145
kuantitatif tanpa dilengkapi data dan pendekatan kuantitatif, sehingga tidak ada lain yang dapat dijadikan sebagai pembanding guna melengkapi
temuan dalam penelitian.
4. Diharapkan untuk peneliti berikutnya untuk mendapat data penelitian tidak
hanya menggunakan angket melainkan dengan cara yang lain untuk mengantisipasi ketidakcermatan dan ketidakjujuran dalam pengisian
angket. 4.4
Konsep Model Pengembangan Profesionalisme Guru.
4.4.1 Rasional
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dalam hal ini dikemukakan model hipotetik pengembangan profesionalisme melalui pelatihan
yang direkonstruksi dan diinterpretasikan dari temuan empirik sehingga menghasilkan sebuah abstraksi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
pengembangan profesionalisme. Model hipotetik ini dibangun berdasarkan kebutuhan peningkatan profesionalisme
guru untuk meningkatkan pendidikan yang bermutu. Selain itu, model ini dikembangkan berdasarkan pada hasil penelitian yang membuktikan bahwa
variabel motivasi berprestasi yang dibuktikan melalui motivasi berprestasi memiliki pengaruh paling tinggi terhadap profesionalisme, dibandingkan
pengaruh komitmen, dan budaya organisasi terhadap profesionalisme guru. Oleh karena itu, profesionalisme guru merupakan salah satu kunci sukses tidaknya
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
146
Menurut Usman 2006:14-15, guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Tilaar menjelaskan pula bahwa seorang profesional menjalankan pekerjaannya
sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional menjalankan
kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Profesionalisme bertentangan dengan amatirisme. Seorang profesional akan terus-
menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan Tilaar, 2002:86. Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu
sendiri adalah, suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan
khusus atau latihan khusus Arifin, 1995:105.
Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus mampu menemukan jati
diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas yang sangat rendah pada pembangunan pendidikan selama beberapa puluh tahun terakhir telah berdampak
buruk yang sangat luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara Sholeh, 2006:9. Menurut Hall dan Lindzey dalam Nugrahney 2009 : 19 bahwa motivasi
berprestasi sebagai dorongan yang berhubungan dengan prestasi, yaitu menguasai, memanipulasi, mengatur lingkungan sosial atau fisik, mengatasi rintangan-
rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing untuk melebihi perbuatannya yang lampau dan mengungguli orang lain.
147
Glasser Hoy dan Miskel, 200, Gibson, at all 1997, Kinicki Kreitner 2003 menyoroti masalah komitmen sebagai penunjang tercapainya kinerja
berbasis mutu. Disimpulkan bahwa, orang yang memiliki komitmen yang tinggimenunjukkan loyalitas dan kemampuan profesionalnya, selanjutnya
menurut Sweeney McFarlin 2002 dan hasil penelitian Allen Meyer 1990 dalam Brown Gaylor 2002, Goleman 2005 dikemukakan bahwa
anggota organisasi yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasinya, akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan produtivitas kerja.
Budaya organisasi juga terdapat pengaruhnya, seperti yang dikatakan oleh Kalbers dan Fogarty 1995 yang menjelaskan bahwa, komitmen memiliki tiga
sikap yaitu, rasa mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan terhadap organisasi. Robbins
2003 mengatakan bahwa, budaya dapat meningkatkan komitmen dan meningkatkan konsistensi perilaku anggota organisasi. Dengan demikian
komitmen guru merupakan faktor yang mempengaruhi budaya organisasi. Berdasarkan hasil temuan empirik tersebut maka perlu dibuat satu model
pengembangan profesionalisme
guru berbasis
mutu sebagai
bentuk pengembangan sumber daya manusia yang dapat dikembangkan di Kabupaten
Lampung Utara.
Menurut Simamora dalam Sinanmbela 2012:209, pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan,
pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja. Menurut Crosby dalam Sinanmbela 2012:209, pelatihan adalah