Sistem Persediaan LANDASAN TEORI

3.2 Sistem Persediaan

2 2. Selang waktu persediaan adalah tetap untuk setiap kali pemesanan dilakukan. Masalah persediaan merupakan hal yang penting dalam logistik. Karena persediaan sendiri menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi jumlah produksi yang diinginkan agaradapat memnuhi jumlah permintaan konsumen. Secara umum, ada dua macam sistem persediaan yang biasa dipakai yang satu sama lain bervariasi yaitu : 1. Sistem pemesanan ukuran tetap fixed order size inventory sistem atau sering disebut dengan “Q sistem”. 2. Sistem pemesanan interval tetap fixed order interval inventory sistem atau sering disebut “P sistem”. Adapun ciri-ciri dari Q sistem adalah sebagai berikut : 1. Jumlah bahan yang dipesan selalu sama untuk setiap kali pemesanan yaitu sebesar lot ekonomis. 2. Selang waktu pemesanan tidak tetap, bervariasi sesuai fluktuasi pemakaian bahan. 3. Pemesanan dilakukan kembali apabila jumlah persediaan telah mencapai titik pemesanan kembali reorder point. 4. Titik pemesanan kembali besarnya sama dengan perkiraan pemakaian selama Adapun ciri ciri “P sistem” adalah sebagai berikut : 1. Jumlah bahan yang dipesan tidak tetap, tetapi tergantung pada jumlah persediaan yang ada di gudang pada saat pemesanan dilakukan. 2 Pujawan, I Nyoman. 2002. Manajemen Logistik. PT. Bumi Aksara : Jakarta. Hal : 105-110. . Universitas Sumatera Utara 3. Model P tidak mempunyai titik pemesanan kembali, tetapi lebih menekankan pada target persediaan. 4. Model P mempunyai jumlah pemesanan akan bervariasi tergantung permintaan yang sesuai dengan target persediaan. Adapun gambar dari Q sistem dan P sistem dapat dilihat pada Gambar 3.1. dan Gambar 3.2. Sumber: http:www.medafrontir.comInvetorySystem Gambar 3.1 Q System Sumber: http:www.medafrontir.comInvetorySystem Gambar 3.2 P System Titik pemesanan kembali reorder point dapat dilihat pada Gambar 3.3. Universitas Sumatera Utara Sumber: http:www.medafrontir.comInvetorySystem Gambar 3.3 Titik Pemesanan Kembali Reorder Point Dari Gambar 3.3 terlihat bahwa dalam satu siklus Persediaan Y, saat memesan adalah t1 yaitu saat jumlah persediaan sudah mencapai titik R Reorder Point. Lead Time L adalah selang waktu antara pesanan dibuat dan pesanan datang. Maka, selama t1-t2, proses menggunakan persediaan gudang selama L. ΔRΔt adalah tingkat penggunaan persediaan sejak pesanan dibuat. Artinya, selama itu pula titik kritis dimulai, karena penyimpangan atau perubahan ΔRΔt Masalah pokok pengendalian inventory dengan menggunakan metode Q adalah penentuan jumlah pemesanan optimal dengan biaya minimum dan masalah titik pemesanan kembali atau reorder point ROP. Penentuan titik pemesanan kembali mencakup penentuan persediaan pengaman safety stock dan kebutuhan selama lead time. Namun pada kenyataannya, baik permintaan maupun lead time sama- sama tidak pasti. Oleh karena itu, waktu pemesanan suatu barang harus mempertimbangkan ketidakpastian dari dua aspek tersebut. Maka, pada situasi dimana ada ketidakpastian pada sisi pasokan maupun permintaan, reorder point dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Universitas Sumatera Utara ROP = d x l + SS SS = Z x S Keterangan: d = rata-rata permintaan l = lead time SS = safety stock Z = multiplier pada Service Level S = simpangan baku

3.3 Faktor Biaya Persediaan