keberadaan etnik Tionghoa di Indonesia dan Kota Medan tidak serta-merta menjadi bagian dari komposisi masyarakat melainkan membutuhkan proses yang
panjang. Perkembangan selanjutnya, di masa pemerintahan presiden Abdurrahman
Wahid, Instruksi Presiden Inpres No 141967 yang melarang etnis Tionghoa merayakan pesta agama dan penggunaan huruf-huruf China dicabut. Selain itu
juga ada Keppres yang dikeluarkan Presiden Abdurrahman Wahid memberi kebebasan ritual keagamaan, tradisi dan budaya kepada etnis Tionghoa; Imlek
menjadi hari libur nasional berkat Keppres yang dikeluarkan pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Di bawah kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono,
agama Khonghucu diakui sebagai agama resmi dan sah. Pelbagai kalangan etnis Tionghoa mendirikan partai politik, LSM dan ormas.
2.4.3 Kegiatan Etnik Tionghoa di Kota Medan
Saat ini etnis Tionghoa di Kota Medan merupakan etnis yang paling dominan dalam penguasaan sumber daya ekonomi dan orang-orang kaya di
Medan merupakan orang dari etnis Tionghoa. Hal ini tidak terbatas saja pada etnis Tionghoa di Kota Medan tetapi juga etnis Tionghoa yang ada di Indonesia secara
umumnya merupakan pemilik dan pebisnis-pebisnis yang menguasai dan mengendalikan ekonomi.
Mengutip Badaruddin 2013:6 bahwa etnik Tionghoa atau Cina memiliki kekuatan pada sektor ekonomi dan sukses pada bidang tersebut, walapun hal
tersebut menjadi pemicu konflik yang dilatar-belakangi oleh kecemburuan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi. Hal ini mendukung mengenai keberadaan etnik Tionghoa dalam komposisi masyarakat etnik di Kota Medan yang memiliki kekuatan dan
kesuksesan dalam bidang perekonomian. Keunggulan etnis Tionghoa dalam bidang ekonomi tidak terlepas dari
budaya mereka dalam berdagang yang mereka rintis sejak mereka tiba ke Medan. Keunggulan etnis Tionghoa pada bidang ekonomi tidak terlepas pada ikatan
kekerabatan yang menyadiakan jaringan sosial dikalangan mereka. Jaringan sosial terbentuk dimulai dari ikatan-ikatan kekeluargaan dan ikatan-ikatan pertemanan
yang terjalin dalam komunitas etnis Tionghoa.
2.4.4 Organisasi Masyarakat Tionghoa di Kota Medan
Kehidupan masyarakat Tionghoa di Kota Medan terangkum dalam beberapa bentuk ikatan sosial organisasi masyarakat, kelompok, dan lain
sebagainya sebagai bentuk lembaga yang mewadahi hubungan antar masyarakat Tionghoa di Kota Medan.
Adapun bentuk-bentuk ikatan sosial masyarakat Tionghoa di Kota Medan meliput i ikatan sosial yang didasarkan oleh marga klan, ikatan sosial ini diberi
nama PSMTI atau Perhimpunan Sosial Marga Tionghoa Indonesia, keanggotaan berdasarkan marga klan yang turut serta dalam penulisan nama pada masing-
masing individu masyarakat Tionghoa. Ikatan sosial lainnya adalah perhimpunan INTI yaitu organisasi
kemasyarakatan untuk kaum keturunan Tionghoa yang bersifat kebangsaan, bebas, mandiri dan bertujuan menyelesaikan masalah Tionghoa di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Selain organisasi yang telah disebutkan masih banyak terdapat organisasi dan ikatan sosial lain yang berlatar-belakang etnik Tionghoa di Kota Medan, baik
yang disatukan oleh daerah asal, satu persaudaraan klan atau marga, satu pekerjaan maupun satu afiliasi yang sama dalam kehidupan bermasyarakat.
Secara umum keberadaan organisasi masyarakat Tionghoa di Kota Medan selain sebagai institusi yang menghimpun individu Tionghoa yang berada di Kota
Medan, juga sebagai media komunikasi diantara individu Tionghoa yang bermukim di Kota Medan. Keberadaan organisasi masyarakat dan ikatan sosial
juga dapat dipandang sebagai basis etnik serta institusi representatif terhadap keberadaan suatu etnik di wilayah tertentu.
2.5 Etnik Karo di Kota Medan