18
18 demikian terdapat berbagai macam register dalam suatu masyarakat tutur.
Halliday 1972 : 141-142 mengatakan register adalah variasi bahasa yang didasarkan pada penggunaan dari tuturan itu. Dengan demikian, ada beberapa
macam register dalam suatu masyarakat tutur, misalnya tawar-menawar, berdiskusi, bersendau-gurau, diskusi.
2.2.5 Tingkat Tutur
Tingkat tutur merupakan salah satu wujud kode dalam suatu masyarakat tutur. Faktor penentu dalam hal ini adalah relasi antara penutur dengan mitra
tutur. Apabila seorang penutur bertutur dengan seseorang yang dihormati, penutur akan menggunakan kode tutur yang memiliki rasa hormat. Demikian
pula penutur bicara dengan seseorang yang tidak perlu dihormati, maka akan menggunakan kode tutur yang tidak hormat pula. Dengan demikian dalam
bertutur seseorang penutur selalu menggunakan tingkat tutur atau undha-usuk sesuai dengan anggapan-anggapan terhadap mitra tutur yang dihadapinya.
Pembicaraan tentang tingkat tutur meliputi 1 bentuk tingkat tutur, 2 fungsi tingkat tutur dan 3 kosakata penentu tingkat tutur.
2.2.5.1 Bentuk Tingkat Tutur
Di dalam masyarakat di satu pihak terdapat anggota tertentu yang sangat perlu untuk dihormati dalam bertutur, tetapi terdapat juga anggota tertentu
yang tidak perlu mendapatkan penghormatan. Sebenarnya bentuk tingkat tutur itu secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu bentuk tutur hormat dan bentuk
tutur biasa. Adapun faktor yang menyebabkan terbentuknya dua macam bentuk tutur itu karena tingkat tutur antara masyarakat yang satu dengan yang lain
19
19 berbeda. Hal ini disebabkan ada anggota masyarakat yang dihormati atau tidak
dihormati karena status sosial, kekuatan ekonomi, usia, jenis kelamin, kondisi pisik.
Pada kebanyakan tingkat tutur pemakaian kata ganti digunakan untuk menunjukkan perbedaan rasa hormat penutur kepada mitra tuturnya. Misalnya
dalam bahasa Jawa terdapat kata aku, kulo, dalem, kawula semuanya bermakna “saya”. Kata ganti orang kedua kowe, sampeyan, panjenengan,
semuanya bermakna “kamu”.
Bahasa Jawa juga memiliki gejala khusus dalam sistem tingkat tutur. Ada tingkat tutur halus yang berfungsi membawakan rasa kesopanan yang tinggi,
tingkat tutur menengah yang membawakan kata kesopanan yang sedang, dan tingkat tutur biasa untuk membawakan rasa kesopanan yang rendah. Sehingga
akan muncul tingkat tutur ngoko, tingkat tutur madya, dan tingkat tutur krama. Tingkat tutur dalam bahasa Jawa dibagi menjadi dua, yaitu tingkat tutur ngoko
menggunakan unsur morfologi dan kosakata pada dasarnya merupakan kosakata ngoko, tingkat tutur ngoko memiliki bentuk yang bermacam-macam,
ada bentuk halus, tindak halus, adapun tingkat tutur ngoko halus mengandung kata krama inggil atau krama andhap. Semakin banyak kata-kata krama inggil,
krama andhap dan krama, semakin halus tingkat ngoko, dan kedua tingkat tutur basa. Tingkat tutur basa dibagi menjadi dua, yaitu basa halus sering disebut
tingkat tutur krama dan basa tak halus sering disebut tingkat tutur madya.
20
20
2.2.5.2 Fungsi Tingkat Tutur
Bentuk-bentuk tingkat tutur dalam bahasa Jawa, meliputi tingkat tutur ngoko, tingkat tutur krama, dan tingkat tutur madya. Bentuk tingkat tutur
memiliki makna dan maksud tertentu yang berbeda antara yang satu dengan lainnya
2.2.5.3 Kosakata Penentu Tingkat Tutur