
450 46.75
Agustus 432
41 September
486 38
Oktober 450
40.5 November
486 41.5
Desember 468
43.84
2013 Januari
468 38.67
Februari 396
39 Maret
468 38.5
April 450
42.5 Mei
486 51.5
Juni 468
43.25
Sumber: PT. Jaya Beton Indonesia
Tabel 1.1. diatas menunjukkan bahwa rata-rata jam kerusakan mesin adalah 10 dari waktu normal yang tersedia. Mesin spinning digunakan untuk
proses mould spinning pada stasiun kerja VIII. Proses mould spinning bertujuan untuk memadatkan dan membentuk rongga pada produk tiang pancang. Waktu
antara proses pengecoran dan mould spinning tidak boleh terlalu lama untuk menghindari adonan beton mengeras dan tidak dapat dibentuk menjadi berongga.
Sehingga apabila terjadi kerusakan pada mesin spinning maka proses pengecoran pada stasiun kerja VI akan diperlambat atau dihentikan. Akibatnya akan terjadi
bottleneck pada stasiun kerja IV dan waktu menunggu pada stasiun kerja VI dan stasiun kerja berikutnya serta menurunnya jumlah produksi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2. Data Penerimaan, Pemakaian, dan Persediaan Pasir dan Kerikil m
3
Tanggal Penerimaan
Pemakaian Persediaan
Pasir Kerikil
Pasir Kerikil
Pasir Kerikil
19062013 144
84 143
90 657
328 20062013
132 84
121 72
658 322
21062013 120
72 133
85 669
334 22062013
132 60
143 82
656 321
24062013 132
72 128
76 645
299 25062013
120 96
135 78
650 295
26062013 144
60 143
87 635
313 27062013
120 60
121 77
636 286
28062013 120
84 118
70 636
269 29062013
120 60
134 83
637 283
Rata-rata 128
73 132
80 Stdev
10 13
9 7
Sumber: PT. Jaya Beton Indonesia
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas dapat dihitung persediaan pasir dan kerikil teoritis untuk memenuhi 99 kebutuhan semen dan pasir setara dengan 2,33
sigma.
Tabel 1.3. Persediaan Pasir dan Kerikil Teoritis untuk Memenuhi 99 Kebutuhan m
3
Stock Type Theoretical Need at 2,33 sigma coverage
Pasir Kerikil
Cycle 61
40 Safety
23 31
Buffer 22
15 Total
111 86
Persediaan pasir dan kerikil aktual yang dilakukan perusaan jauh melebihi persediaan teoritis yang diperlukan untuk memenuhi 99 kebutuhan
produksi, akibatnya terjadinya pemborosan yang lain yaitu pemindahan pasir dan
Universitas Sumatera Utara
kerikil kedalam bucket. Pemborosan-pemborosan yang terjadi di sepanjang proses manufacturing tersebut mengakibatkan lead time dan biaya produksi semakin
tinggi. Untuk mengurangi lead time dan biaya produksi harus dilakukan eliminasi terhadap pemborosan-pemborosan, standarisai proses, dan menjaga proses
produksi tetap berjalan dengan lancar create flow serta perbaikan secara berkelanjutan yang secara efektif dapat dilakukan dengan penerapan lean
manufacturing. Penelitian mengenai penerapan lean manufacturing pada perusahaan
pakaian di Sri Langka berhasil mengurangi biaya produksi 10 dan lead time 30 serta meningkatkan plant efisiency 20 dan kualitas produk dari 64
menjadi 94 Gamage J.R. dkk, 2011. Penelitian lain mengenai penerapan lean manufacturing pada perusahaan mobil off-road di United State berhasil
meningkatkan troughput 600 dan mengurangi kecacatan produk 83 Lucas S. dkk, 2011. Penelitian-penelitian mengenai penerapan lean manufacturing ini
menunjukkan bahwa penerapan lean manufacturing dapat menurunkan lead time dan meningkatkan produktivitas.
Lean manufacturing merupakan serangkaian teknik yang lengkap, yang apabila dikombinasikan dan terus diperbaharui dapat mengeleminasi ketujuh
pemborosan yaitu: produksi yang berlebih, waktu menunggu, transportasi, proses yang berlebih, persediaan berlebih, gerakan yang tidak perlu, produk cacat Lonie
Wilson, 2010. Pemborosan merupakan segala kegiatan yang tidak meningkatkan nilai tambah non value added yang mengakibatkan waktu dan biaya produksi
Universitas Sumatera Utara
meningkat, sehingga harus dikurangi ataupun dihilangkan. Pemborosan dapat terjadi dimana saja disepanjang proses manufacturing.
1.2. Rumusan Masalah