71
71 kesopanan yang sedang dan fungsi alih kode pada tingkat tutur biasa yang
menunjukkan rasa kesopanan yang sedang dan fungsi alih kode pada tingkat tutur biasa yang menunjukkan rasa kesopanan yang rendah. Fungsi alih kode dalam
bahasa Jawa, teralisasi dalam 1 tingkat tutur ngoko, 2 tingkat tutur madya, 3 tingkat tutur krama.
4.3.1 Fungsi Alih Kode dalam Tingkat Tutur Ngoko
Ada empat fungsi alih kode dalam tingkat tutur ngoko, yaitu 1 menyatakan kemarahan penjual terhadap pembeli, 2 menyatakan kemarahan
pembeli terhadap penjual, 3 penjual bercanda dengan pembeli, 4 menyesuaikan kode lawan bicara.
4.3.1.1 Menyatakan Kemarahan Penjual terhadap Pembeli
Dalam wacana interaksi jual-beli di pasar Johar Semarang sering terjadi tawar-menawar, penjual menganggap bahwa pembeli benar-benar menawar
barang yang ditawarkan oleh penjual atau tidak sungguh-sungguh dalam menawar. Hal ini tampak dari sangat seringnya pembeli menanyakan harga,
kualitas dan lain-lain. Penggalan percakapan 37 berikut berisi tuturan yang berupa alih kode
dalam tingkat tutur ngoko yang menyatakan kemarahan penjual terhadap pembeli. 37
PEMBELI : “Iki pada karo sing iki?”
“Ini sama dengan yang ini ?” PENJUAL :
“Ya pado” “Ya sama”
PEMBELI : “Iki pitu setengah ya Pak?”
“Ini tujuh setengah ya Pak?” PENJUAL :
“Arep tuku piro?”
“Mau beli berapa?”
72
72
Penggalan percakapan tersebut yang berbunyi Iki pado karo sing iki yang artinya ini lama dengan yang lain pembeli hanya tanya-tanya harga barang
dagangannya, sehingga penjual menyatakan kemarahannya pada pembeli dengan
tuturan arep tuku piro yang artinya Memangnya mau beli berapa? Selain
pembeli menanyakan harga seringkali pembeli menanyakan warna, corak dan ukuran yang membuat penjual menjadi marah terhadap pembeli yang kadang-
kadang hanya lihat-lihat tanpa pernah menawar barang. Penggalan percakapan 38 berikut berisi tuturan yang berupa alih kode dalam
tingkat tutur ngoko yang menyatakan kemarahan penjual terhadap pembeli pada saat tawar menawar-menawar, pakaian.
38 PEMBELI :
“Piro regane pase”
“Berapa harga pasnya” PENJUAL :
“Mangga ngawis piro” “Silakan mau menawar berapa”
PEMBELI : “Aku ora ngerti regane”
“Aku tidak tahu harganya” PENJUAL :
“Kok koyo ora tenanan, jane arep tuku opo ora “
“Kok seperti tidak serius, sebenernya mau beli apa tidak”
Penggalan percakapan tersebut penjual menggunakan tuturan ngoko pada pembeli karena penjual marah kepada pembeli yang tidak membeli, hanya menawar saja.
Hal ini tampak pada tuturan piro regane pase yang artinya Berapa harga pasnya
dan penjual bertutur dengan nada tinggi Kok koyo ora tenan Jane tuku opo ora
yang artinya Tampaknya tidak sungguh-sungguh dalam menawar
.
73
73
4.3.1.2 Menyatakan Kemarahan Pembeli terhadap Penjual