c. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan personel dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
personel. d. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.
Lynch dan Cross Yuwono, dkk, 2006:29 menyatakan bahwa pengukuran kinerja perusahaan sangatlah bermanfaat baik itu untuk pihak
internal maupun eksternal, yaitu: a. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa
perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada
pelanggan. b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari
mata rantai pelanggan dan pemasok internal. c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-
upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut. d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
2.1.4 Informasi Yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja
a. Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Mardiasmo 2002:123 berpendapat penilaian
tersebut dilakukan dengan menganalisis varians selisih atau perbedaan antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan.setelah dilakukan analisis
varians, maka dilakukan identifikasi sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling bawah.
Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui unit spesifikasi mana yang bertanggung jawab terhadap terjadinya varians sampai tingkat manajemen
yang paling bawah.
b. Informasi Non Finansial
Informasi non finansial dapat dijadikan tolok ukur lainnya. Informasi non finansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses
pengendalian manajemen. Mardiasmo 2002:123 berpendapat teknik pengukuran kinerja yang komprehensif yang banyak dikembangkan oleh
berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard, dengan Balanced Scorecard kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan
aspek finansialnya saja, akan tetapi juga aspek non finansial. Balanced Scorecard melibatkan empat aspek, perspektif finansial, perspektif
kepuasaan pelanggan, perspektif proses internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
2.2 Konsep Balanced Scorecard
2.2.1 Sejarah Balanced Scorecard
Pada tahun 1990, Nolan Norton institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG di U.S.A yang dipimpin oleh David P. Norton,
mensponsori studi tentang “Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Masa Depan”. Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran
kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Hasil studi tersebut diterbitkan dalam
sebuah artikel berjudul “Balanced Scorecard Measures that Drive Performance” dalam Harvard Business Review. Hasil studi tersebut
menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di masa depan, diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif:
keuangan, customer, proses bisnisinternal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan. Ukuran ini disebut Balanced Scorecard, yang cukup
komprehensif untuk memotivasi eksekutif dalam mewujudkan kinerja dalam keempat perspektif tersebut, agar keberhasilan keuangan yang diwujudkan
perusahaan bersifat sustainable.
2.2.2 Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata kartu skor scorecard dan berimbang balanced. Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua
aspek: keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Dari definisi tersebut Mulyadi 2001:1 berpendapat
bahwa pengertian sederhana dari Balanced Scorecard adalah kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan
keseimbangan sisi keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan jangka
pendek, intern dan ekstern.
Pengertian Balanced Scorecard menurut Sukardi 2003:8-14 merupakan sistem pengukuran kinerja yang berfokus pada aspek keuangan
dan non keuangan dengan memandang empat perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, serta proses bisnis
internal. Balanced Scorecard didefinisikan oleh Luis 2007:16 sebagai
suatu alat manajemen kinerja performance management tool yang dapat membantu organisasi untuk menterjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi
dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non finansial yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.
Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa Balanced Scorecard adalah sistem pengukuran kinerja yang berfokus pada aspek
keuangan dan non keuangan dengan memandang empat perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, serta
proses bisnis
internal yang
dapat membantu
organisasi untuk
menterjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dimana semua perspektif tersebut terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.
2.2.3 Perspektif Keuangan Financial Perspective
Dalam Balanced Scorecard perspektif keuangan tetap menjadi perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dari
konsekuensi ekonomi yang disebabkan oleh keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil. Lasdi 2002:14 berpendapat bahwa pengukuran
kinerja keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar.
Sasaran keuangan bisa sangat berbeda di tiap-tiap tahapan dari siklus kehidupan bisnis. Kaplan dan Norton 2000:119 membagi daur
hidup bisnisnya menjadi tiga tahapan sebagai berikut: a. Bertumbuh Growth
Tahap pertumbuhan merupakan tahap awal dalam siklus kehidupan bisnis. Di dalam tahap ini perusahaan berusaha untuk
menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan pertumbuhan bisnisnya. Di dalam tahap ini perusahaan akan
menanamkan investasi sebanyak-banyaknya, meningkatkan produk baru, membangun fasilitas produksi, meningkatkan kemampuan beroperasi,
merebut pangsa pasar, dan membuat jaringan distribusi. Di dalam tahap ini kemungkinan besar perusahaan akan selalu dalam keadaan rugi,
karena tahap ini perusahaan menfokuskan untuk penanaman investasi yang dinikmati dalam jangka panjang nanti.
b. Bertahan Sustain Pada tahap ini perusahaan masih mempunyai daya tarik yang
bagus bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Dalam tahap ini perusahaan harus mampu mempertahankan pangsa pasar yang sudah
dimiliki dan harus memperhatikan kualitas produk dan pelayanan yang lebih baik sehingga secara bertahap akan mengalami pertumbuhan dari
tahun ke tahun. Tujuan keuangan pada tahap ini biasanya lebih
berorientasi pada profitabilitas. Tujuan yang berkaitan dengan profitabilitas dapat dinyatakan dengan menggunakan ukuran yang
berkaitan dengan laba operasional. Untuk mendapatkan profitabilitas yang baik tentunya para manajer harus bekerja keras untuk
memaksimalkan pendapat yang dihasilkan dari investasi modal, sedangkan untuk unit bisnis yang telah memiliki otonomi diminta tidak
hanya mengelola arus pendapatan, tetapi juga tingkat investasi modal yang telah ditanamkan dalam unit bisnis yang bersangkutan.
c. Menuai Harvest Tahap ini merupakan tahap pendewasaan bagi sebuah perusahaan,
karena pada tahap ini perusahaan tinggal menuai dari investasi yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya, yang harus dilakukan pada
tahap ini adalah perusahaan tidak lagi melakukan investasi, tetapi hanya memelihara supaya perusahaan berjalan dengan baik.
Tabel 2.1 Mengukur Tema Keuangan Strategis
Tema Strategis
Bauran dan pertumbuhan
pendapatan
Penghematan biayapeningkatan
produktivitas Pemanfaatan
aktiva
S tr
at egi Un
it Bi sn
is Pe
rtumbu h
an
Tingkat pertumbuhan penjualan
segmen. Persentase pendapatan
produk, jasa,
pelanggan baru Pendapatanpekerja Investasi persentase
penjualan. Riset dan pengembangan
persentase penjualan
B er
tahan
Pangsa pelanggan dan sasaran. Penjualan
silang cross selling. Persentase pendapatan
dan aplikasi baru. Profitabilitas lini
pelanggan dan produk Biaya perusahaan
sendiri yang kompetitor.
Tingkat penghematan biaya
Beban tak langsung persentase
penjualan Rasio modal kerja
siklus kas ke kas ROE berdasarkan
kategori aktiva kunci,
Tingkat pemanfaatan aktiva
M en
u ai
Profitabilitas lini pelanggan dan produk.
Persentase pelanggan yang tidak
menguntungkan Biaya unit per unit
output, per transaksi
Pengembalian payback
Sumber: Robert S. Kaplan dan David P. Norton, 2000:118, Erlangga, Jakarta
Mulyadi 2001:16 mengatakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kaplan dan Norton untuk setiap tahap dalam siklus
kehidupan bisnis ada tiga macam pokok tema keuangan yang dapat mendorong strategi bisnis. Ketiga pokok tema tersebut adalah bauran dan
pertumbuhan pendapatan,
penghematan biaya
produktivitas dan
pemanfaatan aktiva investasi.
Ukuran finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Hasil pengukuran ini
mencerminkan seberapa
besar sasaran-sasaran
keuntungan yang
berhubungan dengan keuntungan yang terukur, dan pertumbuhan usaha. Budiarti 2005:52 berpendapat bahwa ukuran kinerja finansial memberikan
petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan.
Pengukuran perspektif keuangan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode value for money yang dikembangkan oleh
Mardiasmo 2002: 133-134 yang merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu:
1 Ekonomi : perolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan
input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input
resources yang digunakan dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
2 Efisiensi : pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
merupakan perbandingan outputinput yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
3 Efektivitas : tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome
dengan output.
2.2.4 Perspektif PelangganKonsumen Customer Perspective
Perspektif pelanggan pada Balanced Scorecard memungkinkan para manjer unit bisnis untuk mengartikulasi strategi yang berorientasi
kepada pelanggan dan pasar yang akan memberikan keuntungan finansial masa depan yang lebih besar. Kaplan dan Norton 2000:60 menyatakan
bahwa perspektif pelanggan dalam Balanced Scorecard memainkan peranan penting dalam kehidupan perusahaan. Sebuah perusahaan yang tumbuh dan
tegar dalam persaingan tidak akan mungkin survive apabila tidak didukung oleh pelanggan. Loyalitas tolok ukur pelanggan dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan pemetaan terhadap segmen pasar yang akan menjadi target atau sasaran. Apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan para
pelanggan menjadi hal yang penting dalam perspektif ini. Ada dua kelompok pengukuran dalam perspektif pelanggan customer perspective
yaitu: a. Core Measurement Group
Kelompok ini terdiri dari: 1 Pangsa pasar market share, mengukur seberapa besar pasar yang
telah dicapai untuk dilayani perusahaan, dan berapa peluang pasar yang masih dapat dicapai.
2 Tingkat perolehan konsumen customer acquisition, mengukur kemampuan perusahaan meningkatkan pelanggan pertahunnya.
3 Kesetiaan pelanggan customer retention, mengukur kemampuan perusahaan mempertahankan atau memelihara customer yang telah
ada, dilihat dari pelanggan tutup pertahunnya. 4 Tingkat kepuasan pelanggan customer satisfaction, mengukur
kemampuan perusahaan dalam memuaskan kebutuhan pelanggan. 5 Profitabilitas
pelanggan customer
profitability, mengukur
kemampuan layanan kepada customer atau segmen pasar tertentu dalam menghasilkan laba.
Gambar 2.1 Perspektif Pelanggan Ukuran Utama Core Measurement Group Sumber: Robert S Kaplan dan David P Norton, 2000:61, Erlangga, Jakarta
PANGSA PASAR
AKUISISI PELANGGAN
PROFITABILITAS PELANGGAN
RETENSI PELANGGAN
KEPUASAAN PELANGGAN
b. Customer Value Proposition Customer value proposition merupakan sebuah konsep yang
penting dalam memahami faktor pendorong pengukuran utama kepuasan customer, retensi customer, akuisisi customer, pangsa pasar, dan
profitabilitas customer, menurut Kaplan dan Norton 2000:62 ada beberapa atribut tentang customer value proposition, diantaranya adalah:
1 Atribut produkjasa, meliputi fungsi produk dan jasa, harga, dan mutu.
2 Atribut yang berhubungan dengan customer, yang meliputi dimensi waktu tanggap dan penyerahan serta bagaimana perasaan customer
setelah membeli produkjasa dari perusahaan yang bersangkutan. 3 Atribut citra dan reputasi, yang meliputi faktor-faktor yang tidak
berwujud yang membuat customer tertarik pada perusahaan. Budiarti 2005:54 berpendapat bahwa perspektif pelanggan
memungkinkan para manajer unit bisnis untuk mengartikulasikan strategi yang berorientasi kepada pelanggan dan pasar yang akan memberikan
keuntungan finansial masa depan yang lebih besar.
2.2.5 Perspektif Proses Internal Bisnis Internal Business Process
Perspective Perspektif proses internal bisnis lebih menekankan pada penciptaan
produk baru yang lebih berkualitas sampai produk tersebut siap diedarkan
kepada customer. Tentunya proses internal bisnis tidak lepas dari perspektif keuangan dan perspektif pelanggan. Untuk mengoperasikan perspektif
proses internal bisnis ini perusahaan harus lebih dahulu melihat keuangan perusahaan dan kemauan pelanggan, jadi menurut Kaplan dan Norton
2000:63 seakan-akan ketiga perspektif ini membentuk rantai yang saling
berhubungan. Perspektif proses internal bisnis, menurut Kaplan dan Norton
2000:70 terdapat tiga tahap yang harus dilakukan, yang mana ketiga tahap
tersebut adalah: a. Tahap inovasi atau penciptaan produk baru
Pada tahap ini perusahaan berusaha keras untuk mengadakan penelitian dan pengembangan produk baru sehingga tercipta produk yang
benar-benar sesuai dengan keinginan customer. Untuk mengukur kinerja pada tahap ini dipusatkan pada tiga indikator yaitu hasil secara teknis,
keuntungan penjualan, dan penilaian keberhasilan masing-masing individu projek.
b. Tahap operasi Tahap ini mencerminkan aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan mulai dari penerimaan order dari customer, pembuatan produkjasa sampai dengan pengiriman produkjasa tersebut kepada
pelanggan. Pada tahap ini pengukuran kinerjanya dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu kualitas, biaya, dan waktu.
c. Tahap purna jual Pada tahap ini perusahaan berusaha untuk memberikan manfaat
tambahan terhadap para pelanggan yang telah menggunakan produkjasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini dilakukan agar para customer
mempunyai loyalitas terhadap perusahaan. Tolok ukur yang biasa digunakan oleh perusahaan pada tahap ini adalah tingkat efisiensi setiap
pelayanan purna jual, jangka waktu penyelesaian perselisihan, dan kadar limbah berbau yang dihasilkan perusahaan.
Bagan 2.1 Model rantai nilai proses bisnis internal
Proses Inovasi Proses
Proses Operasional
Pelayanan
Sumber : Kaplan dan Norton, 2000: 81 Erlangga, Jakarta Penelitian ini hanya mengambil dua tahap, yaitu tahap operasi dan
tahap inovasi karena penelitian ini pada perusahaan jasa. Pada perspektif proses bisnis internal menurut Kaplan dan Norton 2000:80 para manajer
melakukan identifikasi berbagai proses yang sangat penting untuk mencapai tujuan pelanggan dan pemegang saham, balanced scorecard dalam
perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk atau jasa mereka sesuai dengan
spesifikasi pelanggan.
2.2.6 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Learning and Growth
Perspective
Dalam perspektif ini perusahaan berusaha mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan suatu
perusahaan. Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan yang berkaitan
Identifikasi Identifikasi Kebutuhan Pasar
Pelanggan Desain
Produk Men-
ciptakan Produk
Menye- rahkan
Produk Pelayanan
Pelanggan Kepuasaan
Pelanggan
dengan ketiga perspektif lainnya dapat terwujud, sehingga pada akhirnya akan dapat tercapai tujuan perusahaan, selain itu perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam perspektif keuangan, pelanggan customer, dan proses
internal bisnis. Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menurut
Srimindarti 2004:60 adalah menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif sebelumnya. Kaplan dan Norton 2000:110
menyebutkan bahwa terdapat tiga kategori dalam perspektif ini: a. Kapabilitas pekerja
Salah satu perubahan yang paling dramatis dalam pemikiran manajemen selama 15 tahun terakhir adalah pergeseran peran para
pekerja perusahaan. Saat ini pekerja dituntut untuk lebih kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan lingkungan, serta memberikan
usulan perbaikan bagi perusahaan di masa depan. b. Kapabilitas sistem informasi
Motivasi dan keahlian pekerja saja tidak cukup dalam menunjang pencapaian tujuan proses bisnis internal, tanpa adanya
informasi yang tepat waktu, cepat dan akurat sebagai umpan balik. Kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan seluruh
tingkatan manajemen dan pekerja atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.
c. Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan Pegawai yang memiliki informasi yang berlimpah tidak akan
memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha, apabila mereka tidak mempunyai motivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan perusahaan
atau tidak diberi kebebasan dalam pengambilan keputusan atau bertindak.
Dewasa ini peran karyawan terhadap perusahaan mengalami pergeseran, karena karyawan tidak lagi dipekerjakan secara fisik tetapi
sudah diganti dengan sistem yang lebih canggih, untuk itu perusahaan harus memberikan pelatihan kembali kepada para karyawan sehingga akan
menciptakan kreativitasnya yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan, dalam menentukan tujuan dan ukuran yang berkaitan dengan
kemampuan karyawan. Kaplan dan Norton 2000:112-113 menyebutkan ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen, yaitu:
a. Kepuasan karyawan Kepuasan karyawan dipandang sangat penting karena karyawan
yang puas merupakan prakondisi meningkatnya produktivitas, tanggung jawab, kualitas, dan customer service, oleh karena itu pihak manajer
harus mengamati sedini mungkin terhadap kepuasan karyawan, untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan, pihak manajer dapat
melakukan survey yang dilaksanakan secara rutin.
b. Retensi karyawan Retensi karyawan merupakan kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan karyawan potensial yang dimiliki perusahaan untuk tetap loyal terhadap perusahaan. Tujuan dari retensi karyawan adalah
untuk mempertahankan karyawan yang dianggap berkualitas yang dimiliki perusahaan selama mungkin, karena karyawan yang berkualitas
merupakan harta tidak tampak intangible asset yang tak ternilai bagi perusahaan, jadi jika ada karyawan yang berkualitas keluar dari
perusahaan atas kehendak sendiri, maka hal tersebut merupakan kerugian modal intelektual bagi perusahaan.
c. Produktivitas karyawan Produktivitas karyawan adalah suatu ukuran hasil dampak
keseluruhan usaha peningkatan modal dan keahlian pekerja, inovasi, proses
internal, dan
kepuasan customer.
Tujuannya adalah
membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh karyawan dengan jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produkjasa tersebut.
Ukuran yang sering digunakan untuk mengukur produktivitas pekerja adalah pendapatan per pekerja.
2.2.7 Hubungan Antar Perspektif
Konsep hubungan sebab akibat memegang peranan yang sangat penting dalam Balanced Scorecard terutama dalam penjabaran tujuan dan
pengukuran masing - masing perspektif. Empat perspektif yang telah disebutkan diatas mempunyai satu hubungan antara satu dengan yang lain
yang penjabarannya merupakan suatu strategic objectives yang menyeluruh dan saling berhubungan. Hal tersebut dimulai dari perspektif pembelajaran
dan bertumbuh dimana perusahaan mempunyai suatu strategi untuk meningkatkan produktivitas dan komitmen personel. Sebagai akibat dari
peningkatan produktivitas dan komitmen dari personel akan meningkat pula kualitas proses layanan pelanggan dan proses layanan pelanggan akan
terintegrasi, dengan demikian kepercayaan pelanggan dan kepuasan pelanggan akan meningkat pula yang terlihat dari perspektif pelanggan.
Pada akhirnya akan berpengaruh pada perspektif keuangan yang ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan penjualan, peningkatan cost
efffectiveness, dan peningkatan return. Jadi dari masing – masing perspektif
memiliki peran dan hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Perspektif keuangan sangat dipengaruhi oleh tiga perspektif lainnya yaitu
pembelajaran dan bertumbuh, pelanggan, serta internal bisnis. Berawal dari meningkatnya komitmen dan produktivitas dalam perusahaan yang akan
meningkatkan kualitas proses layanan pelanggan dan pada akhirnya akan menciptakan kepercayaan terhadap pelanggan.
Kepercayaan merupakan modal yang sangat penting bagi perusahaan dalam menunjang keberhasilan dimasa yang akan datang. Tanpa adanya
dukungan dari pelanggan perusahaan akan mengalami kesulitan, hal ini disebabkan karena pelanggan merupakan salah satu faktor penunjang yang
sangat penting. Pada akhirnya semua itu bermuara pada perspektif keuangan
yang berdampak pada peningkatan return perusahaan ditandai dengan meningkatnya laba perusahaan.
Perspektif Pengukuran Kinerja
Keuangan
Pelanggan
Proses Internal
Bisnis Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Gambar 2.2 Hubungan keempat persektif dalam Balanced scorecard Sumber: Nanang Sasongko BSC: learning and growth persepktive
Tingkat Pengembalian Investasi ROI
Loyalitas pelanggan
Pengiriman tepat waktu
Peningkatan Kualiatas
Keahlian Pekerja Penurunan
produksi
2.2.8 Keunggulan Balanced Scorecard
Keunggulan konsep Balanced Scorecard menurut Mulyadi 2001:18-24 dalam sistem perencanaan strategik adalah mampu
menghasilkan rencana strategik yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Komprehensif
Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan strategik, yaitu dari yang sebelumnya hanya terbatas pada
perspektif keuangan, meluas ketiga perspektif yang lain seperti pelanggan, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan
perspektif rencana strategik ke perspektif non keuangan tersebut menghasilkan manfaat berikut ini:
1 Menjanjikan kinerja
keuangan yang
berlipat ganda
dan berkesinambungan.
2 Memampukan organisasi untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks.
b. Koheren Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun
hubungan sebab-akibat causal relationship di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran
strategik yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
c. Berimbang Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem
perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berkesinambungan.
d. Terukur Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem
perencanaan strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Balanced Scorecard
mengukur sasaran-sasaran strategik yang sulit untuk diukur.
2.2.9 Keterbatasan Balanced Scorecard
Kaplan dan Norton 2000:125 berpendapat bahwa Balanced Scorecard sebagai alat ukur untuk mengukur kinerja masih memiliki
keterbatasan – keterbatasan sebagai berikut:
a. Problem perilaku yang mengekor pada hampir semua sistem pengukuran terdapat pula pada Balanced Scorecard tidak terbebas dari permainan
yang dilakukan untuk mencapai target yang diinginkan. b. Menggunakan
Balanced Scorecard
sebagai dasar
kompensasi. Manajemen sangat berpengaruh dalam membantu mengkaitkan
perusahaan dengan strateginya, tetapi hal tersebut masih mengandung risiko. Pemilihan ukuran yang tepat pada Balanced Scorecard,
ketersediaan data yang valid dan dapat dipercaya dan konsekuensi yang tidak diharapkan dan cara pencapaian target kinerja merupakan masalah
yang masih harus diselesaikan.
c. Selain mempertanyakan sistem kompensasi, Balanced Scocard juga mempertanyakan bentuk organisasi yang cocok untuk perkembangan
proses dalam organisasi yang dikatakan sebagai croos fundamental.
2.2.10 Hubungan Balanced Scorecard dengan Visi, Misi, dan Strategi
Kaplan dan Norton 2000:128 menyatakan bahwa pentingnya penciptaan suatu scorecard yang mengkomunikasikan suatu strategi unit
bisnis sebagai berikut: a. Balanced Scorecard menerangkan visi masa depan perusahaan ke
seluruh perusahaan sehingga penciptaan pemahaman yang sama. b. Balanced Scorecard menciptakan model yang holistic dari strategi yang
mengijinkan semua pekerja untuk melihat bagaimana kontribusi mereka terhadap keberhasilan perusahaan, tanpa keterkaitan seperti itu, pekerja
dan departemen perusahaan mungkin mampu mengoptimalkan kinerja lokal masing
–masing tetapi gagal memberi kontribusi bagi terciptanya tujuan strategis perusahaan.
c. Balanced Scorecard berfokus kepada upaya perubahan, jika tujuan dan ukuran yang tepat sudah diidentifikasi, kemungkinan pelaksanaan yang
berhasil sangat besar, jika tidak, investasi dan inisiatif akan terbuang sia-sia.
2.2.11 Prinsip-Prinsip Balanced Scorecard
Prinsip – prinsip Balanced Scorecard menurut Kaplan dan Norton
2000:130 setidaknya ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan ukuran-ukuran yang digunakan yaitu:
a. Adanya hubungan sebab-akibat cause and effect relationship Balanced Scorecard harus mengidentifikasi dan menyatakan
secara eksplisit strategi bisnis melalui hubungan sebab-akibat diantara berbagai ukuran hasil dan faktor pendorong kinerjanya. Setiap ukuran
yang dipilih untuk disertakan dalam Balanced Scorecard harus merupakan unsur dalam sebuah rantai hubungan sebab-akibat yang
mengkomunikasikan arti strategi unit bisnis kepada seluruh perusahaan. b. Adanya faktor pendorong kinerja performance driver
Balanced Scorecard yang dibangun hendaknya mampu menginformasikan pencapaian atas sasaran yang harus dicapai beserta
pemicu kinerjanya, sesuai strategi yang dijalankan perusahaan. Oleh karena itu, Balanced Scorcard harus memiliki ukuran hasil dan ukuran
pendorong kinerja. c. Keterkaitan dengan masalah keuangan
Balanced Scorecard harus tetap menitik beratkan kepada hasil, terutama yang bersifat keuangan seperti return on capital employed
atau nilai tambah ekonomis.
2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ringkasan Penelitian Terdahulu
N o.
Peneliti Judul
Penelitian Metode
Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Ali
Mutasowifin 2002
Penerapan Balanced
Scorecard sebagai tolok
ukur penilaian pada badan
usaha berbentuk
koperasi Penerapan
Balanced Scorecard
sebagai tolok ukur
Penilaian pada badan
usaha berbentuk
koperasi Perspektif
Keanggotaan, Perspektif
Keuangan, Perspektif Proses
Bisnis Internal, Perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan
Balanced Scorecard
memberikan gambaran
komprehensif pada kinerja
koperasi
2. Prasetyono,
2005 Pemanfaatan
informasi akuntansi
manajemen terhadap
pencapaian kinerja
perusahaan dengan
pendekatan BSCSurvey
pada RSUD di Jawa Tengah
Sampel dalam
penelitian ini adalah 35
Kepala RSUD di
Jawa Tengah,
metode analisis
menggunaka n uji analisis
jalur Informasi
akuntansi manajemen,
Perspektif keuangan,
Perspektif pelanggan,
Perspektif proses bisnis dalam
perusahaan, dan Perspektif proses
pembelajaran dan pertumbuhan
Pemanfaatan informasi
akuntansi manajemen
secara simultan berpengaruh
terhadap kinerja dengan
pendekatan BSC pada RSUD di
Jawa Tengah
3. J. Peter
Chingos dan Rocket
Wong 2005
Implementing a hospital
balanced scorecard
Sampel di ambil dari
pasien Maine Medical
Center Perspektif
keuangan, Perspektif
pelanggan, Perspektif proses
internal, Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan
Penelitian ini menunjukkan
bahwa balanced scorecard dapat
diimplementasik an pada semua
stakeholder.
4. John G.
Watson dan Michael J.
Fischer 2008
Implementing a balanced
scorecard in a not-for-profit
organization Sampel yang
digunkan perusahaan
non-profit Pusat
Rehabilitasi Cattaraugus
County Perspektif
keuangan, perspektif
pelanggan, Perspektif proses
internal, perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan
Dalam melaksanakan
pendekatan balanced
scorecard, pusat rehabilitasi telah
menempatkan penekanan yang
sama pada perspektif
konsumen dan perspektif
keuangan. 5.
Magdalena Nany, Lyna
Raharjo,dan Kartika
Winda Handini
2008 Penerapan
balanced scorecard
sebagai pengukur
kinerja manajemen
pada rumah sakit umum
daerah Indramayu
Sampel penelitian
yang diambil 35 pasien
dan 40 karyawan
dipilih secara acak dari
populasinya. Uji validitas
dan uji reliabilitas
Persepktip keuangan,
perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal,
perspektif proses pembelajaran dan
pertumbuhan Hasil
pengukuran kinerja
manajemen rumah sakit
umum daerah indramayu
dengan balanced
scorecard menunjukkan
bahwa kinerja manajemen
cenderung meningkat, yang
terlihat dari peningkatan
ROI, penurunan retensi pasien,
peningkatan akuisisi pasien,
peningkatan produktivitas,
peningkatan profit margin,
serta peningkatan
produktivitas karyawan
6. Dessy Arfani
Irawan 2009
Pengukuran kinerja
perbankan berdasarkan
analisis balanced
scorecard pada PT.Bank
Mandiri perserotbk.
Sampel yang diambil
secara sampling
insidental, metode
analisis deskriptif
kuantitatif Perspektif
keuangan, Perspektif
pelanggan, Perspektif proses
bisnis dalam perusahaan, dan
Perspektif proses pembelajaran dan
pertumbuhan Penggunaan
balanced scorecard dalam
pengukuran atau evaluasi kinerja
dapat diterapkan pada PT. Bank
Mandiri Tbk karena
parameter
– parameter yang
diperlukan untuk analisis
kinerja dari keempat
perspektif telah dipenuhi.
7. Atik sulastri
2001 Penerapan
balanced scorecard
sebagai sistem penilaian
kinerja pada rumah rumah
sakit islam Surakarta
Sampel yang diambil
secara sampling
insidental, metode
analisis data pendekatan
komperatif Perspektif
keuangan, pelanggan, proses
bisnis dan proses pembelajaran dan
pertumbuhan Penerapan
Balanced Scorecard pada
kinerja rumah sakit adalah
cukup baik.
2.4 Kerangka Berpikir