Campur Kode yang Berwujud Kata

87

BAB V BENTUK, FAKTOR, DAN FUNGSI CAMPUR KODE

Pada bab ini dipaparkan bentuk, faktor, dan fungsi campur kode yang terdapat pada wacana interaksi jual-beli di Pasar Johar Semarang.

5.1 Bentuk Campur Kode

Soewito 1985:76 membedakan campur kode menjadi dua macam, antara lain, 1 campur kode intern, 2 campur kode ekstern. Kedua kode tersebut ditemukan dalam wacana interaksi jual-beli di Pasar Johar Semarang.

5.1.1 Campur Kode Intern

Menurut Soewito 1985:76 campur kode intern adalah campur kode yang terjadi antarbahasa daerah dalam bahasa nasional, antara dialek dalam satu bahasa daerah atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat satu dialek atau terjadi percampuran bahasa yang masih serumpun. Campur kode intern dapat berwujud 1 kata, 2 frasa, dan 3 perulangan kata.

5.1.1.1 Campur Kode yang Berwujud Kata

Dalam interaksi jual-beli di Pasar Johar Semarang. Pedagang ketika menjajakan dagangan pada pembeli terdapat tuturan campur kode berupa kata yang digunakan dengan tujuan agar dagangannya lekas laku. 88 88 Penggalan percakapan 57 berikut berisi tuturan yang berupa campur kode intern yang berwujud kata dari penjual kepada pembeli agar pembeli tertarik dengan dagangannya yang berupa daster . 57 PEMBELI : “Daster ini berapa harganya? “ PENJUAL : “Dua puluh lima ribu rupiah.” PEMBELI : “Regane mahal banget yang benar berapa pasnya” PENJUAL : “Harga daster ini memang sudah harga pasaran.” Dalam penggalan percakapan tersebut pembeli bertutur menggunakan campur kode intern dengan menyisipkan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Seperti pada tuturan banget yang berarti benar yang berasal dari tuturan bahasa Jawa, adapun harganya mahal yang benar berapa pasnya? merupakan tuturan dari bahasa Indonesia yang disisipi oleh tuturan bahasa Jawa. Tuturan campur kode tersebut disebabkan pembeli merasa terkejut dan anggapan pembeli sendiri harga daster tidak akan setinggi yang ditawarkan oleh penjual. Namun, bagi penjual akan menawar harga berapapun tidak ada yang melarang. Penggalan percakapan 58 berikut mengandung tuturan yang berupa campur kode intern yang berwujud kata, pada saat penjual menawarkan dagangannya berupa sarung batik dengan harga terlalu tinggi. 58 PEMBELI : “Sarung batik ukuran dewasa regane pira Mbak?” PENJUAL : “Lima puluh ribu rupiah” PEMBELI : “Ora isa kurang saka seket ewu” “Apa nggak boleh kurang dari lima puluh “ PENJUAL : “Isa kurang sethitik” “Bisa kurang sedikit” PEMBELI : “Selawe wis pas olehku ngenyang” “Dua puluh lima sudah pas aku menawar” Dalam penggalan percakapan 58 pembeli juga menggunakan tuturan campur kode intern dengan menyisipkan bahasa Jawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. 89 89 Hal ini terlihat pada tuturan Sarung batik ukuran dewasa regane pira, mbak? Tuturan tersebut merupakan campur kode dari bahasa Jawa “Regane pira?” yang Artinya “harganya berapa” dan tuturan bahasa Indonesia” Sarung batik ukuran dewasa”. Pembeli merasa terkejut dengan harga yang ditawarkan oleh penjual terlalu tinggi. Penggalan percakapan 59 berikut berisi tuturan campur kode intern yang berwujud kata dalam tawar-menawar setelan anak antara penjual dan pembeli yang belum disepakati. 59 PENJUAL : “Setelan anak-anak umur lima tahun murah regane” PEMBELI : “Harganya berapa, Bu?” PENJUAL : “Murah hanya selawe tur bahannya halus. “ “Murah hanya dua puluh lima dan bahannya halus.” PEMBELI : “Regane mahal banget yang benar berapa? “ PENJUAL : “Kalau belinya banyak tak regani murah “ PEMBELI : “Lima belas, yen oleh aku njupuk rong setel.” “Lima belas, kalau boleh aku ambil dua pasang.” Dalam penggalan percakapan 59 tersebut pemakaian campur kode dipakai pada saat penjual menawarkan kepada pembeli, tuturan penjual kadang-kadang menggunakan tuturan bahasa Jawa yang diselinggi dengan tuturan bahasa Indonesia, demikian pula sebaliknya pembeli juga menggunakan campur kode kepada penjual pada saat tawar-menawar. Hal ini terlihat pada tuturan selawe tak regani murah, yen oleh aku njupuk rong setel Percakapan tersebut merupakan tuturan bahasa jawa yang disisipi dengan tuturan bahasa Indonesia terlihat pada tuturan murah, bahannya halus, kalau belinya banyak dan lima belas. Antara penjual dan pembeli saling menggunakan campur kode untuk memudahkan data berkomunikasi. 90 90

5.1.1.2 Campur Kode Berwujud Frasa