Pengaruh yang signifikan komitmen terhadap profesionalisme

143 dan motivasi saja tanpa keahlian dan kemampuan tidak dapat meningkatkan kinerja, perlu ditambah lagi dengan situasi kerja yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Oleh karena itu untuk menunjang guru profesional dibutuhkan motivasi yang tinggi, kompetensi yang tinggi, serta budaya organisasi yang kondusif. Dalam peneletian ini budaya organisasi, komitmen dan motivasi berprestasi berpengaruh terhadap profesionalisme. Kaitannya adalah jika seseorang memiliki motivasi tinggi dan berkeinginan melakukan kinerja yang tinggi harus didukung oleh faktor individu dan juga organisasi sehingga akan meningkatkan kinerja. Kinerja yang baik akan menghasilkan penghargaan yang berasal dari dalam diri individu maupun dari luar individu. Penghargaan intrinsik akan mempengaruhi motivasi, penghargaan ekstrinsik menghasilkan kepuasan yang pada akhirnya akan meningkatkan motivasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins 2006 mengatakan bahwa, budaya dapat meningkatkan komitmen dan meningkatkan konsistensi perilaku anggota organisasi. Dengan demikian komitmen guru merupakan faktor yang mempengaruhi budaya organisasi. Selanjutnya Glasser Hoy dan Miskel, 2008, Gibson, at all 1997, Kinicki Kreitner 2003 menyoroti masalah komitmen sebagai penunjang tercapainya kinerja berbasis mutu. Disimpulkan bahwa, orang yang memiliki komitmen yang tinggimenunjukkan loyalitas dan kemampuan profesionalnya, selanjutnya menurut Sweeney McFarlin 2002 dan hasil penelitian Allen Meyer 1990 dalam Brown Gaylor 2002, Goleman 2005 dikemukakan bahwa 144 anggota organisasi yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasinya, akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan produtivitas kerja.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan, meskipun dilaksanakan berdasarkan metode penelitian ilmiah. Berikut beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain. 1. Terdapat banyak variabel yang mempengaruhi profesionalisme guru di antaranya disiplin kerja, manajemen kepemimpinan, sarana prasarana, teknologi, kesempatan berprestasi dan lain-lain tetapi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada variabel budaya organisasi, komitmen, dan motivasi berprestasi. 2. Kuisioner penelitian yang disajikan kepada para responden menggunakan pertanyaan tertutup, dengan pilihan jawaban yang telah disediakan, tanpa memberikan kesempatan kepada responden untuk mengungkapkan alasan, kritik, dan saran terhadap pernyataan yang terdapat dalam angket serta variabel penelitian. 3. Instrumen yang digunakan untuk menjaring data dari penelitian hanya menggunakan angket atau kuisioner berbentuk skala pengukuran tanpa dilengkapi dengan pedoman wawancara, sehingga kemungkinan mempunyai kelemahan dalam menggali dan menggungkapkan kondisi sesungguhnya dari responden. Dengan demikian temuan dari hasil penelitian ini sesungguhnya hanya terbatas pada data yang bersifat