Struktur Produksi Hasil dan Pembahasan 1. Tenaga Kerja dan Masa Kegiatan Produksi

mendekati homogen. Hal ini tercermin dari koefisien keragaman sangat rendah, yakni 0.02236 harga gula tumbu rerata Rp 2.895kilogram, stándar deviasi 64.73 Penjualan gula tumbu oleh para pengusaha UKGT, sebagian besar 88 , menyatakan setiap minggu sekali, dan ada sebagian kecil yang menyatakan setiap sepuluh hari sekali. Penjualan produk seminggu sekali rerata adalah 6 x 563,1 kg = 3.378,55 kg. Sistem pembayaran setiap kali transaksi adalah tunai pada saat jual beli dilakukan. Untuk menjalankan usaha UKGT dibutuhkan modal investasi. Sebagian besar pengusaha UKGT yakni sekitar 58,2 investasinya Rp 40.000.000. Selain uang untuk investasi, produsen gula tumbu juga memerlukan persediaan uang yang digunakan untuk berproduksi atau dinamakan modal kerja. Perputaran modal kerja untuk usaha gula tumbu selama satu minggu, yakni sesuai dengan lama waktu penjualan hasil produksi gula tumbu setiap kali transaksi. Besar modal kerja tiap produsen gula tumbu bervariasi, sesuai dengan kapasitas produksi masing-masing. Sebagian besar, yaitu 42 pengusaha UKGT memerlukan modal kerja sekitar Rp 9.000.000.

6.3.2. Struktur Produksi

Struktur produksi didefinisikan sebagai perhitungananalisis mengenai biaya masukan input hingga luaran output, untuk mengetahui nilai tambah, rasio nilai tambah, saham pekerja, keuntungan dan tingkat keuntungan pengusaha. Perhitungan struktur produksi UKGT disusun mengacu pada Kameo 1999 dengan basis produksi gula tumbu setiap hari. Formatnya adalah sebagai berikut : 1 Nilai Luaran Rp = Volume gula tumbu x harga dari pengusaha © Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id 2 Biaya masukan Rp = a. Bahan baku = volume tebu x harga tebu b. Masukan arus = solar + kapur tohor + tumbu + ongkos pemasaran 3 Nilai tambah Rp = 1 – 2 4 Rasio nilai tambah = [ 3 1 ] x 100 5 Upah pekerja = uang yang diterima pekerja 6 Saham pekerja = [ 5 3 ] x 100 7 Depresiasi Rp = nilai penyusutan alat 8 Keuntungan pengusaha Rp = 3 – [ 5 + 7 ] 9 Tingkat keuntungan = [ 8 1 ] x 100 Data rerata pengusaha tiap hari dalam memproduksi gula tumbu yang meliputi : 1 bahan baku tebu: 6,2 ton, 2 harga tebu: Rp 165.045ton, 3 produksi gula tumbu: 563,1 kg, 4 harga jual gula tumbu: Rp 2.895kg, 5 kapur tohor: Rp 1.100, 6 tumbucetakan: Rp 27.500, 7 solar: Rp 90.000, 8 biaya pemasaran: Rp 19.000 dan 9 upah pekerja: Rp 225.000. Berdasarkan data produksi rerata pengusaha UKGT tiap hari tersebut, perhitungan struktur produksi adalah sebagai berikut : 1 Nilai Luaran = berat gula tumbu kg x hargakg = 563,1 x Rp 2.895kg = Rp 1.630.174. 2 Biaya Masukan : a. Bahan baku = berat tebu ton x harga Rpton = 6,2 ton x Rp 165.045ton = Rp 1.023.279. © Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id b. Masukan arus = solar + kapur tohor + tumbu + ongkos pemasaran = Rp 90.000 + Rp 1.100 + Rp 27.500 + Rp 19.000 = Rp 137.600. 3 Nilai tambah = Nilai Luaran – Biaya Masukan = Rp 1.630.174 – Rp 1.023.279 + Rp 137.600 = Rp 1.630.174 – Rp 1.160.879 = Rp 469.295. 4 Rasio Nilai Tambah = 31 x 100 = 469.2951.630.174 x100 = 29 5 Upah pekerja = Rp 225.000 6 Saham pekerja = 53 x100 = 225.000469.295 x100 = 48 7 Penyusutan = Rp 8.588 8 Keuntungan pengusaha = 3 – {5+7} = Rp 469.295 – Rp 225.000 + Rp 8.588 = Rp 469.295 – Rp 233.588 = Rp 235.707 9 Tingkat keuntungan = 235.7071.630.174 x 100 = 14,5 . Hasil perhitungan Struktur Produksi disajikan dalam Tabel 6.6. Tabel 6.6. Struktur Produksi UKGT Rerata tiap Hari No Struktur Volume Kg Nilai Rupiah Persentase 1 Luaran 563,1 1.630.174 2 Masukan 1.140.998 3 Nilai Tambah 469.295 4 Rasio Nilai Tambah 29 5 Upah Pekerja 225.000 6 Saham Pekerja 48 7 Depresiasi 8.588 8 Keuntungan Pengusaha 235.707 9 Tingkat Keuntungan 14,5 Sumber : Hasil Penelitian Lapang, 2008 © Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id Rasio nilai tambah 29 ini lebih rendah dibanding rasio nilai tambah industri gula kelapa yakni 84,4 Kameo, 1999 akan tetapi lebih tinggi dari pada rasio nilai tambah industri tahu 14 dan industri tempe yang hanya 13 , sedangkan industri opak 55, industri daun tembakau kering 40 , Kameo, 1999.

6.3.3. Analisis Finalsial

Dokumen yang terkait

Perananan Koperasi Serba Usaha (KSU) Mangarahon Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)

7 78 78

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Perah Skala Mikro Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Subang, Jawa Barat

0 4 6

Analisis Faktor-Faktor Produksi Gula di Pabrik Gula Industri Gula Nusantara, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

7 49 100

Efisiensi Produksi Usaha Pengolahan Gula Kelapa Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah

5 32 96

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TEBU UNTUK PEMBUATAN GULA PASIR DAN GULA TUMBU DI KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS.

0 0 14

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI GULA TUMBU (KASUS KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 8 59

MEWUJUDKAN PERKOPIAN NASIONAL DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KOPI BUBUK SKALA KECIL UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH USAHA TANI KOPI RAKYAT DI ACEH TENGAH

0 0 5

PENGARUH SKALA USAHA, PENDIDIKAN PEMILIK, PENGALAMAN MEMIMPIN, JENIS USAHA, PERSEPSI PEMILIK USAHA TERHADAP PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah)

0 1 14

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Komparatif Usahatani Tebu Untuk Pembuatan Gula Pasir Dan Gula Tumbu Di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

0 0 7

PENGARUH LOKASI, HARGA, DAN PELAYANAN TERHADAP KESUKSESAN USAHA MIKRO, KECIL DI LINGKUNGAN KAMPUS STAIN KUDUS (STUDI KASUS PADA USAHA FOTOCOPY DI LINGKUNGAN STAIN KUDUS) - STAIN Kudus Repository

0 0 25