Alih Kode dari Bahasa Jawa Tingkat Tutur Ngoko ke Tataran Krama

48 48 PENJUAL : “Nem setengah.” ‘Enem setengah.’ PEMBELI 1 : “Enem setengah?” ‘Enam setengah? PEMBELI 2 : “Kok larang ya.” ‘Kok mahal ya.’ PEMBELI 1 : “Kok mahal sekali pak. Biasanya cuman tiga ribu. “Nggak tiga ribu raja pak?” PENJUAL : “Sudah harga pas itu.” Dalam percakapan itu dapat dilihat bahwa peralihan alih kode yang dilakukan oleh penjual pada akhir cuplikan. “Sudah Harga Pas” Sebelum alih kode bahasa Indonesia yang dituturkan oleh penjual, ia menggunakan bahasa Jawa dalam tingkat tutur ngoko. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa peralihan alih kode dalam penggalan percakapan tersebut adalah dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.

4.1.4 Alih Kode dari Bahasa Jawa Tingkat Tutur Ngoko ke Tataran Krama

Gejala alih kode yang berbentuk penggunaan unda usuk banyak ditemukan di pasar Johar Semarang lebih khusus pada los buah buahan, los lauk pauk dan jarang ditemukan pada los buku, los jamu yang jarang penelitian ini ditemukan. Berikut ini penggalan percakapan alih kode dari bahasa Jawa ngoko ke tataran krama, pada saat tawar-menawar pakaian. 9 PEMBELI : “Rok serutan sing ana rompine” “Baju serutan yang ada rompinya” PENJUAL : “Regane satus seket, warnane ijo, tengahe polos” “Harga seratus lima puluh, warna hijau, tengahnya polos “ PEMBELI : “Satus telung puluh, rak entuk kurang” “Seratus tiga puluh ribu rupiah, tidak boleh kurang” PENJUAL : “Mboten angsal, Bu” PEMBELI : “Pergi meninggalkan penjual.” 49 49 Penggalan percakapan 9 di atas merupakan peralihan alih kode yang berupa tuturan ngoko ke krama yang dilakukan penjual. Dengan kesabaran yang tinggi, penjual dengan ramah melayani pembeli dan rela beralih kode dari ragam ngoko ke ragam krama. Penggalan percakapan berikut yang mengandung peralihan alih kode dari ragam ngoko ke ragam krama antara penjual dan pembeli pakaian pada saat tawar-menawar. 10 PEMBELI : “Iki pira yu regane” “Ini berapa harganya” PENJUAL : “Lima belas ewu” “Lima belas ribu rupiah” PEMBELI : “Sepuluh ewu oleh po ora” “Sepuluh ribu rupiah, boleh apa tidak” PENJUAL : ”Nggih pun mriki kangge mbukak dasar” PEMBELI : “Tumbas kalih setel” “Beli dua setelpasang” Penggalan percakapan 10 bahwa maksud penjual menyakinkan pembeli bahwa dagangannya dijual dengan harga murah, seorang pedagang mengungkapkan dengan kata untuk buka dasar dan untuk mencapai maksud tidak jarang penjual melakukan alih kode dari bahasa Jawa tingkat ngoko ke tataran krama, hal ini untuk menghormati lawan bicara dalam hal ini pembeli. Penggalan percakapan 11 yang mengandung alih kode antara penjual dan pembeli menggunakan tuturan bahasa tingkat ngoko ke tuturan tingkat ngoko, untuk meredam kemarahan penjual pada saat tawar-menawar bala-pecah. 11 PEMBELI : “Piring kembang iki piro salusine?” “Piring kembang ini berapa salusinne?” PENJUAL : “ Seket ewu” “Lima puluh ribu rupiah” PEMBELI : “Ora telung puluh” “Tidak tiga puluh ribu” PENJUAL : “Aku males tawa larang-larang” 50 50 “Saya ini malas menawarkah mahal-mahal” PEMBELI : “Nggih ampun ngendika ngoten, lumrahe tumbas niku kan ngenyang” “Ya jangan berkata berkata seperti itu to yu, orang beli umumnya ya menawar.” Percakapan 11 pada “nggih ampun ngendika ngoten, lumrahe tumbas niku kan ngenyang “ merupakan peralihan alih kode dari bahasa Jawa tataran ngoko ke tataran krama yang dilakukan oleh pembeli untuk meredam kemarahan penjual.

4.1.5 Alih Kode dari Bahasa Jawa Tingkat Tutur Krama ke Tuturan Ngoko