4.3.2. Produktivitas Tebu
Berdasarkan pengamatan terhadap tanaman tebu pada waktu pengambilan sampel tanah ke 2 dua tanggal 22 Februari 2009 diketahui bahwa untuk
perlakuan Po, daun tebu tampak hijau, sedangkan untuk perlakuan P1, P2, dan P3 daun tebu tampak semakin menguning. Tetapi pada waktu pengambilan sampel
tanah ke 3 tiga tanggal 21 Mei 2009, yaitu menjelang panen warna daun tebu sudah nampak hijau semua, tidak menunjukkan perbedaan. Data selengkapnya
dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4.
Warna Daun Tebu Saat Pengambilan Sampel Tanah No
Pengambilan Sampel Tanah
P e r l a k u a n Po
P1 P2
P3
1 Ke-2 : tgl. 22. 02. 09
hijau kuning
kuning kuning
2 Ke-3 : tgl. 21. 05. 09
hijau hijau
hijau hijau
Sumber : Hasil Penelitian Lapang, 20082009 Perubahan warna tersebut karena pupuk organik cair Nd yng mengandung bakteri
sudah mulai bereaksi terhadap serasah organik tanah sehingga penyerapan akar terhadap air dan unsur hara menjadi lebih baik. Menurut Rao 2007 bakteri tanah
Pseudomonas sebagai pelarut fosfat memudahkan akar menyerap P, Nitrosomonas merubah amonium dalam bentuk NO
2 -
sebagai bentuk antara, Nitrobacter menyediakan nitrat NO
3 -
, dan Nitrosococcus juga memanfaatkan amonium seperti dilakukan oleh Nitrosomons diatas. Cara kerja mikroorganisme
atau bakteri dalam pupuk organik cair Nd memerlukan waktu time lag supaya
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id
terjadi pelapukan serasah organik tanah sehingga akar dapat menyerap unsur hara secara optimal.
Panen tebu dilakukan di musim kemarau karena saat itu tebu memiliki rendemen tinggi, setelah ditebang tebu segera digilingdiproses menjadi gula.
Penebangan tebu dalam penelitian ini dilakukan setelah mencapai umur kurang lebih 1satu tahun, yaitu pada tanggal 16 Juni 2009.
Jumlah batang tebu tiap meter persegi berdasarkan pengamatan pada waktu panen yaitu berkisar antara 16 batang hingga 24 batang tebu. Panjang
batang tebu siap giling juga bervariasi yaitu antara 1,5 meter hingga 3,5 meter. Diameter batang tebu berkisar antara 2,5 sentimeter hingga 4,5 sentimeter.
Gambar 4.1. Rerata Jumlah Batang, Panjang Batang dan Diameter Tebu tiap Meter Persegi pada Perlakuan Po
5 10
15 20
25 30
Jumlah batang btm2 Panjang batang m
Diameter batang cm Xav = 20
Sdev = 1.414
Xav = 2.5 Sdev = 0.66
Xav = 3.5 Sdev = 0.791
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id
Gambar 4.2. Rerata Jumlah Batang, Panjang Batang dan Diameter Tebu tiap Meter Persegi pada Perlakuan P1
Gambar 4.3. Rerata Jumlah Batang, Panjang Batang dan Diameter Tebu tiap Meter Persegi pada Perlakuan P2
Gambar 4.4. Rerata Jumlah Batang, Panjang Batang dan Diameter Tebu tiap Meter Persegi pada Perlakuan P3
5 10
15 20
25 30
Jumlah batang btm2 Panjang batang m
Diameter batang cm Xav = 24
Sdev = 0.75
Xav = 2.51 Sdev = 0.56
Xav = 3.56 Sdev = 0.73
5 10
15 20
25
Jumlah batang btm2 Panjang batang m
Diameter batang cm Xav = 18
Sdev = 1.41
Xav = 2.46 Sdev = 0.55
Xav = 3.57 Sdev = 0.67
5 10
15 20
25 30
Jumlah batang btm2 Panjang batang m
Diameter batang cm Xav = 20
Sdev = 2.58
Xav = 2.51 Sdev = 0.63
Xav = 3.59 Sdev = 0.65
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id
Produktivitas tebu dengan perlakuan pemupukan Po = 18,33 kgm
2
, P1 = 15,67 kgm
2
, P2 = 21,67 kgm
2
dan P3 = 20,33 kgm
2
dan P
rerata
19 kgm
2
. Hubungan antara perlakuan pemupukan dengan produktivitas tebu dinyatakan
dalam Gambar 4.5.
y = -2,6667x
3
+ 20,333x
2
- 45x + 45,667 R
2
= 0,5705 5
10 15
20 25
1 2
3 4
5
Perlakuan Pemupukan P
rodu k
ti v
it a
s Te
bu K
g m
2
P0 P1 P2 P3
Gambar 4.5. Hubungan antara Perlakuan Pemupukan dengan Produktivitas Tebu
Perlakuan pemupukan P1 menunjukkan produktivitas tebu lebih rendah dari pada Po kelompok kontrol, dan P2 menunjukkan produktivitas tebu paling
tinggi, sedang pada P3 terjadi penurunan produksi. Hal ini karena pengaruh bakteri tanah atau mikroorganisme yang bekerja efektif pada perlakuan P2 yaitu
pengurangan pupuk kimia 50. Pada perlakuan P1 yaitu pengurangan pupuk kimia 25 ditambah pupuk organik cair Nd, mikroorganisme tak dapat bekerja
dengan baik akibat pengaruh pupuk kimia yang masih terlalu tinggi sehingga bersifat masih toksid bagi bakteri dan tak dapat membantu akar dalam menyerap
unsur N hasil kerja bakteri. Sedangkan pada perlakuan P3, mikro organisme sudah bekerja dengan baik namun unsur N mengalami pengurangan sangat besar 75 ,
menyebabkan produktivitas tebu lebih rendah dari pada P2. Walaupun demikian
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id
penambahan dosis pupuk cair Nd dan jumlah serasah organik yang seimbang di masa depan dapan meningkatkan serapan N lebih baik pada dosis pupuk N
anorganik yang rendah 25 . Menurut Roan 1998 konsentrasi N yang rendah
atau terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Berdasar atas Analisis Sidik Ragam Analysis of Variance dengan taraf
signifikansi 5 , produktivitas tebu dengan perlakuan pemupukan bervariasi, menunjukkan perbedaan nyata Fhitung Ftabel : 4,94 4,78. Ho ditolak,
Lampiran 4, halaman 164. Produktivitas tertinggi dicapai pada perlakuan P2 = 21,67 kgm
2
, yaitu kombinasi pemupukan dengan pengurangan 50 pupuk kimia dari kebiasaan yang dilakukan oleh petani, ditambah dengan pupuk organik cair
Nd. Pada perlakuan P3 diperoleh pengurangan pupuk 75 dari kebiasaan petani namun produktivitasnya P3 = 20,33kgm
2
, lebih rendah dari pada P2.
Tabel 4.5. Tingkat kenaikanpenurunan produktivitas tebu
Sumber : Hasil Percobaan Lapang, 20082009
No Perlakuan Produktivitas kgm
2
Produktivitas tonha
Kenaikan
1 P1
15,67
a
133 -15
2 Po
18, 33
ab
156 3
P3 20,33
ab
173 11
4 5
P2 P
rerata
21,67
b
19 184
162 18
4
Keterangan : huruf sama dibelakang angka rerata pada kolom sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan p 0,05
Apabila produktivitas tebu P1, P2 dan P3 dibandingkan dengan
produktivitas tebu Po, maka akan ada tingkat kenaikanpenurunan produktivitas.
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id
Besarnya tingkat kenaikanpenurunan dapat dilihat pada Tabel 4.5. Jika P
rerata
dibanding dengan Po maka ada peningkatan 4 , sedangkan apabila P2 dibanding dengan Po akan ada peningkatan sebesar 18 , dan P3 peningkatannya hanya
11, serta P1 terjadi penurunan produktivitas 15. Hal ini sangat baik mengingat baru tahun pertama dilakukan perlakuan pemupukan terhadap tebu keprasan ke
tiga. Untuk pemupukan tahun kedua, ketiga dan seterusnya penggunaan pupuk organik akan berpengaruh semakin baik terhadap produktivitas tebu.
Semakin sedikit bahan kimia yang masuk maka produk pertanian tebu terhindar dari pencemaran bahan kimia. Hal ini merupakan Good Manufacturing
Practices GFP merupakan salah satu titik kendali kritis dari sistem manajemen HACCP bersifat pencegahan yang berupaya untuk mengendalikan suatu areatitik.
Ada 3 tiga skenario sub model produktivitas tebu yang dapat dilakukan yaitu : 1 sub model produktivitas tebu pada perlakuan Po, sesuai kebiasaan
petani tebu, 2 sub model produktivitas tebu pada perlakuan P2 dengan penghematan pupuk kimia 50, dan 3 sub model produktivitas tebu pada
perlakuan P3 dengan penghematan pupuk kimia 75.
4.3.3. Sub Model Produktivitas Tebu dan Analisis Usahatani