Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode

manfaat lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia sejenis Urea atau NPK. Hal itu dibuktikan dengan terus meningkatkan rendemen tebu pada lahan pertanian tebu milik PG Rajawali Unit Subang. Penggunaan pupuk organik sejak lima tahun lalu kini sudah mulai dirasakan hasilnya. Setiap tahun rendemen tebu terus naik. Pada awal tahun pertama dan kedua manfaat penggunaan pupuk organik belum terlihat namun lambat laun rendemen tebu terus naik. Sebelumnya rendemen hanya mencapai 4,5 hingga 5 saat menggunakan pupuk kimia, kini mencapai 8,4. Usaha tani tebu agar berhasil dan memberikan keuntungan petani serta berwawasan lingkungan, maka lahan harus diperhatikan agar tetap lestari. Oleh karena itu perlu dirancang sub model produktivitas tebu dengan perlakuan pemupukan. Penggunaan pupuk kimia dikurangi dan menambah pupuk organik terhadap budidaya tanaman tebu keprasan, sehingga dapat diketahui produktvitas tebu dengan masukan luaran rendah dan keuntungan petani tebu.

4.2. Metode Penelitian

4.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian lapang dilakukan di desa Jurang, kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Analisis kimia unsur hara tanah, baik unsur makro maupun mikro dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Bogor, IPB. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2008 sampai dengan akhir bulan Juni 2009, selama satu musim panen tebu. © Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id

4.2.2. Bahan dan Alat

Bahan utama adalah tanaman tebu varietas R 579, yang telah dikepras tiga kali dan tumbuh lagi. Bahan lain adalah pupuk, yaitu : 1 pupuk anorganik ZA Amonium Sulfat, dan NPK Phonska, 2 pupuk organik cair N. Alat yang digunakan untuk menganalisis tanah adalah seperangkat alat laboratorium tanah. Peralatan lapang antara lain, cangkul, arit, ember dan tangki penyemprot.

4.2.3. Metode

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Kelompok pertama dekat dengan saluran irigasi berjarak 10 m, sehingga tanah lebih lembab, kelompok kedua berjarak 16 m dari irigasi kelembabannya sedang, dan kelompok ketiga berjarak 22 m dari irigasi kelembambannya kurang. Perlakuan pemupukan dilakukan 4 empat kali, 3 tiga kali ulangan terhadap tanaman tebu keprasan. Tanaman ini dipilih karena waktu penelitian lebih singkat dari pada tebu tanam awal reynoso maupun cemplongan, disamping itu kebiasaan petani tebu di Kabupaten Kudus masih membudidayakan tanaman tebu keprasan. Tanaman tebu keprasan yang diteliti adalah varitas tebu R 579 yang telah mengalami keprasan ketiga bakal panen ke empat pada lahan sawah di desa Jurang, kecamatan Gebog, kabupaten Kudus. Ukuran petak lahan percobaan masing-masing 5 x 5 meter = 25 meter persegi dipatok agar jelas batasnya. Perlakuan pemupukannya yaitu : 1 Po = penggunaan pupuk kimia pupuk anorganikpupuk pabrik dilakukan seperti kebiasaan yang dilakukan oleh para petani selama ini 100 pupuk kimia. © Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id 2 P1 = penggunaan pupuk kimia dilakukan pengurangan 25 dari kebiasaan 75 ditambah pupuk organik cair Nd. 3 P2 = penggunaan pupuk kimia dilakukan pengurangan 50 dari kebiasaan 50 ditambah pupuk organik cair Nd. 4 P3 = penggunaan pupuk kimia dilakukan pengurangan 75 dari kebiasaan 25 ditambah pupuk organik cair Nd. Penambahan pupuk organik cair Nd dilakukan terhadap P1, P2, dan P3 dengan dosis yang sama, yaitu 2 dua l tiap ha setahun. Pemupukan dilakukan 2 kali, sehingga tiap kali pemupukan 1satu lha. Po sebagai kontrol tidak mengalami pengurangan pupuk kimia maupun tambahan menggunakan pupuk organik cair Nd. Pupuk organik yang dipakai adalah hasil Penelitian Thesis mahasiswa S2 Program Studi Biologi IPB selanjutnya disebut pupuk organik cair Nd. Kandungan unsur mineral makro dan mikro ppm : N = 260,6 ; P = 1797,1 ; K = 3479,6 ; Ca = 292,6 ; Mg = 528,4 ; S = 3478,3 ; Fe = 185,2 ; Mn = 56,2 ; Cu = 7,0 ; Zn = 30,2 , dan kandungan mikro organisme atau bakterinya : Nitrosomonas sp, Nitrobacter sp, Pseudomonas sp dan Bacillus sp Deden, 2008. Pupuk cair Nd sebelum disemprotkan pada tanah disekitar tanaman diencerkan dengan air terlebih dulu. Perbandingannya 100 ml pupuk cair Nd untuk 15 l satu tangki sprayer air atau 15 ml ukuran tutup botol untuk 2 l air. Penggunaan pupuk organik cair untuk masing-masing petak lahan percobaan ukuran 25 meter persegi adalah : 2510.000 x 2 l = 5 ml. Penggunaan keseluruhan dari 9 kelompok petak lahan percobaan tiga perlakuan : P1, P2, dan P3 dengan tiga kelompok petak lahan percobaan selama setahun diperlukan : 5 x © Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id 9 = 45 ml, kemudian diencerkan dengan 6 l air bersih. Pemupukan dengan penyemprotan pupuk organik cair Nd, setahun dilakukan 2 kali, sama dengan pemupukan anorganik terhadap tanaman tebu, namun tidak bersamaan. Penyemprotan pupuk organik dilakukan 3 – 5 hari sebelum atau sesudah pemupukan dengan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik yang biasa dilakukan oleh petani terhadap tanaman tebu setiap kali pemupukan adalah 100 kgkotak sawah dilakukan dua kali selama setahun 200 kgtahun kotak sawah terdiri dari 50 pupuk ZA Amonium Sulfat : Nitrogen N = 21 dan Sulfur S = 24 dan 50 pupuk NPK Phonska: N = 15 ; P2O5 = 15 ; K2O = 15 ; S = 10 . Satu hektar sawah ada 7 kotak sawah, setiap kotak sawah kurang lebih 1400 meter persegi. Penggunaan pupuk anorganik untuk petak sawahlahan percobaan ukuran 25 meter persegi selama setahun diperlukan: Po = 251400 x 200 = 3,6 kg, P1 = 0,75 x 3,6 kg = 2,7 kg, P2 = 0,50 x 3,6 = 1,8 kg, dan P3 = 0,25 x 3,6 = 0,9 kg. Tanah diambil sampelnya untuk dianalisis sebanyak 3 tiga kali selama penelitian, yaitu : 1 sebelum pemupukan, 2 setelah pemupukan dan 3 menjelang panen. Analisis tanah dilakukan dalam laboratorium untuk mengetahui unsur hara secara lengkap. Pengamatan tanaman tebu dilakukan secara sekilas pada waktu pengambilan sampel tanah. Parameter finalnya adalah hasil panen tebu siap giling dari masing-masing petak lahan percobaan. Pengamatan tebu dilakukan terhadap: © Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id 1 jumlah tanaman tebu tiap meter persegi atau tiap meter larikan, 2 tinggipanjang batang tebu siap giling dan 3 diameter batang tebu diukur 15 cm dari pangkal. Pengambilan sampel secara acak tiap m 2 meter larikan dari masing-masing petak percobaan. Berat masing-masing ditimbang dan dianalisis untuk mengetahui perbedaan perlakuan dengan metode statistik Analisis Sidik Ragam Analysis of Variance.

4.3. Hasil dan Pembahasan

Dokumen yang terkait

Perananan Koperasi Serba Usaha (KSU) Mangarahon Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)

7 78 78

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Perah Skala Mikro Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Subang, Jawa Barat

0 4 6

Analisis Faktor-Faktor Produksi Gula di Pabrik Gula Industri Gula Nusantara, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

7 49 100

Efisiensi Produksi Usaha Pengolahan Gula Kelapa Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah

5 32 96

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TEBU UNTUK PEMBUATAN GULA PASIR DAN GULA TUMBU DI KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS.

0 0 14

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI GULA TUMBU (KASUS KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 8 59

MEWUJUDKAN PERKOPIAN NASIONAL DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KOPI BUBUK SKALA KECIL UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH USAHA TANI KOPI RAKYAT DI ACEH TENGAH

0 0 5

PENGARUH SKALA USAHA, PENDIDIKAN PEMILIK, PENGALAMAN MEMIMPIN, JENIS USAHA, PERSEPSI PEMILIK USAHA TERHADAP PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah)

0 1 14

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Komparatif Usahatani Tebu Untuk Pembuatan Gula Pasir Dan Gula Tumbu Di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

0 0 7

PENGARUH LOKASI, HARGA, DAN PELAYANAN TERHADAP KESUKSESAN USAHA MIKRO, KECIL DI LINGKUNGAN KAMPUS STAIN KUDUS (STUDI KASUS PADA USAHA FOTOCOPY DI LINGKUNGAN STAIN KUDUS) - STAIN Kudus Repository

0 0 25