Proses Inovasi Kinerja Rumah Sakit Pada Perspektif Proses Bisnis Internal

Daerah Indramayu yang menyatakan bahwa kinerja perspektif pelanggan pada rumah sakit tersebut semakin baik.

4.3 Kinerja Rumah Sakit Pada Perspektif Proses Bisnis Internal

Perspektif proses bisnis internal terdiri dari proses inovasi dan operasi, dalam proses operasi terdapat instrumen tingkat kunjungan rawat jalan, tingkat kunjungan rawat inap, sedangkan untuk kunjungan rawat inap digunakan instrumen yang dianjurkan oleh Depkes RI tahun 1995 yaitu Average Legth Of Stay ALOS, Bed Occupancy Rate BOR, Turn Over Internal TOI, Bed Turn Over Rate BTO, Gross Death Rate GDR, dan Net Death Rate NDR.

4.3.1 Proses Inovasi

Pada tahap ini rumah sakit mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan para pelanggan di masa kini dan masa mendatang serta merumuskan cara untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Pengukurannya dengan mengukur persentase jumlah jasa baru yang ditawarkan dengan total pendapatan jasa. Pada tahun 2009 dan 2010 pada RSUD Tugurejo Semarang tidak terdapat penawaran jasa baru sehingga tidak ada proses inovasi yang dilakukan. 4.3.2 Proses Operasi a. Tingkat Kunjungan Rawat jalan Tingkat kunjungan rawat jalan dimaksudkan untuk mengetahui pemanfaatan rumah sakit dan berapa beban kerja yang harus ditanggung oleh RSUD Tugurejo Semarang. Tingkat kunjungan rawat jalan RSUD Tugurejo Semarang dilihat dari jumlah kunjungan rawat jalan, yaitu jumlah kunjungan pasien untuk berobat selama hari buka klinik RSUD Tugurejo Semarang. Tabel 4.9 Tingkat kunjungan rawat jalan RSUD Tugurejo Semarang tahun 2009 dan 2010 Tahun Jumlah kunjungan rawat jalan Persentase kenaikan penurunan 2009 84.961 - 2010 97.031 Kenaikan 14,21 Sumber: Data sekunder diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.9 di atas pencapaian tingkat kunjungan rawat jalan RSUD Tugurejo Semarang pada tahun 2010 yang mengalami kenaikan sebesar 14,21, hal ini mengindikasikan bahwa rumah sakit sudah dapat membina komunikasi yang lebih baik yaitu dengan cara komunikasi check up bukan untuk rawat inap sehingga kepercayaan masyarakat terhadap RSUD Tugurejo Semarang meningkat. b. Tingkat Kunjungan Rawat Inap Pengukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat kunjungan rawat inap adalah dengan menggunakan indikator-indikator kinerja rumah sakit yaitu ALOS,BOR,TOI,BTO,GDR dan NDR. Tabel 4.10 Perspektif Proses Bisnis Internal RSUD Tugurejo Semarang Ukuran Angka standar 2009 2010 Rata-rata ALOS 5-7 hari 5,48 5,28 5,38 BOR 60 - 85 73,53 81,30 78,42 TOI 1-3 hari 1,73 hari 1,10 hari 1,42 hari BTO 40 – 50 kali 55,90x 61,96x 58,93x GDR 40 permil 18,88 permil 17,42 permil 18,15 permil NDR 25 permil 12,81 permil 12,29 permil 12,55 permil Sumber: Data sekunder diolah, 2010 1 ALOS Average Length of Stay ALOS Average Length of Stay merupakan rata-rata lamanya seorang pasien dirawat, dihitung dari perbandingan jumlah lamanya hari perawatan pasien dengan jumlah pasien yang keluar hidup maupun mati. Tujuan ALOS ini adalah untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit, angka standar untuk ALOS adalah 5-7 hari. Berdasarkan tabel 4.10 di atas nilai ALOS pada tahun 2009 sebesar 5,48 hari, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 5,28 hari. Semakin menurunnya nilai ALOS menunjukkan mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Lamanya pasien di rawat di rumah sakit memberikan gambaran baik tidaknya pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien, dari perhitungan diketahui bahwa rata-rata pasien dirawat di RSUD Tugurejo adalah 5,38 hari 5-6 hari menunjukkan bahwa RSUD Tugurejo dapat dengan cepat menangani pasien atau dengan kata lain mutu pelayanan RSUD Tugurejo baik. 2 BOR Bed Occupancy Rate BOR Bed Occupancy Rate menunjukkan persentase tempat tidur yang dihuni terhadap tempat tidur yang tersedia. Indikator ini menggambarkan tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Angka ideal adalah antara 60-85. Berdasarkan tabel 4.10 tingkat BOR tahun 2009 sebesar 73,53, pada tahun 2010 tingkat BOR naik menjadi 81,30. Nilai rata BOR pada RSUD Tugurejo semarang sebesar 78,42, angka ini termasuk ideal karena berada pada rentang 60-85 sesuai standar yang ditetapkan Depkes RI. Nilai BOR yang ideal mengindikasikan bahwa jumlah pasien yang dirawat tidak melebihi kapasitas tempat tidur yang tersedia, pada RSUD Tugurejo Semarang kapasitas tempat tidur masih terpenuhi. 3 TOI Turn Over Internal TOI Turn Over Internal menunjukkan interval pemakaian tempat tidur, indikator ini menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Angka standar tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari, dan perhitungan yang digunakan adalah tempat tidur kosong dikali jumlah hari dibagi jumlah pasien keluar hidup atau mati. Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan pada tahun 2009 tingkat TOI sebesar 1,73 hari, sedangkan pada tahun 2010 turun menjadi 1,10 hari, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur menurun, walaupun masih dalam angka standar ideal yang ditetapkan yaitu 1-3 hari. Nilai TOI yang ideal mengindikasikan bahwa tempat tidur yang tersedia sesuai dengan jumlah pasien rawat inap. 4 BTO Bed Turn Over BTO Bed Turn Over menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satuan waktu tertentu biasanya satu tahun tempat tidur rumah sakit terpakai. Indikator ini menggambarkan tingkat efisiensi dari rata-rata pemakaian tempat tidur. Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 tingkat BTO mencapai angka 55,90 kali, di tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 61,96 kali, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat efisiensi dari rata-rata berada diatas angka standar yang ditetapkan yaitu sebesar 40-50 kali. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pasien rawat inap di RSUD Tugurejo Semarang mengalami peningkatan. 5 GDR Gross Death rate GDR Gross Death rate menunjukkan perbandingan antara pasien mati dengan jumlah tiap-tiap 100 pasien keluar, semakin rendah GDR maka semakin baik kinerja komponen ini. Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 tingkat GDR sebesar 18,88 sedangkan pada tahun 2010 menjadi 17,42, hal ini menunjukkan bahwa pihak RSUD Tugurejo Semarang telah bekerja secara optimal mungkin dalam menangani pasiennya. 6 NDR Net Death Rate NDR Net Death Rate menunjukkan perbandingan antara pasien mati 48 jam atau setelah dua hari dirawat untuk tiap-tiap 1000 pasien keluar. Semakin kecil nilai NDR maka semakin baik perawatan dan pencegahan yang dilakukan pihak rumah sakit. Nilai NDR yang diharapkan masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 penderita keluar. Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 tingkat NDR sebesar 12,81 permil, pada tahun 2010 tingkat NDR mengalami penurunan menjadi 12,29 permil. Penurunan ini menunjukkan bahwa perawatan dan pencegahan yang dilakukan oleh pihak RSUD Tugurejo Semarang cukup baik, karena jumlah kematian yang lebih dari dua hari atau 48 jam dirawat mengalami penurunan, jadi bias dikatakan mutu pelayanan RSUd Tugurejo semarang pada pasien rawat inap semakin baik. Tabel 4.11 pengukuran kinerja perspektif proses internal bisnis RSUD Tugurejo Semarang tahun 2009 dan 2010 Tahun Bobot Bobot Tolok ukur Realisasi Target Pencapaian Bobot skor perspektif ukuran hasil a b Target a:b c a:bxc 2009 25 33 Proses Inovasi 100 80 80 8.25 67 Tingkat kunjungan 1.08 11.79 9.2 8.38 0.77 rawat jalan 50 ALOS 8,33 5.48hari 6hari 109.49 1.39 1.52 BOR 8,33 73.53 72 97.92 1.39 1.36 TOI 8,33 1.73hari 3hari 173.41 1.39 2.41 BTO 8,33 55.9kali 52kali 93.02 1.39 1.29 GDR 8,33 18.88permil 11permil 58.26 1.39 0.81 NDR 8,33 12.81permil 5permil 39.03 1.39 0.54 82.54 25 8.71 2010 25 33 Proses Inovasi 100 80 80 8.25 67 Tingkat kunjungan 14.21 11.79 120.53 8.38 10.10 rawat jalan 50 ALOS 8,33 5.28hari 6hari 113.64 1.39 1.58 BOR 8,33 81.30 72 88.56 1.39 1.23 TOI 8,33 1.1hari 3hari 272.73 1.39 3.79 BTO 8,33 61.96kali 52kali 83.93 1.39 1.17 GDR 8,33 17.42permil 11permil 63.15 1.39 0.88 NDR 8,33 12.29permil 5permil 40.68 1.39 0.57 108 25 19.31 Sumber: Data sekunder diolah, 2010 Berdasarkan delapan indikator dalam perspektif proses bisnis internal RSU Tugurejo semarang yang terdiri dari proses inovasi, tingkat kunjungan rawat jalan, ALOS, BOR, TOI, BTO, GDR, dan NDR. Pada tahun 2009 tingkat kunjungan rawat jalan belum maksimal karena belum mencapai target yang diinginkan hal ini dikarenakan sedikitnya jumlah kunjungan pasien yang berobat selama klinik dibuka. Pencapaian skor ALOS sebesar 1,52, pertumbuhan ALOS menunjukkan bahwa perhatian RSUD Tugurejo Semarang sangat baik kepada pasien rawat inap. Pencapaian skor BOR sebesar 1,36, belum tercapainya target BOR menunjukkan bahwa pihak rumah sakit belum menyediakan fasilitas tempat tidur yang sesuai. Pencapaian skor TOI sebesar 2,41, sudah melebihi target hal ini disebabkan banyaknya jumlah pasien rawat inap. Pencapaian skor BTO sebesar 1,29, belum tercapainya target BTO menunjukkan bahwa fasilitas yang diberikan rumah sakit kurang maksimal. Pencapaian skor GDR sebesar 0,81 menunjukkan bahwa rumah sakit belum mencapai target yang ditetapkan hal ini mengindikasikan bahwa rumah sakit belum bekerja optimal dalam menangani pasiennya. Pencapaian skor NDR sebesar 0,54 menunjukkan bahwa kinerja rumah sakit terhadap pasien rawat inap belum optimal. Secara keseluruhan pada tahun 2009 mendapat skor 8,71. Pada tahun 2010 tingkat kunjungan rawat jalan berhasil mencapai target, hal ini mengindikasikan bahwa pihak rumah sakit berhasil menambah kepercayaan masyarakat untuk berobat jalan ke RSUD Tugurejo Semarang. Pencapaian skor ALOS sebesar 1,58, telah mencapai target dan lebih baik dibandingkan tahun 2009 hal ini mengindikasikan perhatian RSUD Tugurejo kepada pasiennya semakin baik. Pencapaian skor BOR sebesar 1,23, belum tercapainya target BOR, bahkan skor yang diperoleh menurun dibandingkan tahun 2009 hal ini menunjukkan bahwa pihak rumah sakit masih belum menyediakan fasilitas tempat tidur yang sesuai. Pencapaian skor TOI sebesar 3,79, sudah melebihi target, bahkan meningkat dibandingkan tahun 2009 hal ini disebabkan jumlah pasien rawat inap yang semakin meningkat. Pencapaian skor BTO sebesar 1,17, belum tercapainya target BTO menunjukkan bahwa fasilitas yang diberikan rumah sakit kurang maksimal. Pencapaian skor GDR sebesar 0,88 menunjukkan bahwa rumah sakit belum mencapai target yang ditetapkan hal ini mengindikasikan bahwa rumah sakit belum bekerja optimal dalam menangani pasiennya. Pencapaian skor NDR sebesar 0,57 menunjukkan bahwa kinerja rumah sakit terhadap pasien rawat inap belum optimal. Secara keseluruhan pada tahun 2010 perspektif proses bisnis internal memperoleh skor sebesar 19,31, skor yang diperoleh mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2009, hal ini mengindikasikan kinerja rumah sakit semakin baik dibandingkan tahun sebelumnya, untuk mempertahankan kinerja yang sudah baik ini pihak rumah sakit harus tetap meningkatkan pelayanannya serta menciptakan produk baru yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh J. Peter Chingos 2005 pada Maine Medical Center yang menyatakan bahwa kinerja perspektif proses bisnis internal rumah sakit tersebut sudah baik.

4.4 Kinerja Rumah Sakit Pada Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan

Dokumen yang terkait

Penilaian Kinerja RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard

19 162 232

Analisis Kinerja Manajemen Melalui Pendekatan Metode Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Haji Medan

3 106 72

ANALISIS BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR KINERJA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BALANGAN KALIMANTAN SELATAN)

3 23 18

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DENGAN METODE BALANCED SCORECARD Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Dengan Metode Balanced Scorecard(Studi Kasus pada Rsud Pandan Arang Boyolali Dan Rsud Kota Semarang).

6 20 18

MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD (Studi Kasus pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta).

0 1 17

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN BALANCED SCORECARD (Studi Kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten).

0 1 7

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard.

0 0 16

PENDAHULUAN Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard.

0 2 9

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard.

0 2 17

Analisis penggunaan metode Balanced Scorecard untuk menilai kinerja rumah sakit :studi kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah Sleman.

0 0 160