KOH dan NaOH] dapat melemahkan atau memutuskan ikatan lignoselulosa dinding sel pakan, sehingga memudahkan penetrasi enzim mikroba dalam rumen
yang akhirnya kecernaan pakan dapat ditingkatkan Komar 1984. Terjadi perubahan pada ikatan antar lignin, antar lignin-karbohidrat atau
antar karbohidrat dengan perlakuan kimiawi yang bersifat hidrolitik. Perlakuan yang bersifat oksidatif menghasilkan perubahan pada komposisi fenolik penyusun
rantai polimer lignin Chesson 1993. Pengaruh mekanisme oksidatif terhadap kualitas nutrisi bahan pakan lebih tinggi dibandingkan dengan cara hidrolitik,
namun penggunaan di lapangan sangat terbatas akibat pertimbangan ekonomi.
2.4.3. Pengolahan Pakan Serat Secara Biologis
Prinsip perlakuan biologis adalah pemutusan ikatan kompleks selulosa- lignin dengan cara mengekstraksi atau mendekomposisi lignin. Menurut Zadrazil
dan Kurtzman 1984, jerami, kayu serta limbah pertanian lainnya pada umumnya akan mengalami mineralisasi setelah dilakukan pengolahan secara biologis
dengan menggunakan jamur. Beberapa penelitian melaporkan bahwa perlakuan secara biologis nampaknya memberikan harapan yang lebih baik dibandingkan
perlakuan secara fisik dan kimia. Ryu 1989 meringkas beberapa laporan penelitian mengenai pengaruh berbagai perlakuan terhadap perbaikan nilai nutrisi
bahan pakan, ternyata berdasarkan kecernaan maupun konsumsi bahan kering, perlakuan biologis lebih baik dari perlakuan fisik maupun kimia.
Dekomposisi lignin secara biologis merupakan salah satu cara untuk memecah ikatan selulosa-lignin dalam jaringan tanaman limbah pertanian,
sehingga dapat meningkatkan energi tersedia bagi ternak ketika digunakan sebagai pakan. Mikroba yang ideal untuk mendegradasi lignin adalah yang memiliki
potensi kuat untuk mendegradasi selulosa dan hemiselulosa. Selama proses dekomposisi lignin, jamur juga akan mendegradasi karbohidrat selulosa,
sehingga waktu panen merupakan faktor kritis dalam mengoptimalkan manfaat dekomposisi lignin untuk meningkatkan kecernaan bahan. Tuomela 2002,
menyatakan bahwa jamur akar putih merupakan salah satu jenis mikroba pengurai lignin yang paling efisien yang tersedia di alam dan mempunyai kemampuan
untuk mengurai lignin. Pada Tabel 5 disajikan beberapa jenis jamur yang telah dikaji mempunyai potensi mendegradasi lignin pada berbagai jenis substrat.
Tabel 5 Beberapa jenis jamur yang dapat digunakan untuk mendegradasi lignin
Jamur Substrat Peningkatan
kecernaaan Sumber
Dichomitus scualens Jerami
gandum 24-30 Agosin
et al. 1987
Cyathus stercoreus Jerami
gandum 24-30 Agosin
et al. 1987
Pleurotus spp Jerami
gandum 14
Zadrazil Kurtzman 1984
Sekam padi Jerami padi
Ampas tebu 14
3.34-27.70 8.66
Beg et al. 1986 Santoso 1996
Tarmidi 2004 Pleurotus sajor-caju
Bagasse 19 Kewalramani
et al. 1988
Ganoderma applanatum Kayu 30-60
Zadrazil et al.
1982
Beberapa organisme selulolitik dapat menghasilkan protein sel tunggal yang berasal dari substrat limbah pertanian. Dilaporkan bahwa ampas tebu yang
dikonversi dengan bakteri dapat menghasilkan biomassa protein sel tunggal sebesar 26 Linko 1977. Badve et al. 1987 melaporkan bahwa kandungan
dinding sel ampas tebu yang dibiofermentasi dengan jamur Pleurotus sajor-caju nilainya menurun dari 88.4 menjadi 77.2 dengan bertambahnya waktu
inkubasi. Selanjutnya Tarmidi 1999 melaporkan bahwa Nilai kecernaan komponen serat dan TDN ampas tebu hasil biokonversi jamur tiram putih lebih
tinggi dibandingkan dengan ampas tebu tanpa biokonversi. Ralahalu 1998 menyatakan bahwa penggunaan ampas sagu yang
difermentasi dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan pertambahan bobot badan ternak babi, sedangkan menurut Biyatmoko 2002, fermentasi ampas sagu
dengan Aspergillus niger dapat memperbaiki nilai nutrisi ampas sagu terutama meningkatkan protein murni dari 2.16 menjadi 9.55. Proses fermentasi juga
terbukti dapat meningkatkan nilai gizi bahan asalnya karena selain terjadi perombakan bahan kompleks menjadi lebih sederhana, didalam proses fermentasi
juga terbentuk beberapa vitamin misalnya riboflavin, vitamin B
12
dan provitamin A Santoso 1987.
Winarno 1992 menyatakan bahwa substrat yang mengalami fermentasi biasanya memiliki nilai gizi yang lebih tinggi daripada bahan asalnya. Hal ini
dikarenakan sifat katabolik dan anabolik mikroorganisme sehingga mampu memecah komponen yang lebih kompleks menjadi mudah tercerna. Proses
biofermentasi diharapkan akan merombak struktur jaringan kimia dinding sel, pemutusan ikatan lignosellulosa dan penurunan kadar lignin.
2.5 Jamur Tiram Putih Pleurotus ostreatus dan Peranannya dalam