Budidaya Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budidaya Tanaman Tebu

Budidaya tanaman tebu membutuhkan iklim tropis, beriklim panas dan lembab dengan curah hujan paling sedikit 600 mm hingga paling tinggi 2000 mm per tahun. Kelembaban diatas 70 dan ketinggian 5-500 m dpl diatas permukaan laut. Suhu udara berkisar antara 28-34 derajat C. Tanah yang cocok untuk tanaman tebu adalah tanah subur dan cukup air tetapi tidak tergenang, bersifat tidak terlalu masam dengan pH berkisar 6,4 – 7,9. Menurut Hasanuddin, Suara Pembaruan, 16 Mei 2005 sejarah asal muasal tebu di dunia berasal dari Merauke. Ini dapat dibuktikan dengan adanya ratusan jenis tebu di daerah itu. Sedangkan dari aspek kesesuaian lahan serta kebiasaan masyarakat Indonesia asli Kabupaten Merauke Suku Marind, tebu merupakan tanaman yang sudah dikenal dan dikonsumsi secara turun temurun dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun acara-acara ritual adat. Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1928 mengembangkan jenis tebu asal Merauke itu di Pulau Jawa. Berdasarkan hasil pengujian Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia P3GI. Media untuk menanam tebu adalah tanah, yang terbaik adalah tanah subur dan cukup air tetapi tidak tergenang. Jika ditanam di sawah dengan irigasi yang mudah di atur, tetapi jika ditanam di ladangtanah kering tadah hujan penanaman harus dilakukan di musim hujan. Terdapat dua cara mempersiapkan lahan tanaman tebu yaitu: 1 cara cemplongan reynoso, tanah tidak seluruhnya diolah namun hanya digali lubang © Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id tanamnya, dan 2 pembajakan untuk tanah sawah. Selanjutnya dibuat parit ukuran 50 x 50 cm keliling yang berjarak 1,3 m dari tepi lahan. Lubang tanam dibuat berupa parit dengan kedalaman 35 cm dengan jarak antar parit sejauh 1 m. Tanah galian ditumpuk di atas larikan diantara lubang tanam membentuk guludan. Setelah tanam, tanah guludan ini dipindahkan lagi ke tempat semula. Bibit yang akan ditanam dapat berupa: 1 bibit pucuk, lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan, daun kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu, 2 bibit batang muda, dari tanaman berumur 5-7 bulan, tanaman dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang, 3 bibit rayungan, diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar, dan 4 bibit siwilan, diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya sudah mati, perawatannya sama dengan bibit rayungan Awal tanam tebu pada bulan Juni-Agustus di tanah berpengairan, dan pada akhir musim hujan di tanah tegalan atau sawah tadah hujan. Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu: 1 dalam aluran dan 2 pada lubang tanam. Pada cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah setebal 2-3 cm dan disiram. Cara kedua bibit diletakan melintang sepanjang selokan penanaman dengan jarak 30-40 cm. Bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan, jika tidak turun hujan tanah disiram sebelumnya agar bibit bisa melekat ke tanah. P P e e m m e e l l i i h h a a r r a a a a n n t t a a n n a a m m a a n n d d i i l l a a k k u u k k a a n n d d e e n n g g a a n n p p e e n n j j a a r r a a n n g g a a n n d d a a n n p p e e n n y y u u l l a a m m a a n n s s e e b b a a g g a a i i b b e e r r i i k k u u t t : : 1 sulaman pertama untuk bibit rayungan bermata satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam, kedua dilakukan 3-4 minggu setelah © Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id penyulaman pertama, 2 sulaman bibit rayungan bermata dua dilakukan tiga minggu setelah tanam, 3 sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit pucuk, pertama dilakukan pada minggu ke 3, kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan yaitu 1,5 bulan setelah tanam, 4 penyulaman ekstra dilakukan jika perlu, yaitu beberapa hari sebelum pembumbunan, 5 penyulaman bongkaran, dilakukan jika ada bencana alam atau serangan penyakit yang menyebabkan 50 tanaman mati. Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma. Pembubunan dilakukan dengan keharusan menyiram tanah terlebih dulu sampai jenuh agar struktur tanah tidak rusak. Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat mengering. Hal ini dilakukan selama tiga kali, yaitu : 1 pada waktu umur 3-4 minggu, 2 umur 2 bulan, dan 3 umur 3 bulan. Daun-daun kering harus dilepaskan atau dilakukan perempalan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan. Pemupukan dilakukan dua kali yaitu: 1 saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan dosis 120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KClha, dan 2 setelah 30 hari pemupukan pertama dengan 200 kg urea per ha. Pupuk diletakkan di lubang pupuk dibuat dengan tugal sejauh 7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar © Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai dalam satu hari. Agar rendemen tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti Cytozyme 1 lha yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 hari setelah tanam hst. Pengairan dan penyiraman dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: 1 air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman, 2 penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda, ketika tanaman berumur 3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun. 3 air siraman diambil dari saluran pengairan dan disiramkan ke tanaman, 4 membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam. Pengairan dilakukan tiga kali yaitu pada saat: 1 waktu tanam, 2 tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetatif, dan 3 pematangan.

2.2. Iklim

Dokumen yang terkait

Perananan Koperasi Serba Usaha (KSU) Mangarahon Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)

7 78 78

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Perah Skala Mikro Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Subang, Jawa Barat

0 4 6

Analisis Faktor-Faktor Produksi Gula di Pabrik Gula Industri Gula Nusantara, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

7 49 100

Efisiensi Produksi Usaha Pengolahan Gula Kelapa Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah

5 32 96

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TEBU UNTUK PEMBUATAN GULA PASIR DAN GULA TUMBU DI KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS.

0 0 14

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI GULA TUMBU (KASUS KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 8 59

MEWUJUDKAN PERKOPIAN NASIONAL DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KOPI BUBUK SKALA KECIL UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH USAHA TANI KOPI RAKYAT DI ACEH TENGAH

0 0 5

PENGARUH SKALA USAHA, PENDIDIKAN PEMILIK, PENGALAMAN MEMIMPIN, JENIS USAHA, PERSEPSI PEMILIK USAHA TERHADAP PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah)

0 1 14

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Komparatif Usahatani Tebu Untuk Pembuatan Gula Pasir Dan Gula Tumbu Di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

0 0 7

PENGARUH LOKASI, HARGA, DAN PELAYANAN TERHADAP KESUKSESAN USAHA MIKRO, KECIL DI LINGKUNGAN KAMPUS STAIN KUDUS (STUDI KASUS PADA USAHA FOTOCOPY DI LINGKUNGAN STAIN KUDUS) - STAIN Kudus Repository

0 0 25