Fungsi Campur Kode untuk Menjelaskan

99 99 Semarang. Pembeli menggunakan bahasa Jawa yang dicampur dengan tuturan bahasa Cina karena pembeli berasal dari keturunan Cina.. 71 PEMBELI : “Tan harga kacang hijau berapa?” PENJUAL : “Sekilo regane enam ribu” PEMBELI : “Nggak boleh kurang” PENJUAL : “Dapat, asal jangan murah” PEMBELI : “Kula nawar ngajing” Penggalan percakapan 71 tersebut pembeli menyesuaikan kode penjual yang keturunan orang Cina, pembeli menggunakan campur kode yang berupa tuturan bahasa Jawa dengan disisipi bahasa Indonesia dan sedikit bahasa Cina. Meskipun pembeli hanya mengenal beberapa tuturan bahasa Cina hal ini terlihat pada percakapan antara penjual dan pembeli Ngajing yang artinya lima ribu yang disisipi dengan tuturan bahasa Jawa Kula nawar yang artinya saya menawar, sebagai alat untuk berkomunikasi antara penjual dan pembeli.

5.3 Fungsi Campur Kode

Berdasarkan data dalam penelitian ditemukan beberapa fungsi campur kode, yaitu 1 menjelaskan, 2 menghormati pembeli .

5.3.1 Fungsi Campur Kode untuk Menjelaskan

Dalam wacana interaksi jual-beli di Pasar Johar Semarang, dengan sengaja penjual menawarkan dagangannya kepada pembeli serta menjelaskan tentang barang-barang yang ditawarkan penjual kepada pembeli. Hal ini untuk menarik pembeli agar tidak segan-segan untuk mampir walaupun hanya melihat-lihat saja. Penggalan percakapan 72 berisi tuturan yang berupa campur kode yang berfungsi untuk menjelaskan kepada pembeli bahwa barang yang ditawarkan tidak mahal, bahan halus dan jahitanya rapi. 100 100 72 PEMBELI : “Daster merek Kencana Wungu lengen panjang ada, Bu?” PENJUAL : “Yang harganya murah juga ada, tetapi jahitan serta kainnya berbeda” PEMBELI : “Harganya berapa, Bu?” PENJUAL : “Dua puluh lima ribu rupiah” PEMBELI : “Lima belas ribu rupiah” PENJUAL : “Ora oleh ditambah sedikit lagi, ya Bu?” PEMBELI : “Kalau boleh, kalau tidak boleh akan cari ditempat lain” PENJUAL : ”Lihat lagi ta, Bu ?” PEMBELI : “Ya, sudah segitu poolnya?” Penggalan percakapan 72 merupakan suatu pernyataan penjual kepada pembeli dengan menjelaskan tentang dagangan yang ditawarkan oleh penjual seperti pada tuturan ora oleh merupakan tuturan dari bahasa Jawa yang disisipi dengan tuturan bahasa Indonesia ditambah sedikit lagi , ya Bu Penjual menggunakan campur kode kepada pembeli untuk menjelaskan bahwa daster tersebut sudah pas harganya, murah jahitannya dan kainnya halus. Sehingga penjual dapat menjelaskan kepada pembeli bahwa ada barang ada rupa, kalau harganya murah tentu barangnya cepat rusak dan luntur. Penggalan percakapan 73 berisi tuturan yang berupa campur kode yang berfungsi untuk menjelaskan kepada penjual pada saat tawar-menawar. 73 PEMBELI : “Ada setelan warna hijau sing ana bordire” PENJUAL : “Ada, mangga dilihat-lihat dulu” PEMBELI : “Harganya berapa?” PENJUAL : “Lima puluh ribu rupiah” PEMBELI : “Nggak boleh kurang” PENJUAL : “Lihat dulu Mbak, bahannya saja bagus dan jahitannya saja halus maka harganya mahal” PEMBELI : “Empat puluh ribu , terus pergi.” Dalam penggalan percakapan 73 tersebut merupakan suatu tuturan yang berupa campur kode yang dipakai pembelil untuk menjelaskan kepada penjual bahwa setelan yang dicari adalah bermotif bordir seperti pada tuturan ana bordireyang 101 101 berupa tuturan bahasa Jawa yang disisipi dengan tuturan bahasa Indonesia Ada setelan warna hijau Penjual menggunakan tuturan tersebut untuk menjelaskan kepada pembeli bahwa bahan dan jahitannya halus tetapi pembeli tetap menawar dengan harga yang murah.

5.3.2 Fungsi Campur Kode untuk Menghormati Pembeli