Segmentasi Pendengar dan Latar Belakang Etnik

Kota Medan melainkan secara nasional dan global. Selain itu juga siaran happy bin pada jam siar pukul 4 hingga 6 sore juga menyuguhkan program siaran dengan konten berupa hiburan lagu, informasi ringan yang dirangkaikan dalam penggunaan bahasa Mandarin sebagai bagian dari alokasi siaran dengan konten etnik penggunan bahasa Mandarin. Program siaran radio 95,9 FM City Radio – Medan disusun dengan memberi porsi lebih terhadap pendengar dari latar belakang etnik Tionghoa dan menggunakan bahasa Mandarin, hal ini untuk menguatkan ekspresi identitas dan juga sebagai stasiun radio yang menyiarkan program radio dengan info, hiburan yang berkaitan dengan budaya Tionghoa. Namun, sebagai radio yang memancarkan siaran di Kota Medan yang merupakan kota dengan kehidupan antar etnis multikultural, radio 95,9 FM City Radio – Medan juga merangkul keberadaan etnik lainnya sebagai pendengar dengan memberikan porsi pada beberapa program acara yang menggunakan bahasa Indonesia ataupun menyelingi bahasa pengantar dengan mempergunakan bahasa Indonesia untuk dapat dinikmati oleh pendengar dengan latar belakang etnik lain dan juga memberikan pemahaman kultural kepada etnik lain melalui siaran radio streaming.

3.2.2 Segmentasi Pendengar dan Latar Belakang Etnik

Segmentasi pendengar dan latar belakang etnik didasarkan atas konten siaran yang dilakukan oleh stasiun pemancar radio atau streaming, mengutip Henny dan Alexander 2004:7-12 bahwa segmentasi siaran radio terbentuk oleh materi siaran, penentuan waktu siaran, pelaksanaan siaran dan evaluasi. Universitas Sumatera Utara Pembentukan segmentasi pendengar dalam konteks media diluaskan maknanya dengan turut memasukkan unsur latar belakang pendengar dengan tujuan materi, waktu, pelaksanaan siaran yang dapat didengar oleh beragam kalangan. Siaran radio secara konvensional dan populer mengejar segmentasi pendengar melalui program dan mengunci hal tersebut sebagai identitas radio, dalam siaran streaming etnik konsep segmentasi pendengar konvensional – populer tidak dapat dijalankan begitu saja melainkan memberi identitas radio dan segmentasi pendengar berdasarkan latar belakang etnik sehingga keterkaitan antara siaran, segmentasi pendengar dengan etnisitas adalah suatu hal yang mutlak. Secara tidak langsung, siaran yang dilakukan stasiun radio 95,9 FM City Radio - Medan telah membentuk suatu pandangan bahwasanya 95,9 FM City Radio - Medan merupakan stasiun radio Tionghoa yang mempergunakan bahasa Mandarin dalam bentuk siaran-siaran yang dilakukan, pandangan ini tidak sepenuhnya benar dan tidak juga salah karena proses pembentuk segmentasi pendengar dengan dasar latar belakang etnik 7 “Siaran City gak semuanya Mandarin atau Cina, banyak juga siaran Indonesia dan Inggris kan sesuai dengan visi-misi radio adalah suatu hal yang wajar sebagai bagian dari strategi pemarosan siaran radio. Aisha Widodo 29 Tahun yang bertugas sebagai penyiar di stasiun radio 95,9 FM City Radio - Medan menuturkan bahwa : 7 Visi dan misi 95,9 FM City Radio - Medan tidak mengkhususkan siaran radio pada salah satu etnik saja Tionghoa dan berbahasa Mandarin melainkan siaran radio multi-lingual; bahasa Indonesia, Mandarin dan Inggris. Namun pada bentuk konten siaran radio streaming dan radio pemancar, 95,9 FM City Radio - Medan membentuk segmentasi pendengar pada etnik Tionghoa dan berbahasa Mandarin sesuai dengan proses analisis program siaran radio yang berdasarkan jumlah pendengar. Universitas Sumatera Utara yang multi-lingual . . . mau gak mau dengan banyak siaran Mandarin terbentuk segmentasi pendengar dan itu juga diolah dalam program radio untuk menjangkau pendengar yang sesuai dengan segmentasinya, jadi kalau mau dengar Mandarin dan semua tentang Mandarin ada segmentnya begitu juga dengan siaran lainnya ya punya segmen tersendiri tapi segmen Mandarin disini 95,9 FM City Radio - Medan punya porsi yang lebih besar.” Segmentasi pendengar yang terbentuk dari siaran radio 95,9 FM City Radio - Medan adalah segmentasi pendengar dengan latar belakang etnik Tionghoa, hal ini didukung oleh penyampaian siaran radio dengan menggunakan bahasa Mandarin, walaupun secara umum siaran radio 95,9 FM City Radio - Medan dapat didengar oleh siapa saja tanpa batasan etnis. Segmentasi pendengar dengan latar belakang etnik pendengar merupakan suatu bentuk korelasi yang menjadi ukuran keberhasilan dalam penyampaian siaran radio, hal ini yang kemudian diproses dalam program radio untuk menjangkau pendengar lebih luas dan juga semakin membentuk citra radio dengan segmentasi pendengar tertentu. Sejalan dengan pendapat Fraser dan Estrada dalam Jurriens, 2003:118 bahwa radio memiliki fungsi utama sebagai : • merepresentasikan, mendukung budaya dan identitas lokal, • menciptakan berbagai pendapat dan opini di udara, • menyediakan varietas program acara, • mendorong demokrasi dan dialog terbuka, • mendukung pembangunan dan perobahan sosial, • mempromosikan civil society, • mengedepankan ide tentang good gover-nance, Universitas Sumatera Utara • mendorong partisipasi melalui membagi informasi dan inovasi, • memberikan suara kepada mereka yang tidak memiliki suara, • menyediakan pelayanan sosial sebagai pengganti telepon, • menyumbangkan pada keberagaman dalam kepemilikan siaran, dan • mengembangkan sumber daya manusia untuk industri siaran. Proses pembentukan program radio terhadap segmentasi pendengar sebagaimana diungkapkan oleh Xiao Ling 29 Tahun bahwa : “Program radio dibentuk oleh pendengar, adanya segmentasi pada pendengar Cina Tionghoa adalah bagian dari strategi radio dan juga menguatkan peran City sebagai bagian dari perkembangan masyarakat Cina di Kota Medan dan juga memberikan sensasi Cina beserta Mandarin kepada pendengar lainnya.” Segmentasi pendengar yang terbentuk dari siaran 95,9 FM City Radio - Medan dengan pendengar kalangan Tionghoa berbahasa Mandarin menjadikan 95,9 FM City Radio - Medan sebagai radio dengan dominasi siaran pada aspek yang berkaitan dengan Tionghoa dan Mandarin secara khusus, dan menguatkan citra 95,9 FM City Radio - Medan sebagai radio Tionghoa yang berbahasa Mandarin yang saling mengaitkan antara penyiar dan pendengar serta pendengar dan pendengar dalam konteks budaya Tionghoa di Kota Medan.

3.2.3 Ekspresi Identitas