Tanaman Sagu TINJAUAAN PUSTAKA

2. TINJAUAAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sagu

Sagu termasuk tumbuhan monokotil dari famili Palmae, ordo Spadiciflorae dan genus Metroxylon Sastrapradja dan Mogen 1976. Tanaman sagu terdiri atas sagu berduri dan sagu tidak berduri. Sagu berduri adalah sagu Tuni M. rumpii, sagu Ihur M. sylvestre, sagu Makanaru M.longispinum dan sagu duri rotan M. microcanthum serta satu jenis sagu yang tidak berduri yaitu sagu molat M. sagu Bintoro 2008. Selanjutnya Papilaya 2009 menyatakan bahwa kelima jenis sagu ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di Maluku. Tanaman sagu dapat tumbuh pada berbagai kondisi hidrologi dari yang terendam sepanjang masa sampai ke lahan jalan yang tidak terendam air Bintoro 2008. Bentuk pohon yang tegak dan kuat dengan ukuran tinggi dan diameter batang yang berbeda-beda menurut jenis dan umurnya. Pohon sagu yang mulai berbunga mempunyai tinggi yang bervariasi antara 10-15 m dan diameter batangnya mencapai 75 cm dengan berat berkisar satu ton Flach 1977. Metroxylon berasal dari bahasa Yunani, yaitu Metra dan Xylon. Metra artinya empulur dan Xylon artinya Xylem atau pembuluh kayu Flach 1983. Di Indonesia dikenal dengan beberapa nama diantaranya rumbia Minangkabau, Makassar dan Bugis, lapia atau napia Ambon, kirai Jawa Barat, sedangkan Jawa Timur dan Jawa Tengah dikenal dengan nama bilung atau kresula. Perbanyakan tanaman sagu dapat dilakukan dengan benih biji sagu untuk pembibitan dengan cara generatif dan anakan untuk pembibitan vegetatif. Biji atau buah yang digunakan berasal dari pohon sagu yang sudah tua atau mengering, sedangkan anakan berasal dari tunas yang melekat pada pangkal batang pohon induknya atau anakan yang sudah menjalar di atas permukaan tanah Papilaya 2009. Secara kasar sagu dapat dibagi dalam dua golongan yaitu sagu yang berbunga atau berbuah satu kali dan yang berbunga atau berbuah lebih dari satu kali Rumalatu 1981. Golongan sagu yang berbunga atau berbuah satu kali mempunyai karbohidrat yang tinggi dibandingkan dengan sagu yang berbunga atau berbuah lebih dari satu kali Flach 1977. Sagu umumnya dipanen pada umur antara 10-12 tahun pada waktu tinggi tanaman sudah mencapai 10-15 meter. Batang sagu banyak mengandung pati. Pamanenan pati sagu hendaknya pada saat inisiasi pembentukan bunga. Saat pembentukan bunga, meskipun masih terjadi akumulasi pati tetapi laju pati yang digunakan untuk pembuatan buah lebih cepat daripada laju akumulasi pati. Pati yang terdapat pada batang bagian bawah akan lebih dahulu digunakan untuk pertumbuhan bunga dan buah padahal sebenarnya pati lebih banyak terdapat pada batang bagian bawah Bintoro 2008. Gambar 1 Pohon sagu spesies Metroxylon sago Pati sagu diperoleh dengan cara memeras empulur batang tanaman sagu. Skema pengolahan batang sagu menjadi tepung sagu dengan hasil ikutan ampas sagu dapat dilihat pada Gambar 2.

2.2 Potensi Ampas Sagu Sebagai Komponen Pakan ternak

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu Dan Pemberian Pupuk NPK

5 81 121

Perencanaan usahatani karet dan kelapa sawit berkelanjutan di DAS batang pelepat kabupaten Bungo provinsi Jambi

0 9 337

PEMANFAATAN JAMUR TIRAM ( Pleurotus ostreatus ) DAN Pemanfaatan Jamur Tiram ( pleurotus ostreatus ) dan Ekstrak Daun Kelor sebagai Inovasi Bahan Tambahan Pembuatan Permen Jelly dengan Pewarna Alami Kulit Buah Naga.

0 3 9

PEMANFAATAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PEMANFAATAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus.Jacq ).

0 1 13

PENDAHULUAN PEMANFAATAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus.Jacq ).

0 1 5

PEMANFAATAN AMPAS TAHU SEBAGAI CAMPURAN MEDIA TANAM TERHADAP KECEPATAN WAKTU TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH Pemanfaatan Ampas Tahu Sebagai Campuran Media Tanam Terhadap Kecepatan Waktu Tumbuh Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus).

0 0 16

PENDAHULUAN Pemanfaatan Ampas Tahu Sebagai Campuran Media Tanam Terhadap Kecepatan Waktu Tumbuh Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus).

1 12 5

Efek Dosis dan Lama Biokonversi Ampas Tebu sebagai Pakan oleh Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) terhadap Kadar Protein dan Komponen Serat.

0 0 15

Peningkatan Kualitas Pakan Serat Ampas Tebu Melalui Fermentasi Dengan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).

0 1 9

Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus spp.)

0 1 5