3. MATERI DAN METODE 3.1
Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia PAU, IPB, laboratorium Biologi Hewan PAU, IPB, di laboratorium Teknologi
Pakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, kebun jamur rakyat bertempat di Pondok Pesantren
Tarbiyatunnisa Kelurahan Bantar Kambing Kabupaten Bogor, kandang peternakan rakyat di Depok Jakarta dan Laboratorium Makanan Balitnak Ciawi.
Pelaksanaannya mulai dari bulan Mei 2006 sampai dengan April 2008.
3.2 Materi Percobaan
Bahan-bahan percobaan yang digunakan meliputi ampas sagu, yang berasal dari tempat-tempat pengolahan sagu di kabupaten Pandegelang Propinsi
Banten; serbuk kayu; bibit tanam jamur tiram putih Pleurotus ostreatus yang dibuat dari jamur segar yang baru dipanen, alkohol 70, zat-zat makanan
tambahan seperti dedak , kapur CaCO
3
, mineral Mn serta air bersih. Ternak sapi sebanyak 15 ekor umur ± 1.5 tahun, rumput lapangan dan konsentrat.
3.3 Tahap 1 Biofermentasi Ampas Sagu dengan Jamur Tiram Pleurotus
ostreatus tanpa atau dengan Mineral Mn dengan Masa Inkubasi Berbeda
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh level Mn dan waktu inkubasi yang tepat untuk digunakan dalam fermentasi ampas sagu dengan jamur tiram.
Biofermentasi Ampas Sagu dengan Pleurotus ostreatus
a. Persiapan proses fermentasi ampas sagu Ampas sagu AS yang digunakan dijemur matahari sampai kering kadar
air ± 20 agar tidak berjamur, dipotong halus sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki ± 3 mm untuk proses fermentasi. Pembuatan bibit tanam
menggunakan jamur tiram dari kebun jamur. Jamur dibelah dan diambil sepotong kecil jaringan bagian dalam. Bagian ini dipindahkan dengan pinset dan
diletakkan pada media Potato Dextrose Agar PDA, dibiarkan sampai miselium tumbuh memenuhi cawan petri ± 1 minggu. Pemurniaan dilakukan dengan
mengambil satu plug potongan agar yang berisi miselium dan ditanam kembali
kedalam media agar, dibiarkan sampai penuh. Stok bibit dibuat dengan menggunakan media biji-bijian jawawut, sedangkan pembuatan bibit tanam
dengan menggunakan media campuran biji-bijian dan ampas gergaji. Diagram cara isolasi dengan kultur jaringan hingga diperoleh bibit siap tanam dapat dilihat
pada Gambar 8.
Gambar 8 Diagram cara isolasi dengan kultur jaringan untuk memperoleh ”bibit tanam”
Pembuatan media tumbuh jamur tiram Suriawiria 1989.
a. 10 kg ampas sagu ditambah 1.5 kg dedak, dan 0.15 kg CaCO
3
. Semua bahan ini dicampur dan ditambahkan air sekitar 60 dari berat campuran. Bila
campuran tersebut dikepal tidak terdapat air menetes, maka campuran diaduk rata dan diberi mineral Mn sesuai perlakuan, dimana Mn yang diberikan
dikurangi Mn substrat. Campuran substrat ampas sagu dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan ukuran 12 cm x 25 cm x 0,8 mm, selanjutnya
mulut kantong plastik dimasukkan ke dalam cincin paralon dan dilipat ke luar diikat dengan karet gelang dan ditutup kertas.
b. Substrat tersebut disterilisasi basah melalui pengukusan selama 30 menit dengan suhu 121
o
C, kemudian didinginkan dalam ruang isolasi selama 24- 36 jam. Substrat steril ditanami dengan bibit jamur dengan cara penaburan
inokulum sampai merata diatas permukaan sesuai dosis terbaik 10 gkg substrat. Langkah ini dilakukan dengan cepat kantong plastik jangan terlalu
lama terbuka dan seaseptis mungkin didalam ruangan tertutup. c. Substrat yang telah ditanami disimpan fruktifikasi di atas rak sampai
miselium yang berupa benang-benang putih halus telah menutupi penuh seluruh substrat. Suhu harus dipertahankan antara 22-25
o
C dengan kelembaban 80-90.
d. Setelah miselium menutup sempurna, kantung plastik dibuka dan dipindahkan ketempat agak terang, untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah jamur.
Agar substrat selalu lembab dilakukan penyemprotan air 2 atau 3 kalihari. Pengamatan dilakukan pada waktu belum panen 30-40 hari setelah tanam,
panen pertama 50-60 hari setelah tanam, panen kedua 60-70 hari setelah tanam dan panen ketiga 70-80 hari setelah tanam. Siklus bioproses
diperlihatkan dalam Gambar 9. a b
c d Gambar 9 a ampas sagu sebelum fermentasi, b pembentukan miselium
selesai, c pertumbuhan tubuh buah, d ampas sagu hasil fermentasi
Perlakuan yang digunakan adalah : Faktor A
BP = Belum panen pembentukan miselium selesai P1 = Panen Pertama
P2 = Panen Ke dua P3 = Panen Ke tiga
Faktor B R1 = Ampas sagu + Pleurotus ostreatus + Mineral Mn 0 ppm
R2 = Ampas sagu + Pleurotus ostreatus + Mineral Mn 200 ppm R3 = Ampas sagu + Pleurotus ostreatus + Mineral Mn 400 ppm
R4 = Ampas sagu + Pleurotus ostreatus + Mineral Mn 600 ppm
Rancangan penelitian tahap I adalah Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 4x4 dengan 3 ulangan. Faktor A adalah 4 waktu inkubasi yaitu waktu
BP pembentukan miselium selesai, P1 panen pertama, P2 panen kedua, P3 panen ketiga dan faktor B adalah 4 dosis Mn yaitu 0 ppm, 200 ppm, 400 ppm
dan 600 ppm. Uji lanjut menggunakan uji Duncan Steel Torrie, 1991. Peubah yang diamati adalah kadar bahan kering, bahan organik, protein,
NDF, ADF, hemiselulosa, selulosa dan lignin. Model matematik analisis ragam adalah :
Y
ijk
= μ + α
i
+ β
j
+ αβ
ij
+ ε
ijk
Mattjik Sumertajaya 2002 Keterangan :
Y
ijkl
= nilai pengamatan faktor A waktu inkubasi taraf ke-i, faktor B dosis Mn taraf ke-j, dan ulangan ke-k
μ = rataan umum dari nilai pengamatan α
I
= pengaruh faktor A waktu inkubasi taraf ke-i β
j
= pengaruh faktor B dosis Mn taraf ke-j αβ
ij
= pengaruh interaksi antara faktor A taraf ke-I dan faktor B taraf ke-j ε
ijk
= pengaruh acak yang menyebar normal
3.4 Tahap II. Evaluasi In Vitro Ampas Sagu yang Difermentasi dengan