• mendorong partisipasi melalui membagi informasi dan inovasi, • memberikan suara kepada mereka yang tidak memiliki suara,
• menyediakan pelayanan sosial sebagai pengganti telepon, • menyumbangkan pada keberagaman dalam kepemilikan siaran, dan
• mengembangkan sumber daya manusia untuk industri siaran. Proses pembentukan program radio terhadap segmentasi pendengar
sebagaimana diungkapkan oleh Xiao Ling 29 Tahun bahwa : “Program radio dibentuk oleh pendengar, adanya segmentasi pada
pendengar Cina Tionghoa adalah bagian dari strategi radio dan juga menguatkan peran City sebagai bagian dari perkembangan
masyarakat Cina di Kota Medan dan juga memberikan sensasi Cina beserta Mandarin kepada pendengar lainnya.”
Segmentasi pendengar yang terbentuk dari siaran 95,9 FM City Radio - Medan dengan pendengar kalangan Tionghoa berbahasa Mandarin menjadikan
95,9 FM City Radio - Medan sebagai radio dengan dominasi siaran pada aspek yang berkaitan dengan Tionghoa dan Mandarin secara khusus, dan menguatkan
citra 95,9 FM City Radio - Medan sebagai radio Tionghoa yang berbahasa Mandarin yang saling mengaitkan antara penyiar dan pendengar serta pendengar
dan pendengar dalam konteks budaya Tionghoa di Kota Medan.
3.2.3 Ekspresi Identitas
Siaran radio yang dipancarkan oleh 95,9 FM City Radio - Medan memiliki kekuatan pada aspek ekspresi identitas, dimana bahasa pengantar dalam siaran
mempergunakan bahasa Mandarin dengan konten siaran berupa musik, berita, gaya hidup Mandarin yang berbasis di Cina. Hal inilah yang kemudian menjadi
Universitas Sumatera Utara
bagian dari penguatan identitas Tionghoa di Kota Medan melalui siaran radio streaming 95,9 FM City Radio - Medan dan juga melalui penggunaan bahasa
Mandarin secara kontinyu dan menyeluruh. Jenkins 2002:118 mengatakan bahwa identitas adalah :
“Each of these axes of identification is imagined, a product of the human imagination . . . central themes of social identification is
membership, what the British anthropologist Anthony Cohen talks about as belonging. This is not the lumpen togetherness of
potatoes-in-a-sack but the shared sense of belonging that comes about through participation in a common symbolic world in other
words, culture.” Terjemahan bebas :
Masing-masing sumbu dari indetifikasi dibayangkan, produk dari imajinasi manusia. . . Tema sentral identifikasi sosial adalah
keanggotaan, seperti antropolog Inggris Anthony Cohen bicarakan tentang milik. Ini bukan kebersamaan lumpen kentang dalam
karung tetapi rasa memiliki yang datang melalui partisipasi dalam dunia simbolik umum dengan kata lain, budaya.
Secara sederhana pendapat tersebut menyatakan bahwa identitas yang terbentuk merupakan suatu produk imajinasi manusia, dimana identitas adalah
rasa kebersamaan yang tercipta melalui proses keikutsertaan, berbagi dalam bentuk kehidupan bahasa, kebudayaan.
Dalam hal siaran radio streaming etnik 95,9 FM City Radio - Medan, identitas yang ditampilkan adalah identitas bahasa melalui penggunaan bahasa
Mandarin dalam beragam kesempatan siaran, hal ini ditujukan sebagai suatu bentuk gejala globalisasi dimana siaran radio merupakan media melintas batas;
kultural, bahasa, wilayah yang juga membawa turut serta identitas dalam bentuk bahasa sebagai bagian mendekatkan individu dengan asal kebudayaanya dan juga
menyebarluaskan kebudayaan yang dimiliki melalui identitas bahasa kepada
Universitas Sumatera Utara
individu dengan latar belakang etnik lain sebagai suatu proses membangun kesepahaman.
Mengenai ekspresi identitas dalam bentuk penggunaan bahasa Mandarin dalam siaran radio 95,9 FM City Radio - Medan, seorang informan Aisha Widodo
29 Tahun mengatakan bahwa : “. . . keberadaan City merupakan bagian dari tagline The Best
Variety Station, yaitu mengubah konsep radio dengan menyuguhkan variasi program acara yang terbaik bagi segmen
pendengarnya, yaitu segmen Tionghoa melalui bahasa Mandarin.”
Mendukung pendapat tersebut, secara lebih lanjut Xiao Ling 29 Tahun mengatakan :
“Penggunaan bahasa Mandarin selain sebagai pengantar dalam siaran juga sebagai penguatan kemampuan masyarakat Tionghoa
untuk menguasai bahasa Mandarin dan juga menyuguhkan ambience Tionghoa ditengah-tengah kehidupan masyarakat
Tionghoa di Kota Medan yang merupakan perantauan.”
Pendapat informan tersebut mewakili suatu pandangan mengenai bentuk ekspresi identitas berupa penggunaan bahasa sebagai suatu bagian dalam
memberikan pengalaman dan suasana kultural dalam tingkatan yang sederhana kepada masyarakat pendukung identitas etnik dalam hal ini etnis Tionghoa,
sebagai masyarakat yang tinggal dan hidup bercampur-baur dengan etnis lainnya dalam konteks Kota Medan dan juga sebagai bentuk kerinduan terhadap wilayah
asal serta mengetahui keadaan kehidupan masyarakat Tionghoa sekarang ini. Mengutip pendapat Auge 1995:45 yang mengatakan bahwa bahasa
identitas ekspresi identitas harus dipertahankan dari ancaman dari dalam maupun luar lingkaran etnik untuk menjadikannya tetap berarti dan memiliki nilai
bagi masyarakat etnik tersebut. Penggunaan bahasa Mandarin dan konten siaran
Universitas Sumatera Utara
yang mengakomodinir kebudayaan Tionghoa merupakan suatu bagian kecil dari proses penguatan sisi kultural terhadap generasi muda Tionghoa yang tinggal di
Kota Medan dan juga memberikan pemahaman multikultural bagi pendengar siaran 95,9 FM City Radio - Medan dari latar belakang etnik lainnya.
3.2.4 Contoh Siaran Etnik Berbahasa Mandarin