58
Tabel 13 Komponen serat media tumbuh jamur pada waktu fermentasi dan dosis Mn yang berbeda
Waktu Dosis Mn ppm
Dosis Mn ppm 0 200
400 600 Rataan 200
400 600 Rataan
NDF NDF g
SF 60.2
54.5 BP
54.6 55.1 53.7 54.2 54.4
b
43.5 46.6 45.2 44.8
45.0
b
P1 40.2 45.7 50.2 40.8 44.2
a
25.6 26.8 31.3 24.4 26.7
a
P2 44.9 47.3 46.0 46.0 46.0
a
29.7 29.3 26.1 25.0 27.5
a
P3 46.2 45.5 47.7 50.8 47.6
a
30.5 27.6 27.2 26.7 28.0
a
Rataan 46.5 48.4 49.4 47.9
32.3 32.6 32.4 29.9
ADF ADF g
SF
44.5 40.3
BP 44.3 38.6 46.6 42.7
43.1
b
35.5 32.6 39.2 35.0 35.6
b
P1 38.9 40.7 42.1 40.2 40.5
ab
24.8 23.9 26.2 23.7 24.6
a
P2 38.5 40.2 41.1 41.9 40.4
ab
25.6 25.0 23.3 22.8 24.2
a
P3 39.8 35.7 41.4 39.9
39.2
a
26.1 21.6 23.6 21.0
23.1
a
Rataan 40.0 38.8 42.8 41.2
28.0 25.8 28.1 25.6
Hemiselulosa Hemiselulosa g
SF 15.7
14.2
BP 10.3 16.4 7.1
11.5 11.3
c
7.9 13.9 6.0 9.5 9.4
b
P1 3.4 5.0 8.2 0.7 3.8
a
1.7 2.9 5.1 0.8 2.6
a
P2 6.4 7.0 4.9 4.1 5.6
ab
4.1 4.4 2.8 2.2
3.4
a
P3 6.4 9.9 6.3 10.9 8.4
bc
4.4 6.0 3.6 5.7 4.9
a
Rataan 6.1 9.6 6.6 6.8
4.5 6.8 4.4 4.6
Selulosa Selulosa g
SF 34.9
31.6
BP 29.5 22.5 28.7 29.0 27.4
b
23.6 19.0 24.1 23.8
22.7
b
P1 19.8 20.9 21.5 21.7 21.0
a
12.6 12.3 13.4 12.2
12.6
a
P2 21.1 19.7 21.2 20.6 20.7
a
14.0 12.3 13.4 11.2
12.6
a
P3 19.3 20.6 17.3 18.6 19.0
a
12.8 12.5 9.9 9.8
11.2
a
Rataan 22.4 21.0 22.2 22.5
15.8 14.0 14.9
14.2
59
Lanjutan Tabel 13
Waktu Dosis Mn ppm
Dosis Mn ppm 200 400 600
Rataan 0 200
400 600
Rataan Lignin
Lignin g
SF 9.6
8.7
BP 4.1 4.8
5.1 4.5 4.6
3.2 4.1 4.3
3.7 3.8
P1 4.2 5.2
4.9 4.9 4.8
2.7 3.0 3.0
2.8 2.9
P2 4.4 4.7
4.8 5.4
4.8
2.9 2.9 2.7
2.9
2.9 P3
5.1 4.7 4.5 4.7
4.8 3.3 2.8
2.6 2.5
2.8 Rataan 4.4
4.8 4.8
4.9 3.0 3.2
3.2 3.0
Keterangan: 1 SF= Sebelum fermentasi, BP= belum panen pembentukan miselium selesai, P1 = panen pertama, P2 = panen kedua, P3 = panen ketiga; 2 Nilai dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama dan peubah yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05, 3 NDF = neutral
detergent fibre , ADF= acid detergent fibre.
Rantai selulosa mengikat air dan mengembang sehingga mudah didegradasi oleh selulase yang dihasilkan oleh jamur atau fungi. Jamur tiram putih juga
menghasilkan enzim hidrolitik dan enzim oksidatif untuk mendegradasi selulosa. Selain itu juga dihasilkan enzim selobiose quinon oksidoreduktase Hollaender
1981 Penurunan komponen serat terbanyak terjadi pada waktu panen pertama.
Hal ini disebabkan terjadi pembentukan tubuh buah sehingga lebih banyak energi dan karbon yang dibutuhkan. Kenyataan ini membuktikan bahwa pada panen
pertama lebih banyak karbohidrat struktural yang dirombak. Pengaruh perlakuan terhadap kadar lignin sama P0.05, terlihat bahwa kadar lignin tidak
dipengaruhi oleh perlakuan, tetapi apabila dibandingkan dengan media ampas sagu sebelum fermentasi terlihat perbedaan yang cukup menyolok Tabel 13.
Fenomena ini menunjukkan bahwa jamur tiram mampu untuk mendegradasi semua komponen serat sama baiknya. Hasil yang sama didapatkan oleh Adamovic
et al . 1998, dimana terjadi perubahan yang signifikan pada komposisi nutrisi
jerami padi selama pertumbuhan jamur tiram berlangsung. Selama proses fermentasi terjadi penurunan semua komponen dinding sel, yaitu NDF 34,
ADF 15, selulosa 15, hemiselulosa 17 dan yang terkecil penurunan adalah lignin 4. Penurunan lignin tertinggi adalah pada waktu belum panen
yaitu waktu pembentukan miselium selesai. Degradasi lignin tertinggi terjadi pada saat fase pembentukan miselium melalui peranan enzim-enzim peroksidase
yang memecah ikatan kompleks menjadi senyawa-senyawa bebas dalam bentuk mesomerik Higuchi 1980; Nicolini et al 1987.
Hasil penelitian membuktikan bahwa degradasi komponen serat hanya terjadi karena kerja jamur tiram Pleurotus ostreatus seiring dengan
bertambahnya waktu fermentasi tanpa pengaruh dosis Mn. Enzim yang erat kaitannya dengan mineral Mn adalah enzim mangan peroksidase, yaitu enzim
yang terlibat dalam degradasi oksidatif lignin pada jamur tiram putih. Reaksi degradasi lignin terjadi karena adanya oksidasi Mn
+2
menjadi Mn
+3
oleh hidrogen peroksida. Enzim mangan peroksidase dalam mengkatalisis, reaksi kimianya
sebagai berikut : 2Mn
+2
+ 2H
+
+ H
2
O
2
2Mn
+3
+ 2H
2
O
Serguei et al. 2002 dimana dalam reaksi ini Mn berfungsi sebagai reduktor dan hidrogen peroksida sebagai oksidator. Selanjutnya H
2
O akan terionisasi membentuk OH
-
yang merupakan oksidator kuat dalam pemutusan ikatan lignoselulosa. Aktivitas enzim mangan peroksidase akan meningkat dengan
adanya penambahan mineral Mn. Tidak adanya pengaruh mineral Mn dalam degradasi lignin kemungkinan
disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak menunjang. Ha et al. 2001 menyatakan bahwa Pleurotus ostreatus akan memproduksi Mangan peroksidase
dalam jumlah banyak apabila ditumbuhkan pada medium yang kaya akan glukosa dan peptone. Aktivitas enzim mangan peroksidase tertinggi didapatkan pada
media dengan rasio CN rendah atau lebih tinggi kandungan N 0.32 Widiastuti Tripanji 2008. Kemungkinan lain adalah mineral Mn akan
bekerja dengan baik apabila ditambahkan mineral lain dalam substrat. Dasar seleksi perlakuan lebih ditekankan kepada pengaruh masing-
masing faktor dengan mengacu kepada signifikansi hasil pengujian statistik, karena tidak adanya interaksi antara waktu inkubasi dengan dosis Mn. Hasil
evaluasi terhadap komposisi zat makanan dan komponen serat ampas sagu hasil bioproses maka perlakuan yang dipilih adalah waktu panen pertama P1 dan
kedua P2 untuk diaplikasikan dalam uji biologis, karena pada fase ini kandungan nutrien bahan kering dan bahan organik ampas sagu masih tinggi dan komponen
seratnya sudah menurun.
4.2 Tahap II. Evaluasi In Vitro Ampas Sagu yang Difermentasi dengan