144
anggota organisasi yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasinya, akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan produtivitas kerja.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan, meskipun dilaksanakan berdasarkan metode penelitian ilmiah. Berikut beberapa keterbatasan dalam penelitian ini,
antara lain. 1.
Terdapat banyak variabel yang mempengaruhi profesionalisme guru di antaranya disiplin kerja, manajemen kepemimpinan, sarana prasarana,
teknologi, kesempatan berprestasi dan lain-lain tetapi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada variabel budaya organisasi, komitmen, dan motivasi
berprestasi. 2.
Kuisioner penelitian yang disajikan kepada para responden menggunakan pertanyaan tertutup, dengan pilihan jawaban yang telah disediakan, tanpa
memberikan kesempatan kepada responden untuk mengungkapkan alasan, kritik, dan saran terhadap pernyataan yang terdapat dalam angket serta
variabel penelitian.
3. Instrumen yang digunakan untuk menjaring data dari penelitian hanya
menggunakan angket atau kuisioner berbentuk skala pengukuran tanpa dilengkapi dengan pedoman wawancara, sehingga kemungkinan
mempunyai kelemahan dalam menggali dan menggungkapkan kondisi sesungguhnya dari responden. Dengan demikian temuan dari hasil
penelitian ini sesungguhnya hanya terbatas pada data yang bersifat
145
kuantitatif tanpa dilengkapi data dan pendekatan kuantitatif, sehingga tidak ada lain yang dapat dijadikan sebagai pembanding guna melengkapi
temuan dalam penelitian.
4. Diharapkan untuk peneliti berikutnya untuk mendapat data penelitian tidak
hanya menggunakan angket melainkan dengan cara yang lain untuk mengantisipasi ketidakcermatan dan ketidakjujuran dalam pengisian
angket. 4.4
Konsep Model Pengembangan Profesionalisme Guru.
4.4.1 Rasional
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dalam hal ini dikemukakan model hipotetik pengembangan profesionalisme melalui pelatihan
yang direkonstruksi dan diinterpretasikan dari temuan empirik sehingga menghasilkan sebuah abstraksi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
pengembangan profesionalisme. Model hipotetik ini dibangun berdasarkan kebutuhan peningkatan profesionalisme
guru untuk meningkatkan pendidikan yang bermutu. Selain itu, model ini dikembangkan berdasarkan pada hasil penelitian yang membuktikan bahwa
variabel motivasi berprestasi yang dibuktikan melalui motivasi berprestasi memiliki pengaruh paling tinggi terhadap profesionalisme, dibandingkan
pengaruh komitmen, dan budaya organisasi terhadap profesionalisme guru. Oleh karena itu, profesionalisme guru merupakan salah satu kunci sukses tidaknya
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.