BAB VI SIMULASI
6.1 Formulasi Masalah
Langkah awal dalam melakukan simulasi adalah melakukan formulasi masalah untuk menentukan masalah utama yang akan dipecahkan dengan
menggunakan teknik simulasi. Dari hasil formulasi masalah, diketahui bahwa yang menjadi masalah utama yang dialami oleh perusahaan adalah permintaan
yang datang secara fluktuatif dan jumlah kecacatan produk yang bervariasi menyebabkan perusahaan mengalami kendala dalam menentukan jumlah
pemesanan bahan baku yang mendukung jumlah produksi serta memberikaan biaya persediaan yang minimal. Pemecahan masalah yang menjadi tujuan simulasi
ini adalah menentukan jumlah pemesanan bahan baku yang mampu menghindarkan perusahaan dari kekurangan persediaan dan mampu memberikan
biaya persediaan yang minimal untuk dijadikan pertimbangan pihak perusahaan.
6.2 Membangun Model
Sebelum membangun model simulasi, terlebih dahulu dibentuk model umpan balik causal Model yaitu sebuah diagram yang menggambarkan
hubungan antara komponen yang digunakan dalam simulasi dinamis. Hubungan yang terjadi antara komponen terbagi menjadi dua yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Hubungan similar s yaitu hubungan berbanding lurus yakni apabila nilai satu komponen bertambah besar, nilai komponen yang dipengaruhinya juga
bertambah besar dan sebaliknya. 2. Hubungan opposite o yaitu hubungan berbanding terbalik yakni apabila nilai
satu komponen bertambah besar, nilai komponen yang dipengaruhinya menjadi bertambah kecil dan sebaliknya.
Pembentukan causal Model harus dilakukan secara logis dan tepat sebab causal Model ini akan menjadi dasar dalam pembuatan model simulasi dinamis.
Akan diberikan satu contoh pembuatan causal Model secara rinci dari awal sampai selesai. Causal Model yang akan diuraikan secara rinci sebagai contoh
adalah causal Model untuk bagian persediaan bijih plastik. Pertama-tama bentuk dulu entitias utama sistem yakni persediaan bijih
plastik serta varibel yang mempengaruhinya yakni penerimaan bijih plastik dan penggunaan bijih plastik. Kemudian ditentukan hubungan variabel dengan entitas.
Penerimaan bijih plastik berbanding lurus dengan persediaan bijih plastik sebab makin besar penerimaan bijih plastik tentu persediaan bijih plastik akan semakin
besar. Oleh karena itu, terjadi hubungan similar s antara penerimaan bijih plastik dan persediaan bijih plastik. Demikian pula, ditentukan hubungan antara
penggunaan bijih plastik dan persediaan bijih plastik, makin besar penggunaan bijih plastik maka persediaan bijih plastik akan makin kecil. Oleh karena itu,
terjadi hubungan opposite o antara penggunaan bijih plastik dengan persediaan bijih plastik. Langkah pertama pembentukan causal Model persediaan bijih plastik
dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.1 Pembentukan Causal Model Persediaan Bijih Plastik Langkah I
Langkah kedua, adalah mengembangkan variabel yang mempengaruhi entitas. Untuk penggunaan bijih plastik sendiri, akan menjadi input jumlah
produksi. Hubungan yang terjadi antara penggunaan bijih plastik dengan input proses inspeksi dan penimbangan adalah hubungan similar s sebab makin besar
penggunaan bijih plastik maka akan semakin besar pula yang menjadi input jumlah produksi. Untuk penerimaan bijih plastik sendiri, dipengaruhi oleh dua
faktor yakni Raw Material in Order dan lead time. Hubungan antara penerimaan bijih plastik dan Raw Material in Order adalah hubungan similar s sebab makin
besar besar Raw Material in Order maka akan semakin besar pula penerimaan bijih plastik. Untuk hubungan antara penerimaan bijih plastik dan lead time adalah
hubungan opposite o sebab makin besar nilai lead time maka akan semakin lama penerimaan bijih plastik. Langkah kedua pembentukan causal Model persediaan
bijih plastik dapat dilihat pada Gambar 6.2.
Pe rse d ia a n Bj ij ih Pla st ik
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.2 Pembentukan Causal Model Persediaan Bijih Plastik Langkah II
Langkah ketiga, adalah melakukan pengembangan lagi dengan menambahkan variabel yang mempengaruhi variabel pada langkah kedua
sebelumnya. Variabel pemesanan bahan baku akan dipengaruhi oleh vairabel reorder point. Hubungan yang terjadi diantara dua variabel ini adalah similar s
sebab semakin besar nilai reorder point maka pemesanan bahan baku akan semakin cepat. Variabel penerimaan Untuk reorder point bijih plastik sendiri
dipengaruhi oleh tiga variabel yakni : rata-rata penggunaan bijih plastik, safety stock bijih plastik dan lead time bijih plastik.
Hubungan antara reorder point bijih plastik dengan ketiga variabel tersebut dapat dilihat dari rumus yang digunakan untuk menghitung reorder point
bijih plastik yaitu : rata-rata penggunaan bijih plastik x lead time bijih plastik + safety stock bijih plastik. Dari rumus tersebut terlihat bahwa ada hubungan similar
s antara reorder point bijih plastik dengan ketiga variabel yang mempengaruhinya dimana apabila terjadi penambahan nilai pada salah satu
variabel dari ketiga variabel tersebut maupun penambahan nilai pada semua variabelnya tentu nilai reorder point bijih plastik akan semakin besar. Langkah
Pe n g g u n a a n Bj ij ih Pla st ik
Universitas Sumatera Utara
ketiga pembentukan causal Model persediaan bijih plastik dapat dilihat pada Gambar 6.3.
Gambar 6.3 Pembentukan Causal Model Persediaan Bijih Plastik Langkah
III
Langkah terakhir, adalah penyempurnaan dengan penambahan sub-sub variabel yang mempengaruhi variabel pada langkah ketiga sebelumnya. Variabel
yang akan ditinjau pada langkah ini adalah variabel safety stock bijih plastik. Safety stock bijih plastik dipengaruhi oleh variabel penggunaan bijih plastik.
Adapun variabel penggunaan bijih plastik mempunyai hubungan similar s dengan variabel safety stock. Untuk variabel pemesanan bijih plastik juga akan
dipengaruhi oleh variabel persediaan bijih plastik main supplier dan persediaan plastik additional supplier. Adapun pengatur kedua variabel itu terhadapa variabel
pemesanan bijih plastik adalah similar s. Variabel penerimaan bijih plastik akan dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu lead time, last order date dan raw
material in order. Ketiaga variabel itu mempunyai hubungan opposite o dengan variabel penerimaan bijih plastik. Setelah dilakukan penentuan hubungan antara
variabel dan sub variabel, selesailah causal Model persediaan bijih plastik yang dapat dilihat pada Gambar 6.4.
Pe n g g u n a a n Bj ij ih Pla st ik
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.4 Pembentukan Causal Model Persediaan Bijih
Plastik Langkah IV
Untuk Causal Model selanjutnya yaitu Causal Model produksi palstik. Adapun Causal Model untuk penjualan produk plastik dapat dilihat pada gambar
6.5.
Gambar 6.5 Causal Model Produksi Plastik
Setelah membuat causal Model tiap bagian, dilakukan penggabungan dan penambahan komponen yang diperlukan sehingga diperoleh main causal Model
yang dapat dilihat pada Gambar 6.6.
Pe n e rima a n Bj ij ih Pla st ik
Pe n g g u n a a n b ij ih p la st ik
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.6 Main Causal Model
Penerimaan Bjijih Plast ik
Universitas Sumatera Utara
Setelah membentuk causal Model, maka dibangunlah main model simulasi. Main model simulasi yang dibangun mencakup kegiatan pembelian
bahan baku, penggunaan bahan baku, penentuan persediaan bahan baku, proses produksi dari bahan baku bijih plastik menjadi produk plastik dan penjualan
produk plastik. Namun, sebelum membuat main model, terlebih dahulu dibuat sub model tiap bagian untuk mempermudah penyusunan main model nantinya.
Sub model untuk produksi produk plastik dapat dilihat pada Gambar 6.7.
Gambar 6.7 Submodel Produksi Produk Plastik
Sub model untuk persediaan produk plastik dapat dilihat pada Gambar 6.8.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.8 Submodel Persediaan Bijih Plastik
Setelah membuat sub model tiap bagian, dilakukan penggabungan sehingga diperoleh main model simulasi dinamis yang dapat dilihat pada Gambar
6.9.
RM in Ord e r
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.9 Main Model Simulasi
Pe r Pe n e rima a n Bij ih
Re o rd e r P
Le a d Time Ra t a -ra t a
Pe n g g u n a a n Bij ih Pla st ik
RM in Ord e r
La st O s
Universitas Sumatera Utara
6.3 Menerjemahkan Model