Kehadiran Calon Pembeli Lain pada Saat Tawar Menawar

64 64 27 PEMBELI : “Baju batik lengan pendek, harganya barapa Bu ?” PENJUAL : “Harganya tiga puluh ribu rupiah” “Bunga-bunga dasarnya warna merah” PEMBELI : “Pinten, Bu ?” PENJUAL : “Tiga puluh ribu ?” PEMBELI : “Piro ?” PENJUAL : “Tiga puluh ribu” Penggalan percakapan yang berbunyi piro ? yang artinya berapa, merupakan ungkapan keterkejutan pembeli tentang harga yang ditawarkan oleh penjual tidak setinggi yang diangankan.

4.2.6 Kehadiran Calon Pembeli Lain pada Saat Tawar Menawar

Berlangsung Percakapan tawar-menawar antara penjual dan pembeli, sering kali datang pula satu, dua atau bahkan beberapa calon pembeli yang lain. Kedatangan calon pembeli itu sudah barang tentu harus ditanggapi oleh si pembeli dengan menggunakan kode yang biasa digunakan untuk mengawali percakapan tawar- menawar. Biasanya kode itu bersifat lebih halus daripada kode yang biasa mereka pakai setelah diantara keduanya sudah terlibat dalam percakapan yang cukup panjang. Ekspresi-ekspresi halus seperti mangga MasMbak.PakBu ‘Silakan MasMbakPakBu’ ngersake menapa ‘menghendaki apa’ mirsani rumiyin mangga ‘melihat dulu silakan’, dan sebagainya akan digunakan dalam menanggapi sang calon pembeli baru itu. Dengan demikian telah terjadi peristiwa alih kode karena telah datangnya calon pembeli itu, yakni dari kode bahasa yang kurang halus ke dalam kode bahasa yang lebih halus. 65 65 Penggalan percakapan 28 berikut mengandung tuturan yang berupa alih kode disebabkan ekspresi keterkejutan penjual terhadap pembeli lain ikut menawar pakaian. 28 PENJUAL : “Belum boleh” PEMBELI 1 : “Ra entuk ? sepuluh ewu boleh ?” “Wis pol lho aku.” “Tidak boleh ? sepuluh ribu boleh ?” “Sudah maksimal lho saya” PENJUAL : “Monggo Bu, pados menapa ? Wonten mriki komplit sembarang onten. Monggo dipirsani rumiyin” sapaan kepada calon pembeli lain PEMBELI 2 : “Berapa Pak, pasnya ?” PENJUAL : “Sudah dua puluh” PEMBELI 1 : “Lima belas ya, Pak” PENJUAL : “Ya, wis nggo bukan dasar” ‘Ya, sudahlah untuk buka dasar’ Penggalan percakapan yang berwujud Ya wis nggo lah nggo buka dasar ‘ya sudahlah untuk buka dasar’ adalah alih kode yang dilakukan oleh penjual karena ia ingin berpura-pura bahwa harga barang yang disepakati dengan si pembeli terkesan tidak mahal. Dengan mengatakan ekspresi itu, si penjual ingin mengatakan bahwa sebenamya harga normalnya tidak demikian. Karena untuk buka dasar harga itu pun disepakati. Penggalan percakapan 29 berikut mengandung tuturan yang berupa alih kode yang disebabkan kekawatiran penjual dalam tawar-menawar dengan harga yang lebih murah pada saat tawar-menawar pakaian 29 PEMBELI : “Pak, kalau boleh ini saya ambil dua” PENJUAL : “Nggak bisa. Tujuh setengah” PEMBELI : “Mosok ora entuk Pak? Iki ora patio apik corake ?” ‘Masak tidak boleh Pak? Ini tidak begitu bagus coraknya?” PENJUAL : “Kulake urung entuk e Mbak” “Harga belinya belum dapat, Mbak?” 66 66 Penggalan percakapan pedagang buah-buahan yang berbunyi Kulake urung entuk e Mbak yang bermakna ‘harga belinya belum dapat’ adalah alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa ragam ngoko yang dilakukan oleh penjual. Alih kode itu dilakukan dengan maksud agar pembeli menawar dengan harga yang lebih tinggi. Dengan perkataan lain, mungkin sekali harga yang sudah ditawar oleh pembeli itu bagi penjual sudah mendatangkan untung. Namun demikian karena ia ingin mendapatkan untung yang lebih besar, beralih kodelah penjual itu untuk berpurapura. Dan tuturan bahasa Jawa ragam ngoko tersebut dipandang lebih efektif untuk memperdaya pembeli. Sebab, jika masih menggunakan bahasa Indonesia pada kalimat tersebut dirasa kurang memperdayai daya persuasi yang tinggi, tuturan Wah, harga belinya saja belum boleh Mbak. Penggalan percakapan 30 berikut mengandung tuturan yang berupa alih kode dari penjual kepada pembeli dalam tawar-menawar harga yang belum dapat disepakati oleh kedua belah pihak, dalam tawar-menawar taplak meja. 30 PEMBELI : “Taplak meja batik piro, bu” “Taplak meja batik harganya berapa” PENJUAL : “Lima belas ribu rupiah” PEMBELI : “Pitung ewu lima ngatus” “Tujuh ribu lima ratus rupiah” PENJUAL : “Durung, pitung ewu lima ngatus wis meped banget” “Belum, tujuh ribu lima ratus sudah meped sekali “ PEMBELI : “Ada yang lebih besar” PENJUAL : “Nggak ada “ hadir calon pembeli “Ngersaaken menapa ?” “Menghendaki apa ?” Penggalan percakapan 30 yang berbunyi ngersaaken menapa ? merupakan alih kode yang dilakukan penjual, karena tedapat calon pembeli baru di tengah-tengah 67 67 berlangsungnya antara pembeli dan penjual sebelumnya, karena terdapat orang baru yang hadir.

4.2.7 Bercanda pada Pembeli