Ekspresi Keterkejutan Pembeli Faktor Alih Kode

62 62 Penggalan percakapan 24 berikut mengandung tuturan yang berupa alih kode yang disebabkan penjual menyesuaikan kode yang dipakai pembeli dalam tawar menawar dagangan oleh penjual pada pembeli pada saat menjajakan gdangannya berupa pakaian. 24 PENJUAL : “Regane murah yen dienggo ya apik anggo awake” “Harganya murah bila dipakai ya bagus buat awaknya “ PEMBELI : “Sing kembang-kembang dasare warnane abang” “Bunga-bunga dasarnya warna merah” PENJUAL : “Niku regane larang” PEMBELI : Tanya pada awaknya, bahwa baju yang disenangi harganya mahal PENJUAL : “Cari warna lain dengan harga yang lebih murah yang ada “ Penggalan percakapan di atas, merupakan penyesuaian percakapan antara penjual dan pembeli. Penjual menyesuaikan kode bahasa yang dipakai oleh pembeli agar komunikasi tetap lancar.

4.2.5 Ekspresi Keterkejutan Pembeli

Dalam transaksi barang sering terjadi kesalahan praanggapan yang sebelumnya diandaikan oleh si pembeli terhadap harga barang yang ditawarkan penjual. Akibat kesalahan praanggapan ini, pembeli merasa terkejut. Keterkejutan ini sering diekspresikan dengan peralihan kode. Peralihan kode itu bisa terjadi dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia atau sebaliknya dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, atau dapat juga dari bahasa Jawa ragam krama ke bahasa Jawa ragam ngoko. Penggalan percakapan 25 berikut mengandung tuturan yang berupa alih kode yang disebabkan keterkejutan pembeli pada saat tawar-menawar setelan anak. 63 63 25 PEMBELI : “Pinten regine, Yu ?” “Berapa harganya Yu ?” PENJUAL : “Lima ribu” PEMBELI : “Pira ? lima ribu ?” “Berapa ? lima ribu rupiah ?” PENJUAL : “Satu setel” PEMBELI : “Wah, larang banget ?” “Wah, mahal sekali ?” Penggalan percakapan pira “berapa” pada 25 adalah ungkapan keterkejutan pembeli yang ditawarkan oleh si penjual. Ungkapan itu muncul karena anggapan harga yang ditawarkan oleh penjual tidak akan setinggi itu. Pembeli menganggap karena sudah sering berbelanja biasanya kurang dari seribu rupiah. Penggalan percakapan berikut mengandung tuturan yang berupa alih kode disebabkan keterkejutan pembeli pada saat penjual menawarkan dagangannya terlalu mahal menawarkan daster. 26 PEMBELI : “Dhaster pintenan niki bu sing dhuwur dhewe niku?” “Daster harga berapa ini bu yang paling tinggi itu?” PENJUAL : “Nika ? gangsal welas” “Itu ? lima belas” PEMBELI : “Tawane kok dhuwur ? Pase pinten to ? “ “Menawarkannya tinggi sekali sih ?” “Harga pasnya berapa, ya ?” Penggalan percakapan yang berbunyi Tawane kok dhuwur ? yang maknanya adalah ‘menawarkannya tinggi sekali sih ?’ adalah alih kode yang dilakukan oleh pembeli. Alih kode itu muncul karena si pembeli merasa terkejut dengan penawaran harga yang dirasakan oleh pembeli cukup tinggi. Penggalan percakapan 27 berikut berisi tuturan yang berupa alih kode yang mengekspresikan keterkejutan pembeli terhadap barang yang ditawarkan oleh penjual baju batik pada saat tawar-menawar. 64 64 27 PEMBELI : “Baju batik lengan pendek, harganya barapa Bu ?” PENJUAL : “Harganya tiga puluh ribu rupiah” “Bunga-bunga dasarnya warna merah” PEMBELI : “Pinten, Bu ?” PENJUAL : “Tiga puluh ribu ?” PEMBELI : “Piro ?” PENJUAL : “Tiga puluh ribu” Penggalan percakapan yang berbunyi piro ? yang artinya berapa, merupakan ungkapan keterkejutan pembeli tentang harga yang ditawarkan oleh penjual tidak setinggi yang diangankan.

4.2.6 Kehadiran Calon Pembeli Lain pada Saat Tawar Menawar