1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. Didalam sistem pengendalian manajemen
pada suatu organisasi bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang
telah dilaksanakan oleh masing-masing pusat pertanggungjawaban yang dibandingkan dengan tolok ukur yang telah ditetapkan.
Sistem pengukuran kinerja dalam manajemen tradisional menurut Wardhani 2001:20 ditekankan pada aspek keuangan, karena ukuran
keuangan ini mudah dilakukan sehingga kinerja personal yang diukur hanya berkaitan dengan aspek keuangan. Sistem pengukuran kinerja pada aspek
keuangan memang umum dilakukan, ada beberapa kelebihan dan kelemahan dalam sistem pengukuran tradisional yang menitikberatkan pada aspek
keuangan. Kelebihannya adalah orientasi pada keuntungan jangka pendek dan hal ini akan mendorong manajer lebih banyak memperbaiki kinerja
perusahaan jangka pendek Wardani, 2001:21. Kelemahannya adalah terbatas dengan waktu, mengungkapkan prestasi keuangan yang nyata tanpa
dengan adanya suatu pengharapan yang dapat dilihat dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya prestasi itu sendiri, dan ketidakmampuan dalam
mengukur kinerja harta tak tampak intangible asset dan harta intelektual
sumber daya manusia perusahaan, karena adanya beberapa kelemahan tersebut maka muncul ide untuk mengukur kinerja non keuangan.
Penilaian kinerja dengan menggunakan data non keuangan, antara lain meliputi: besarnya pangsa pasar dan tingkat pertumbuhannya,
kemampuan perusahaan menghasilkan produk yang digemari oleh konsumen. Ukuran ini disebut Balanced Scorecard, yang cukup
komprehensif untuk memotivasi eksekutif dalam mewujudkan kinerja dalam keempat perspektif tersebut, agar keberhasilan keuangan yang diwujudkan
perusahaan bersifat sustainable berjangka panjang. Luis 2007:16 berpendapat bahwa Balanced Scorecard didefinisikan sebagai suatu alat
manajemen kinerja performance management tool yang dapat membantu organisasi untuk menterjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan
memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non finansial yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat. Gasperz 2003:3
berpendapat bahwa Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen bagi perusahaan untuk pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan termasuk
manajemen, proses bisnis internal demi memperoleh hasil finansial yang lebih baik.
Rumah sakit umum daerah merupakan salah satu instansi pemerintah daerah yang bergerak di bidang sektor publik dalam hal jasa
kesehatan. Kegiatan usaha rumah sakit umum daerah bersifat sosial dan ekonomi yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi
masyarakat. Rumah sakit umum daerah sebagai salah satu instansi pemerintah harus mampu memberikan pertanggungjawaban baik secara
keuangan maupun non keuangan kepada pemerintah daerah dan masyarakat sebagai pengguna jasa. Oleh karena itu perlu adanya suatu pengukuran
kinerja yang mencakup semua aspek. Balanced Scorecard merupakan pilihan yang tepat untuk melakukan pengukuran kinerja baik dari aspek
keuangan maupun non keuangan. Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang merupakan salah
satu rumah sakit yang berada dibawah naungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yang dulu merupakan rumah sakit kusta berusaha mempersiapkan
diri sebaik mungkin untuk menghadapi persaingan pelayanan jasa rumah sakit yang semakin meningkat, adanya kekhawatiran masyarakat RSUD
Tugurejo Semarang mengenai sejarah sebagai rumah sakit yang dulu menangani penyakit kusta kemudian berubah menjadi rumah sakit umum
adalah masih adanya sisa-sisa penyakit kusta yang masih tertinggal. Untuk menjawab kekhawatiran masyarakat RSUD Tugurejo Semarang berupaya
untuk lebih meningkatkan pelayanan terhadap pasien dan melengkapi sarana dan prasarana penunjang agar masyarakat mempunyai kepercayaan terhadap
RSUD Tugurejo Semarang sebagai rumah sakit umum yang baik. RSUD Tugurejo Semarang sebagai rumah sakit umum milik pemerintah Provinsi
Jawa Tengah diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan perekonomian daerah. Namun beberapa tahun terakhir RSUD Tugurejo
Semarang mengalami fluktuasi dalam pencapaian realisasi pendapatan yang ditetapkan Pemda, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Tingkat pencapaian pendapatan RSUD Tugurejo Semarang
Sumber: Laporan Tahunan RSUD Tugurejo Semarang 2002-2010 diolah Evaluasi kinerja RSUD Tugurejo Semarang akan menjadi penting
untuk dilaksanakan pada saat ini, karena didalam menentukan kebijakan alokasi anggaran sebagai penyertaan modal Pemerintah Daerah pada
perusahaan daerah yang berprinsip ekonomi, efisien dan efektif akan dapat terpenuhi apabila kinerja perusahaan tersebut dinilai baik sesuai dengan
kriteria yang ditentukan. Di lihat dari tabel di atas RSUD Tugurejo Semarang belum dapat memenuhi target pendapatan yang telah ditetapkan
pada tahun-tahun tertentu, hal ini dikarenakan RSUD Tugurejo Semarang masih mengalami beberapa kendala yaitu masih terdapat piutang askes dan
piutang perorangan yang belum dibayar yang akhirnya dapat menurunkan kinerja RSUD Tugurejo Semarang
Thn Realisasi
Target Pencapaian
Keterangan 2002
6.480.797.920 6.500.000.000
99,71 Tidak Terpenuhi
2003 10.667.581.379
9.794.900.000 108,91
Terpenuhi 2004
14.102.642.140 12.400.000.000
113,74 Terpenuhi
2005 20.405.718.806
18.500.000.000 110,10
Terpenuhi 2006
27.930.347.542 30.500.000.000
91,57 Tidak Terpenuhi
2007 30.128.858.218
31.880.341.000 94,51
Tidak Terpenuhi 2008
29.863.808.638 34.600.000.000
86,31 Tidak Terpenuhi
2009 37.858.029.681
43,596,000,000 86,84
Tidak Terpenuhi 2010
50.748.633.806 47,250,000,000
107,40 Terpenuhi
Tabel 1.2 Tingkat akuisisi pasien RSUD Tugurejo Semarang
Tahun Pasien baru
Total pasien Akuisisi Pasien
2002 20.679
38.484 53,73
2003 24.922
48.121 52,79
2004 29.856
64.531 46,27
2005 36.044
85.080 42,37
2006 25.890
82.540 31,37
2007 12.293
73.343 17,90
2008 15.146
84.055 18,02
2009 30.287
100.651 30,09
2010 32.638
114.458 28,52
Sumber: Laporan Tahunan RSUD Tugurejo Semarang 2002-2010 diolah Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat akuisisi
pasien RSUD Tugurejo Semarang mengalami penurunan pada tahun tertentu, hal ini menunjukkan bahwa kinerja RSUD Tugurejo Semarang
belum maksimal, karena sedikitnya pasien baru yang diperoleh. Motivasi dalam penelitian ini adalah akan melihat kinerja Rumah
Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang dengan metode Balanced Scorecard. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan konsep
mengenai sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan Balanced Scorecard.
1.2 Perumusan Masalah