ampas sagu berpotensi dapat digunakan sebagai komponen pakan ternak. Di Ambon atau Maluku ampas sagu disebut ela sagu.
Banyak penelitian telah dilakukan dalam melihat pemanfaatan ampas sagu sebagai komponen pakan, baik dalam ransum ruminansia maupun
monogastrik. Pantjawidjaja et al. 1984 melaporkan bahwa substitusi rumput lapangan dengan ampas sagu Metroxylon sp sampai pada level 45 dengan urea
3 dari bahan kering ampas sagu tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata dalam efisiensi penggunaan makanan dan pertambahan bobot badan sapi
peranakan ongole PO, sedangkan menurut Nurkurnia 1989 penggunaan 40 ampas sagu dalam ransum tidak mempengaruhi produksi VFA total atau parsial,
imbangan asetatpropionat dan produksi NH
3
. Hangewa 1992 menyatakan bahwa dengan penggunaan kompleks-NPN-
karbohidrat yang terbuat dari urea dan ampas sagu dengan waktu pemasakan 116 menit dan dosis urea 5.4 dari bahan kering ampas sagu dicapai sintesis protein
yang optimal yaitu 890 mgg4jam. Penggunaan ampas sagu aren 50 memberikan bobot badan akhir ayam broiler yang lebih baik dari penggunaan
50 ampas sagu kirai Nawal 1995. Pada penelitian lain didapatkan bahwa ampas sagu dapat digunakan dengan komposisi nutrisi yang seimbang sampai
taraf 12.5 pada ransum ayam pedaging dan pada ransum ayam kampung sampai taraf 25 Kompiang et al. 1995.
Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Ralahalu 1998 menjelaskan bahwa penggunaan ampas sagu hasil fermentasi dengan Aspergillus niger sampai taraf
15 dalam ransum ternak babi memberikan pertambahan bobot badan yang baik. Biyatmoko 2002, menyatakan bahwa penggunaan ampas sagu fermentasi dalam
ransum itik alabio jantan hingga sekitar 10.6 ternyata mampu meningkatkan aktifitas selulolitik tanpa menyebabkan kerusakan organ pencernaan itik.
2.3. Komposisi Kimia dan Komponen Ampas sagu
Dilihat dari segi kuantitas, ampas sagu cukup tersedia untuk digunakan sebagai pakan ternak terutama pada daerah-daerah produsen tepung sagu seperti
Maluku dan Papua, tetapi dari segi kualitas, ampas sagu mempunyai nilai gizi yang rendah karena kadar serat kasarnya yang tinggi dan kadar proteinnya yang
rendah, walaupun kadar patinya cukup tinggi. Komposisi kimia ampas sagu dapat
dilihat dalam Tabel 1, dari tabel tersebut terlihat bahwa ada perbedan komposisi dari 2 penelitian. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan spesies,
umur, tempat hidup dan proses pengolahannya. Bila dibandingkan dengan komponen lain dari tanaman sagu, maka ampas
sagu merupakan komponen terbesar. Disayangkan dari jumlah yang besar tersebut pemanfaatannya sebagai pakan ruminansia sekalipun dibatasi oleh
kadar seratnya yang relatif tinggi, tanpa mendapat perlakuan khusus terlebih dahulu Preston dan Leng 1987. Dari hasil analisa kimia Tabel 1 terlihat
bahwa ampas sagu sebagian besar terdiri dari komponen serat.
Tabel 1 Komposisi nutrisi ampas sagu dan rumput lapangan
Komposisi kimia Genus sagu
Metroxylon
1
Metroxylon
2
Rumput Lapangan ......................................................................................
Bahan kering 73.66
86.65 89.57
Protein kasar 2.30
3.36 10.08
Lemak 0.41
- 1.47
Serat kasar 18.86
25.41 36.61
Abu 18.19 7.99
9.20 BETN
60.24 -
42.64 Pati
- -
NDF 49.96 87.40
51.54 ADF 36.26
42.11 40.9
Selulosa - 29.52
34.21 Hemiselulosa -
45.29 10.64
Lignin -
- 4.92
Keterangan : - = tidak diteliti,
1
Nurkurnia 1989,
2
Tisnowati 1991,
Pada umumnya sel tanaman digolongkan dalam dua golongan berdasarkan kelarutannya dalam larutan deterjen yaitu : 1 isi sel Neutral Detergent Solubles
[NDS], merupakan bagian yang kecernaanya tinggi; terdiri dari gula-gula , pati, pektin, protein, asam-asam organik; larut dalam larutan deterjen netral; dan 2
dinding sel Neutral Detergent Fiber [NDF], merupakan bagian yang kecernaannya rendah; terdiri dari hemiselulosa, selulosa, lignin, silika; tidak larut
dalam larutan deterjen netral Van Soest 1982. Dinding sel tanaman dibentuk dari serat selulosa yang terikat dengan karbohidrat non-selulolitik, hemiselulosa
dan pektin metil ester dari asam poligalakturonat serta beberapa komponen asam-asam fenolat yang juga dapat berkontribusi dalam stabilitas struktur.
Dengan meningkatnya umur tanaman, batang tanaman secara progresif
terlignifikasi dengan menggantikan pektin oleh deposisi lignin dan hemiselulosa di lamela tengah dan dinding sel sekunder. Dengan demikian residu tanaman,
sebagaimana halnya ampas sagu tersusun atas matriks serat selulosa yang terdiri dari lignin dan biopolimer hemiselulosa. Akibat dari sifat-sifat residu tanaman
tersebut, biodegradasinya dibatasi oleh ketiga polimer, yaitu selulosa, lignin dan hemiselulosa Paterson 1989. Pembagian bahan organik tanaman melalui sistem
analisis Van Soest disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Pembagian bahan organik tanaman melalui sistem analisis deterjen
Fraksi Komponen Manfaat
1. Isi sel