batuan fosfat yang telah mengandung jasad pelarut fosfat. Aspergillus niger tersebut dapat bertahan hidup setelah masa simpan 90 hari dalam bentuk pelet.
2.5. Proses Pemurnian Nira
Agar gula yang dihasilkan berkualitas baik, maka perlu dilakukan proses pemurnian nira. Tujuan pemurnian nira adalah untuk menghilangkan sebanyak
mungkin kotoran-kotoran, menjadi bentuk garam yang mengendap, sehingga nira menjadi jernih. Menurut Hugot 1992 dan Elfers 1994 metode pemurnian nira
ada tiga, yaitu: defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Metode sulfitasi mampu mengikat kotoran lebih sempurna dibanding metode defekasi, namun masih dapat
ditingkatkan dengan metode karbonatasi. Peningkatkan kualitas gula tumbu dalam penelitian ini dipilih metode sulfitasi karena metode karbonatasi secara teknis sulit
diterapkan dalam UKGT. Nira mentah yang telah disaring dimurnikan melalui tahap-tahap tertentu
sehingga diperoleh nira jernih. Proses yang dipakai adalah sulfitasi panas yaitu dengan menambahkan susu kapur kedalam nira mentah agar pH nya sampai 9 -
9,5 pada suhu 65
o
– 70
o
C. Untuk menurunkan pH nira menjadi netral, yaitu ± 7,0 digunakan asam sulfit. Tujuannya untuk menghilangkan sebanyak mungkin
kotoran-kotoran yang terikat dalam bentuk garam sulfit. Bahan pewarna pada tebu seperti klorofil, antocyanin dan sakaretin
sebagai bahan pengotor. Klorofil tak larut dalam air tetapi dapat dihilangkan dalam semua cara pemurnian nira. Antocyanin dapat dengan cepat dihilangkan
dengan kehadiran kapur dalam jumlah yang berlebih atau ekses dan sebagian dihilangkan dalam proses pemucatan dengan H
2
SO
3.
Sakaretin hadir dalam ampas ia menyebabkan warna kuning dan larut dengan kehadiran kapur.
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id
Defekasi merupakan perlakuan pencampuran susu kapur ke dalam nira mentah dengan tujuan untuk mengikat pengotor-pengotor dalam nira menjadi
garam, agar terjadi pengendapan garam kalsium.Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dilakukan defekasi dingin, defekasi panas, dan defekasi terpisah.
Defekasi dingin , susu kapur 2,5
– 7,5 CaO ditambahkan ke dalam nira hingga pH 7,6
– 8,6 kemudian nira dipanaskan sampai suhu 100
o
C. Defekasi panas
, nira mentah dipanaskan terlebih dulu 100 – 102
o
C kemudian susu kapur ditambahkan hiungga pH 7,6
– 8, dilanjutkan dengan proses pengendapan.
Defekasi terpisah
, susu kapur dimasukkan kedalam nira mentah pH 6,0 – 6,4
kemudian ditambahkan susu kapur hingga pH 7,6 – 7,8 dilanjutkan dengan proses
pengendapan.
Sulfitasi berkembang setelah diketahui bahwa nira yang dihasilkan dari
proses defekasi kurang jernih dan masih terdapat banyak pengotor sehingga belum bisa menghasilkan gula yang putih. Sulfitasi dilakukan dengan menambahkan
susu kapur secara berlebih ke dalam nira hingga pHnya 9. Kelebihan susu kapur dinetralkan dengan gas SO
2
atau asam sulfit H
2
SO3 dan membentuk endapan CaSO
3.
Asam sulfit akan terionisasi dalam dua langkah yaitu: H
2
SO
3
H
+
+ HSO
3 -
HSO
3 -
H
+
+ SO
3 -2
Setelah asam sulfit terionisasi menurut reaksi di atas, selanjutnya pengendapan kelebihan kapur menjadi CaSO
3
dengan reaksi: Ca
+2
+ SO
3 -2
CaSO
3
Asam sulfit tak hanya bereaksi untuk menetralkan kelebihan susu kapur saja, namun mempunyai pengaruh yang menguntungkan karena dapat mencegah
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id