Fungsi Pendidikan Keharmonisan Hubungan Antar Etnis

Sedangkan bagi stasiun radio streaming 97,10 FM Sikamoni – Medan, faktor pembelajaran bahasa melalui konten siaran radio streaming etnik tidak diungkapkan secara eksplisit melainkan secara implisit, seperti diungkapkan oleh Firman Ginting 27 Tahun yang mengatakan : “. . . mengekspresikan identitas tidak lagi melalui cara-cara lama tapi dengan cara yang sesuai zaman, bisa lewat apa saja, paling gak kan kami ikut dalam proses budaya, ngerti budaya.” Hal ini dikarenakan kondisi kehidupan Kota Medan yang multikulturalis sehingga dapat dengan mudah mengenal, mendengar dan mengucapkan kosakata dalam bahasa Karo atau dalam hal ini pembelajaran bahasa Karo lebih cair dalam kehidupan di Kota Medan.

4.1.2 Fungsi Pendidikan Keharmonisan Hubungan Antar Etnis

Dalam bagian ini peneliti mencoba menggambarkan bagaimana radio streaming etnik yang jenis konten siarannya adalah berbahasa Mandarin secara tidak langsung memberikan pemahaman mengenai apa dan bagaimana sebenarnya kebudayaan Tionghoa tersebut melalui bahasanya kepada masyarakat pribumi. Pada masa lalu tentu kita mengingat begitu banyak tragedi di Indonesia yang memakan korban dari pihak masyarakat Tionghoa, sebut saja tragedi kemanusiaan tahun 1965 dan tahun 1998 yang secara masif berdampak pada kebencian di masing-masing pihak baik masyarakat yang dikatakan pribumi maupun masyarakat Tionghoa. Salah satu faktor yang menjadi latar belakang terjadinya tragedi tersebut adalah disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat pribumi tentang masyarakat Tionghoa. Keadaan tersebut juga diperparah dengan kecemburuan Universitas Sumatera Utara masyarakat pribumi terhadap etnis Tionghoa dalam bidang ekonomi. Namun, seiring berjalannya waktu hubungan sosial antara masyarakat pribumi dan Tionghoa tersebut mulai membaik. Adapun salah satu media pembangun hubungan sosial tadi adalah radio. Seorang informan yang bernama Soemardi 23 tahun mengatakan bahwa : “terkadang kalau kami ngedengerin siaran radio mau siang ataupun malam itu seperti nostalgia masa lalu. Apa lagi sekarang uda ada radio yang berbahasa mandarin, jadi kami merasa semakin diperhatikan oleh pemerintah. Kami sekarang sudah merasa lebih nyaman lah dari masa-masa sebelumnya” Sama halnya dengan media massa lainnya, radio juga pada dasarnya mempunyai fungsi, seperti yang dikemukakan oleh Effendy 1993:137-138, bahwa radio siaran mempunyai 4 fungsi, yaitu : fungsi penerangan, fungsi pendidikan, fungsi hiburan dan sebagai sarana propaganda. Seperti yang telah diketahui, radio siaran bersifat audial, yang hanya dapat digunakan dengan cara didengarkan, tapi bukan berarti radio siaran tidak sanggup menjalankan fungsinya sebagai media penerangan. Radio dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan walau hanya dilengkapi dengan unsur audio. Radio siaran dapat menjalankannya dalam bentuk siaran berita, wawancara, editorial udara, reportase langsung, talk show dan lain- lain. Kebebasan melakukan siaran radio dengan bahasa mandarin tentu sangat membuka kesempatan bagi seluruh pihak untuk mengenal lebih dalam mengenai masyarakat Tionghoa. Kesempatan ini baru didapatkan oleh masyarakat Tionghoa pasca reformasi. Masyarakat Tionghoa yang pada awal-awal era reformasi sangat Universitas Sumatera Utara takut untuk berbicara menggunakan bahasa Mandarin, kini sudah lebih merasakan kebebasan dalam hal berkomunikasi. Hal ini terlihat dari aktifitas-aktifitas mereka di muka umum seperti di dalam angko t, pasar, di jalan maupu n di tempat-tempat umum lainnya. Mereka tidak lagi takut untuk berbahasa Mandarin, sebab pemahaman di kalangan masyarakat pribumi mengenai etnis Tionghoa mulai berkembang ke arah yang lebih baik. Menjadi kelompok yang minoritas tentu merupakan masalah tersendiri yang harus dihadapi oleh etnis Tionghoa. dari segi politik sudah pasti mereka berada di bawah masyarakat pribumi walaupun kondisi ini pada saat sekarang telah turut berubah sejalan dengan iklim politik di Indonesia yang diwarnai oleh masuknya etnis Tionghoa dalam level atas sistem pemerintahan daerah 10 Blauner dalam K. Sanderson, 1995 mengidentifikasi minoritas yang dijajah ialah minoritas yang terbentuk apabila suatu kelompok yang lebih kuat menjajah suatu kelompok yang lebih lemah untuk maksud mengeksploitasi tenaga kerja atau mendapatkan tanahnya. Sebaliknya, minoritas imigran ialah mereka yang terbentuk melalui imigrasi sukarela suatu kelompok ke masyarakat politik lainnya. . 10 Lihat kehadiran Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menjadi wakil gubernur DKI Jakarta bersama Joko Widodo dan kemudian naik menjadi gubernur DKI Jakarta. Kondisi ini membawa pengaruh bagi masyarakat Tionghoa secara umum, misalnya membawa pengaruh baik terhadap pandangan masyarakat umum mengenai kehadiran masyarakat Tionghoa dalam sistem pemerintahan yang selama ini masyarakat Tionghoa berkecimpung dalam ranah bisnis dan ekonomi. Selain itu kehadiran Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta juga berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Tionghoa secara luas di Indonesia melalui beragam kebijakan yang dilakukan oleh Ahok di Jakarta, misalnya kebijakan kontroversial Ahok memecat dan memberhentikan pegawai serta emosi meledak-ledak sebagaimana sering dipertontonkan oleh Ahok walaupun hal tersebut berjalan dalam koridor pelaksanaan tugas sebagai abdi negara namun memainkan pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat Tionghoa secara umum. Universitas Sumatera Utara Blauner menggunakan perbenaan ini untuk memahami nasib berbagai kelompok minoritas di Amerika Serikat. Ia mengklasifikasikan orang kulit hitam, Chicanos orang Meksiko-Amerika, dan pribumi Amerika sisa-sisa suku Indian Amerika Utara sebagai minoritas yang terjajah, sementara mengidentifikasi para imigran etnik Eropa yang utama sebagai minoritas imigran. Sementara untuk etnis Tionghoa yang tinggal di Indonesia khususnya di Kota Medan sendiri konsep minoritas dari Blauner tidaklah berlaku, sebab masyarakat Tionghoa walau memang diakui adalah minoritas, tetapi tidak lah membuat mereka terjajah ataupun tereksploitasi oleh bangsa pribumi. Malah sebaliknya, merekalah yang mendominasi masyarakat pribumi di bidang ekonomi. Kenyataan ini lah yang mendorong peneliti untuk melihat bagaimana mereka bias bangkit kembali dan kini berani untuk memakai bahasa mereka mandarin dalam siaran radionya. Di kalangan masyarakat Tionghoa sendiri sebenarnya relatif lebih fasih menggunakan bahasa asalnya yakni Mandarin daripada imigran lainnya yang telah lama tinggal di Kota Medan seperti etnis Tamil. Misalnya dengan adanya radio streaming etnik ini tentu lebih memperkuat kemampuan berbahasa Mandarin dari masyarakat Tionghoa tersebut. Anak-anak yang berasal dari etnis Tionghoa juga merasa senang dengan kehadiran radio streaming yang berbasis etnik ini. Dalam lingkup siaran radio streaming etnik yang dilakukan oleh 97,10 FM Radio Sikamoni – Medan, fungsi pendidikan berjalan sebagai sarana edukasi terhadap internal masyarakat Karo dan eksternal terhadap etnik lainnya. Secara Universitas Sumatera Utara internal hal ini menguatkan identitas Karo, meliputi; kebanggaan terhadap adanya radio dengan konten siaran Karo, sarana interaksi alternatif antar masyarakat Karo dan berbagai informasi diantara masyarakat Karo yang mengakses siaran radio tersebut. Secara eksternal hal ini menjadi pembelajaran kepada pendengar dengan latar belakang etnik berbeda sebagai bentuk pembelajaran terhadap kehidupan kultural etnik lainnya sehingga dapat meningkatkan pola interaksi antar etnik, memahami kehidupan antar etnik dan juga penyebarluasan kehidupan antar etnik. Sebagai sarana pendidikan untuk membangun keharmonisan antar etnis, keberadaan radio streaming etnik juga memerlukan aspek yang dapat menimbulkan ketertarikan bagi pendengar, baik secara internal maupun eksternal. Ketertarikan terhadap siaran radio streaming tidak hanya dimunculkan oleh stasiun radio sebagai pemancar melainkan juga mengedepankan aspek pendengar untuk meningkatkan ketertarikan diantara pendengar siaran radio streaming. Siaran radio streaming memunculkan ketertarikan kepada pendengar melalui idiom-idiom etnis yang dapat ditangkap dan diinternalisasi oleh pendengar, misalnya penggunaan bahasa lokal, cerita lokal, campuran penggunaan bahasa, berita dan hiburan. Beragam aspek tersebut muncul dalam program siaran dengan efek berulang yang memunculkan keingintahuan dari pihak pendengar yang mendatangkan ketertarikan, hal inilah yang dilihat oleh radio streaming etnik sebagai faktor ketertarikan secara internal. Secara eksternal proses interaksi yang dibangun oleh individu dengan individu lain dari latar belakang etnik yang berbeda merupakan realitas pemicu munculnya ketertarikan terhadap siaran radio streaming etnik. Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Fungsi Hiburan