Identifikasi Peranan Faktor Campur Kode

95 95 Penggalan percakapan 67 berikut berisi tuturan yang mengandung campur kode ekstern dari bahasa Arab, antara penjual dan pembeli dalam tawar- menawar dagangannya. 67 PENJUAL : “Cari apa. Abah? Dilihat-lihat dulu” PEMBELI : “Cari sarung cap gajah duduk kotak-kotak dasarnya warna hijau.” PENJUAL : “Ada, saya carikan ditumpukan paling yang paling bawah sendiri.” PEMBELI : “Harganya berapa? Boleh nawar nggak” PENJUAL : “Boleh nawar tapi jangan murah, Abah?” Penggalan percakapan tersebut dimana sebutan Abah dalam bahasa Arab untuk sebutan Bapak. Hal ini dilakukan oleh penjual kepada pembeli karena penjual ingin menghormati pembeli dan mereka berasal dari keturuan arab. Sehingga penjual menggunakan campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab.

5.2 Faktor Campur Kode

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode pada wacana interaksi jual-beli di pasar Johar Semarang, sebagai berikut : 1 identifikasi peranan, 2 identifikasi ragam. Berikut pembahasan hasil analisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode.

5.2.1 Identifikasi Peranan

Dalam wacana interaksi jual-beli di pasar Johar Semarang antara penjual dan pembeli dalam tawar-menawar selalu memakai bahasa yang mudah diterima antara keduanya dan dapat dipakai sebagai pengantar komunikasi agar pedagang laku dagangannya, sedangkan pembeli merasa puas dengan barang yang 96 96 dibutuhkan, karena peran dari penjual sangat penting dalam melakukan tawar- menawar kepada pembeli agar dapat mampir pada dasarannya. Dengan maksimal penjual mengambil peranan kepada pembeli dengan menyatakan bahwa barang dagangannya semua kain, bahan dan jahitannya ditanggung bagus tidak cepat rusak dan luntur. Penggalan percakapan 68 berikut berisi tuturan yang menunjukkan bahwa faktor identifikasi peranan penjual sangat penting dalam menawarkan dagangannya kepada pembeli sehingga terjadi campur kode dalam tuturan baik pemakaian bahasa Jawa kramo yang disispi bahasa Indonesia. 68 PEMBELI : ”Duwe daster batik lengen panjang,Bu?” “Punya daster batik lengan panjang, Bu?” PENJUAL : “Wonten, ini dipun tingali disik?” “Ada, ini dilihat dulu?” PEMBELI : “Harganya berapa yang panjang dan yang pendek berapa harganya, Bu ?” PENJUAL : “Murah mung selawe yang panjang, yen pendek dua puluh ribu.” “Murah cuma dua puluh lima yang panjang, kalau pendek dua puluh ribu.” PEMBELI : “Larang banget, nawar angsal, Bu?” “Mahasl sekali, nawar boleh, Bu?” PENJUAL : “Angsal, nawar berapa?” “Boleh, nawar berapa?” PEMBELI : “Yang panjang lima belas” Dalam penggalan percakapan 68 menyebutkan bahwa keduanya memakai tuturan bahasa Jawa yang kadang-kadang disisipi tuturan bahasa Indonesia. Seperti tuturan Larang banget, angsal merupakan tuturan bahasa Jawa yang disisipi tuturan bahasa Indonesia Nawar berapa.Dengan cam yang demikian penjual dapat berkomunikasi dengan pembeli yang menggunakan campur kode. Penjual sendiri menggunakan campur kode tersebut untuk menjelaskan kepada 97 97 pembeli bahwa barang yang dijual bagus , motif yang paling bar dan harganya murah. Penggalan percakapan 69 berisi tuturan yang mengandung tuturan dengan bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena pembeli berjumlah lebih dari satu orang dan yang satu merupakan rekan dari yang lain. Campur kode ini muncul pada saat antar pembeli membicarakan sesuatu yang diperkirakan oleh pembeli tidak dimengerti oleh penjual. 69 PEMBELI 1 : “Sing marahi larang ki apa to Pak?” “Yang membuat mahal itu apa to Pak?” PEMBELI 2 : “Neng kana mau regane mung telung puluh lima.” “Disana tadi harganya cuma tiga puluh lima.” PENJUAL : “Ning mesti beda.” “Iya pasti beda.” PEMBELI 2 : “Halah paling opat oge diberikan” “Halah paling empat puluh ribu diberikan” PEMBELI 1 : “Pinten Pak, pase?” “Berapa Pak, pasnya?” PEMBELI 2 : “Empat puluh, boleh nggak?” Penggalan percakapan tersebut berupa tuturan bahasa Sunda Paling opat oge yang artinya empat puluh ribu Tuturan yang dipakai pembeli tuturan bahasa Sunda yang tidak dimengerti oleh penjual, sebab mereka beranggapan bahwa penjual tidak tahu akan tuturan bahasa Sunda yang disisipi oleh bahasa Indonesia.pada tuturan diberikan.

5.2.2 Identifasi Ragam