= 23
6,38 = 3,61
Perbandingan nilai metric lean pada current dan future value stream map ditunjukkan pada Tabel 6.7. dibawah.
Tabel 6.7. Perbandingan Metric Lean pada Current dan Future Value Stream Map
Metric Lean Current
Future
Total lead time 416.11 menit
221,42 menit Value to waste
0.90 1.77
Process cycle efficiency 50
64 Process lead time
8.16 jam 3.61 jam
6.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil current value stream map dapat dilihat bahwa masih terdapat ketidakseimbangan lintasan produksi, transportasi dan produk work in
process yang berlebihan. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dengan menerapkan lean manufacturing. Tahap pertama yang dilakukan dalam
mengurangi pemborosan adalah dengan sinkronisasi pasokan terhadap konsumen secara internal. Hal ini dilakukan dengan menghitung takt time untuk mengetahui
waktu produksi per unit yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan perhitungan cycle, buffer serta safety stock,. Takt time yang didapatkan
berdasarkan permintaan konsumen pada September 2012 sampai Agustus 2013 adalah 9,44 menitunit. Cycle buffer serta safety stock digunakan untuk mengatasi
Universitas Sumatera Utara
variasi internal dan eksternal. PT Jaya Beton Indonesia mempunyai sistem produksi make to order, sehingga persediaan dilakukan terhadap bahan baku.
Pasir dan kerikil adalah dua dari beberapa bahan baku yang digunakan. Persediaan pasir dan kerikil yang dilakukan perusahaan sangat berlebihan hal ini
terlihat dari banyaknya tumpukan pasir dan kerikil di sekitar bucket yang merupakan tempat penyimpanan sementara. Akibatnya proses transportasi pasir
dan kerikil ke dalam bucket semakin besar. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan perhitungan cycle, buffer serta safety stock pasir dan kerikil. Persediaan
pasir dan kerikil minimum untuk memenuhi 99 kebutuhan konsumen at 2,33 sigma coverage adalah 111 m
3
dan 86 m
3
. Hal ini jauh melebihi persediaan rata- rata pasir dan kerikil yang dilakukan PT Jaya Beton Indonesia yaitu 648 m
3
dan 305 m
3
. Tahap kedua yang dilakukan dalam mengurangi pemborosan adalah
sinkronisasi produksi secara internal. Sinkronisasi produksi secara internal bertujuan untuk menyesuaikan kecepatan produksi dengan takt time sebersar 9,44
menitunit. Hal ini dilakukan dengan menyesuaikan waktu setiap stasiun kerja dengan takt time untuk mengurangi waktu menunggu pada setiap stasiun kerja.
Balance delay, efisiensi, dan smoothing index pada lintasan produksi aktual masing-masing sebesar 33,5, 66,5, dan 11,68. Idealnya, balance delay,
efisiensi, dan smoothing index masing-masing mendekati 0 , 100, dan 0. Tetapi keadaan tersebut masih jauh dari kondisi aktual lintasan produksi
diperusahaan. Oleh karena itu, dilakukan perbaikan dengan mengurangi tenaga kerja untuk meminimumkan waktu menganggur yang cukup besar dibeberapa
Universitas Sumatera Utara
stasiun kerja. Jumlah tenaga kerja aktual pada lantai produksi adalah 40 orang per shift. Hasil Balance delay, efisiensi, dan smoothing index pada lintasan produksi
setelah perbaikan masing-masing sebesar 19,11, 80,89, dan 6,86 dengan jumlah produksi tetap dan jumlah tenaga kerja 31 orang per shift.
Tahap ketiga adalah menciptakan aliran, yang bertujuan menjaga proses produksi tetap berjalan dengan lancar sehingga hasil dari sinkronisasi produksi
secara internal dapat berjalan dengan lancar. Dengan demikian lantai produksi dapat berproduksi berjalan pada tingkat takt time yaitu sebesar 9,44 menitunit.
Salah satu hal yang mengakibatkan tidak lancarnya proses produksi adalah kerusakan mesin. Kerusakan mesin dapat mengakibatkan waktu menunggu dan
bottleneck yang merupakan kegiatan yang tidak meningkatkan nilai tambah. Pada PT Jaya Beton Indonesia kerusakan mesin yang paling sering terjadi adalah pada
mesin spinning. Sehingga pada kegiatan menciptakan aliran ini direncanakan jadwal preventive maintenance berdasarkan waktu antar kerusakan.
Distribusi data time to failure mesin spinning membentuk distribusi normal dengan nilai pengujian Anderson Darling paling kecil yaitu 0,65. Rata-
rata dan simpangan baku time to failure mesin spinning adalah 233,2 jam dan 85,95 jam. Sehingga ditentukan jadwal preventive maintenance adalah setiap 11
hari sekali. Setelah ketiga langkah untuk mengeliminasi pemborosan dilakukan maka
digambarkan future value stream map. Peningkatan nilai metric lean pada future value stream map apabila dibandingkan dengan current value stream map adalah
sebagai berikut total lead time menurun 47 , value to waste meningkat 97,
Universitas Sumatera Utara
process cycle efficiency meningkat 28, dan process lead time menurun 56 serta pengurangan jumlah tenaga kerja sebanyak 9 orang dengan jumlah produksi
yang tetap. Perbandingan metric lean pada future value stream map dan current value stream map tersebut menunjukkan bahwa terjadi perbaikan nilai metric lean
setelah penerapan lean manufacturing. Seperti halnya penelitian mengenai penerapan lean manufacturing pada perusahaan pakaian di Sri Langka berhasil
mengurangi biaya produksi 10 dan lead time 30 serta meningkatkan plant efisiency 20 dan kualitas produk dari 64 menjadi 94 Gamage J.R. dkk,
2011. Penelitian lain mengenai penerapan lean manufacturing pada perusahaan mobil off-road di United State berhasil meningkatkan troughput 600 dan
mengurangi kecacatan produk 83 Lucas S. dkk, 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis terhadap data maka diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Current value state map PT Jaya Beton Indonesia menunjukkan bahwa total lead time adalah sebesar 431,8 menit, total processing time sebesar 56,02
menit, value to waste ratio sebesar 0,9, process cycle efficiency sebesar 47 , dan process lead time 8,16 jam.
2. PT Jaya Beton Indonesia dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan berproduksi pada tingkat takt time sebesar 9,44 menitunit produk.
3. Jumlah persediaan pasir dan kerikil yang dibutuhkan untuk memenuhi 99 kebutuhan produksi adalah 111 m
3
dan 86 m
3
. 4. Pengurangan jumlah operator pada stasiun kerja I, IV, dan X sebanyak 9 orang
dapat mengurangi waktu menunggu dari 33,5 menjadi 19,11 dengan jumlah produksi yang tetap dan keseimbangan lintasa yang lebih baik.
5. Untuk menjaga proses produksi tetap lancar perlu dilakukan pelaksanaan preventive maintenance pada mesin spinning yang mempunyai distribusi
waktu antar kerusakan yang normal dengan rata-rata dan simpangan baku antar kerusakan sebesar 233,2 jam dan 85,95 jam. Sehingga diperlukan
pelaksanaan preventive maintenance sekali dalam 11 hari untuk menjaga
availability tetap tinggi.
Universitas Sumatera Utara