Identitas budaya dalam lingkup siaran radio streaming etnik merupakan bagian dari suatu proses penguatan identitas dan juga proses pembelajaran budaya
bagi masyarakat dalam konteks kehidupan yang menggunakan perkembangan teknologi informasi secara aktif.
Berdasarkan alasan yang dikemukakan tersebut, penulisan ini bertujuan melihat siaran radio streaming berbasis etnik dalam menyampaikan dan sebagai
bagian dari eksistensi etnik dalam perkembangan teknologi komunikasi.
1.2 Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan nantinya membutuhkan suatu tinjauan pustaka sebagai bentuk konstruksi literatur pendukung yang bersifat konseptual dan juga
berfungsi sebagai pembatas penelitian terhadap fokus penelitian agar tidak keluar dari tujuan awal.
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini mencakup; konsepsi mengenai kebudayaan sebagai pengantar dan ideologi penelitian antropologi yang berbasis
etnografi, konsepsi mengenai komunikasi dalam ranah kebudayaan, dan konsepsi identitas etnik mengenai pelestarian dan ekspresi dalam siaran radio streaming
berbasis siaran etnik.
a. Kebudayaan
Kebudayaan dalam hal ini mengutip pendapat E.B Tylor 1871:1 yang mengatakan bahwa :
“Culture or civilization ... is that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other
capabilities and habits acquired by man as a member of society.”
Universitas Sumatera Utara
Terjemahan bebas : Budaya atau peradaban ... adalah bahwa keseluruhan kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Budaya atau peradaban ... adalah bahwa seluruh kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Secara umum pendapat Tylor 1871:1 mengenai kebudayaan dapat diartikan bahwa kebudayaan atau peradaban merupakan suatu bentuk secara
keseluruhan yang didalamnya terdapat aspek pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, norma, dan kemampuan lainnya serta perilaku yang diperlukan
oleh individu manusia sebagai anggota dari masyarakat. Lebih lanjut, Kottak 2007:42 mengungkapkan bahwa “On the basis of
cultural learning, people create, remember, and deal with ideas”. Dalam hal ini, Kottak 2007:42 menyatakan bahwa dasar dari suatu bentuk pembelajaran
kebudayaan adalah penciptaan oleh masyarakat, mengingat dan kesepakatan terhadap beragam ide dalam kehidupan.
Kottak 2007:43 juga menyatakan bahwa kebudayaan adalah suatu bentuk yang dibagi diantara individu masyarakat pendukung kebudayaan, lebih lengkap
Kottak 2007:43 menyebutkan “Culture is an attribute not of individuals person but of individuals as members of group. Culture is transmitted in society.” Secara
sederhana diartikan bahwa kebudayaan merupakan bentuk atribusi yang tidak mewakili individu secara tunggal melainkan individu sebagai bagian dari
kelompok dan kebudayaan disebarluaskan melalui bentuk kehidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks ini, siaran radio streaming berbasis etnik merupakan suatu bentuk kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat pendukung kebudayaan atau
bentuk komunitas yang disebutkan oleh Turner Kottak, 2007:214 sebagai : “a social aspect of collective liminality called communitas ... an
intense community spirit, a feeling of great social solidarity, equality, and togetherness. People experiencing liminality together
form a community of equals”. Terjemahan bebas :
Aspek sosial liminalitas kolektif disebut communitas ... semangat komunitas yang kuat, rasa solidaritas yang besar sosial, kesetaraan,
dan kebersamaan. Orang yang mengalami liminalitas bersama- sama membentuk sebuah komunitas yang setara .
Pendapat tersebut memberi penekanan terhadap peran serta individu dalam kelompokkomunitas budaya sebagai bagian dari penciptaan, pelestarian dan
bentuk kesepakatan terhadap ide dan identitas etnik dalam kehidupan masa kini. Selanjutnya Appadurai 1996:33 menegaskan hal tersebut dengan
membagi pada lima bagian gejala globalisasi, yaitu : “... five dimensions of global cultural flows that can be termed a
ethnoscapes, b mediascapes, c technoscapes, d financescapes, and e ideoscapes.”
Terjemahan bebas :
... Lima dimensi arus budaya global yang dapat disebut a ethnoscapes, b mediascapes, c technoscapes, d financescapes,
dan e ideoscapes.
Pendapat Appadurai 1996:33 tersebut membagi pada lima dimensi yang mempengaruhi perkembangan kebudayaan secara global, yaitu : a. Ethnoscapes,
yang mencakup kehidupan tiap-tiap masyarakat dunia dalam menghadapi
Universitas Sumatera Utara
perkembangan budaya global, b. Mediascapes, peranan dan perkembangan media
1
Siaran radio streaming etnik dalam globalisasi sumber : penulis
sebagai bagian dari arah perubahan kebudayaan global, c. Technoscapes, perkembangan dalam ranah teknologi yang mempengaruhi arah perkembangan
kebudayaan global, d. Financescapes, pemenuhan atas ekonomi atau penyesuaian kemampuan ekonomi terhadap arah perubahan kebudayaan global dan, d.
Ideoscapes, yaitu perkembangan ideologi dalam kehidupan yang berkembang.
Gambar 1.
Appadurai 1996:3 mengatakan bahwa perkembangan media yang terjadi saat ini turut serta mempengaruhi kehidupan kultural, dimana media tidak hanya
sebagai alat komunikasi mengenai aspek internal melainkan telah melangkah pada
1 Menguatkan arti media dalam ranah antropologi sebagaimana dituliskan oleh Boyer 2012:383, yaitu :”When one speaks of media and mediation in social-cultural anthropology
today one is usually referring to communication and culture. This is to say, when anthropologists use the term ‘media’, they tend to remain within a largely popular semantics,
taking ‘media’ to mean communicational media and, more specifically, communicational media practices, technologies and institutions, especially print, film, photography, video,
televison, radio, telephony, and the internet, among others.
Universitas Sumatera Utara
aspek eksternal dan berkaitan dengan fenomena yang terjadi pada berbagai belahan dunia. Perubahan media dari konvensional menjadi media elektronik
modern telah dapat menembus sekat-sekat yang selama ini sulit untuk dilalui dan dilakukan melalui penggunaan media konvensional.
Ginsburg 2005:21-22 mengatakan bahwa : “Anthropologists at last are coming to terms with the inescapable
presence of media as a contemporary cultural force engaged with the mediation of hegemonic forms and resistence of them; the
growth and transnational circulation of public culture; the creation of national and activist social imaginaries, with the development of
media as new arenas for political expression and the production of ide ntity.”
Terjemahan bebas :
Antropolog akhirnya datang untuk berdamai dengan kehadiran tak terhindarkan media sebagai kekuatan budaya kontemporer terlibat
dengan mediasi bentuk hegemoni dan resistensi dari mereka; pertumbuhan dan sirkulasi transnasional budaya masyarakat;
penciptaan imaginaries sosial nasional dan aktivis, dengan perkembangan media sebagai arena baru untuk ekspresi politik dan
produksi identitas.
Kutipan Ginsburg 2005:21-22 tersebut menyebutkan bahwa antropologi antropologi media menjadi sebentuk kajian yang mampu melihat media sebagai
bagian budaya kontemporer masa kini, dimana didalamnya terdapat bentuk hegemoni
2
2 Bentuk hegemoni dan perlawanan dalam konteks media merupakan suatu hal yang lazim terjadi, seperti dalam penggunaan media sebagai bentuk perpanjangan tangan suatu rezim
pemerintahan dan juga dipergunakan oleh masyarakat sebagai alat perlawanan terhadap sistem kekuasaan dimana saluran penyampaian aspirasi bersifat terbatas. Hegemoni dan perlawanan
dengan menggunakan media dapat dilihat seperti penguasan sarana media televisi dan radio TVRI dan RRI sebagai alat rezim pemerintah pada orde baru dan disisi lain media teknologi
komunikasi juga berkembang serta dipergunakan secara aktif sebagai perlawanan terhadap rezim seperti contoh penggunaan sarana media internet sebagai perlawanan terhadap suatu
rezim kekuasaan di China, yang membatasi penggunaan media internet bagi warga sebagai bagian strategi politik.
dan perlawanan sebagai bagian dari keterkaitan antara media dan politik yang kompleks dalam kehidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
b. Komunikasi