menguntungkan petani tebu. Pengurangan pupuk kimia dapat mencegah kerusakan tanah dan bahaya pencemaran kelebihan bahan kimia di lahan tebu.
Kelebihan bahan kimia bisa diserap oleh produk pertanian secara berlebihan, selain itu pupuk kimia akan larut terbawa oleh air hujan, mencemari dasar sungai
dan terjadi eutrofikasi yang mempercepat pendangkalan alur sungai maupun di daerah muara sungai. Pengurangan bahan kimia merupakan Good Farming
Practices GFP yang menjadi salah satu titik kendali kritis dari sistem manajemen HACCP.
Sub model produktivitas tebu sistem keprasan dengan kombinasi pengurangan pupuk kimia dan penambahan pupuk organik cair Nd dapat
meningkatkan produktivitas tebu dan menghemat biaya masukan. Selanjutnya ketersediaan tebu lestari dan aman sebagai bahan baku UKGT. Tanah tidak
mengalami kerusakan dan bahkan lebih produktif sehingga UKGT berkelanjutan.
4.4.2. Saran
Penelitian ini perlu ditindak lanjuti untuk tahun kedua, ketiga dan seterusnya untuk melihat dampak positif penggunaan pupuk organik cair Nd
dan serasah mulsa. Lokasi penelitian diperluas dan diutamakan pada lahan kering.
Ukuran luas lahan percobaan diperbesar dan penggunaan pupuk kimia ZA dan PONSKA lebih bervariasi agar diperoleh penghematan lebih optimal.
Perlu penelitian tanpa penggunaan pupuk kimia sama sekali terhadap lahan tebu yang telah diberi pemupukan organik sebelumnya. Hal ini sebagai wujud pelaksanaan
LEISA, Agroekologi, HACCP dan ISO 22000, serta menuju pertanian organik secara total. Disamping menjaga kelestarian lingkungan, selalu tersedia pasokan tebu yang
aman bagi kesehatan dan UKGT berkelanjutan.
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id
V. PENINGKATAN MUTU GULA TUMBU MELALUI METODE SULFITASI DALAM LABORATORIUM
Abstract
The research aims to improve of brown sugarcane quality by sulphitation method in laboratory eksperimental, supposed the result fulfils the first quality
according to SNI 1-6237-2000 that is a minimal condition of safety food. The method based on Factorial Complete Random Design with two treatments and
three repetitions. Initially cane juice that filtered given lime tohor and heated 50 - 60
o
C up to achieve ph 9. The treatment: 1 make cane juice pH 7 and pH 8 with add sulphite acid, and 2 maturing in constant temperature, that is 70, 80, 90,
and 100
o
C. Cane juice that heated up to coagulate and it was poured into moulding and solidification to be brown sugarcane. The testing is done towards
sugar quality, it was result with parameter dependent variable: 1 water content, 2 sucrose content, 3 glucose content, 4 efficiency, 5 colour, 6
taste, 7 smell, and 8 hardness. The result is brown sugarcane that fulfil the first quality of SNI 1-6237-2000 and the best method to produce it is the treatment
: making cane juice pH 7 and heats in constant maturing temperature 100°C. Keyword
: brown sugarcane, quality, sulfitation method.
5.1. Pendahuluan
Usaha kecil gula tumbu UKGT merupakan agroindustri, mengolah tebu menjadi gula merah dilakukan oleh sebagian masyarakat Kabupaten Kudus secara
tradisional, berlangsung hingga sekarang setiap musim panen tebu. Gula merah tebu yang dihasilkan, disebut gula tumbu dengan kualitas II Latief, 2001 dan
Latief, 2007. Berdasarkan analisis laboratorium diketahui kadar air 8,9, kadar sukrosa 64 , dan kadar glukosa 12,5 . Gula merah tebu di Jepang disebut
kokuto, aman untuk dikonsumsi sebab mengandung senyawa anti oksidan yaitu, polikosanol, dan aldehid rantai panjang sebagai anti kanker dan pengaturan
tekanan darah Asikin, 2008.
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id