Pengeluaran Rumah Tangga Pengojeg Motor

tambahan dan yang tidak memiliki berada di bawah rata-rata pendapatan perkapita masyarakat Kota Bogor. Kenaikan harga BBM ternyata memberikan dampak terhadap penurunan pendapatan yang diterima oleh pengojeg motor. Pendapatan rumah tangga pengojeg motor menurun sebesar 33 persen bila dibandingkan pendapatan sebelum kenaikan harga BBM. Bagi rumah tangga yang tidak mempunyai penghasilan tambahan adanya penurunan pendapatan akan terasa berat. Sebagian rumah tangga yang mendapat penghasilan tambahan merasa perekonomian keluarganya terbantu.

5.5. Pengeluaran Rumah Tangga Pengojeg Motor

Pengeluaran rumah tangga secara umum terdiri dari kebutuhan akan makanan dan nonmakanan. Pengeluaran rumah tangga pengojeg nonmakanan terdiri dari biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, biaya listrik dan air, biaya sewa rumah, cicilan kredit motor, dan biaya tak terduga lainnya. Para pengojeg memberikan uang belanja kepada istri mereka untuk kebutuhan bahan makanan berkisar antara Rp. 10.000 sampai Rp. 30.000. Setelah kenaikan harga BBM tidak terlalu berubah, walaupun terdapat beberapa pengojeg yang menaikan uang belanja kebutuhan bahan makanan, namun ada pula yang menurunkan uang belanja tersebut. Setelah kenaikan harga BBM, harga-harga kebutuhan bahan makanan mengalami kenaikan, akibat dari kenaikan harga bahan makan tersebut, para pengojeg mengakui perubahan dalam pola konsumsi yang lebih sederhana, bagi mereka yang terpenting kuantitas dipertahankan walaupun kualitas makanannya menurun. Pergeseran pola konsumsi makanan yang terjadi pada rumah tangga pengojeg mengisyaratkan terjadinya penurunan daya tahan ekonomi rumah tangga pengojeg. Selain pergeseran pola konsumsi makanan, tidak menentunya penghasilan para pengojeg sehari-harinya, membuat mereka terkadang tidak membawa uang lebih untuk belanja makanan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut para pengojeg sering melakukan hutang terhadap bahan makanan kepada warung yang berada disekitar rumah mereka. Konsumsi nonmakanan yang lazim dikeluarkan adalah biaya pendidikan anak, kesehatan, biaya perumahan, dan cicilan kredit motor. Untuk biaya pendidikan, banyak keluarga pengojeg yang terbantu dengan adanya program Bantuan Operasional Sekolah BOS, sehingga para pengojeg tidak mengeluarkan biaya untuk SPP dan hanya memberi uang transportasi dan uang jajan. Tetapi ada beberapa yang masih membayar uang SPP per bulannya, hal ini menunjukan bahwa kebijakan setiap sekolah dalam mengalokasikan beasiswa yang diberikan oleh pemerintah berbeda- beda caranya. Untuk pengeluaran dibidang kesehatan bagi para pengojeg hal tersebut termasuk ke dalam biaya tidak terduga. Namun dari kebiasaan para pengojeg bila ada anggota keluarga yang sakit, mereka lebih sering membeli obat-obatan di warung atau pergi puskesmas. Hal ini terjadi karena penyesuaian dari pendapatan rumah tangga pengojeg yang pas-pasan sehingga untuk kesehatan mereka lebih memilih pengobatan puskesmas atau obat dari warung. Pengeluaran rumah tangga dalam bidang perumahan terdiri dari biaya sewa rumah, biaya listrik, dan air. Dari hasil wawancara terhadap 60 responden, sebesar 15 persen pengojeg motor mengeluarkan biaya kontrakan rumah. Sisanya sebesar 85 persen tidak mengeluarkan biaya sewa rumah, karena mereka masih bertempat tinggal bersama dengan orang tuanya atau mendapat rumah dari hasil warisan orang tuanya. Biaya listrik dan air setelah kenaikan harga BBM tidak mengalami kenaikan yang berarti, karena penggunaannya lebih dihemat dengan memakai seperlunya. Untuk pembayaran kredit, tidak mengalami peningkatan karena cicilan kredit motor yang harus dibayarkan bersifat tetap. Sebelum kenaikan harga BBM, para pengojeg motor dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan terdapat pula sebagian dari mereka yang dapat menyisihkan kelebihan penghasilannya untuk ditabung. Pengeluaran rata-rata sebelum kenaikan harga BBM dari ke-60 responden sebesar Rp. 984.000 atau rata-rata pengeluaran perkapitanya sebesar Rp. 388.400. Seiring kenaikan biaya kebutuhan hidup setelah kenaikan harga BBM, pengeluaran rata-rata menjadi Rp. 1.030.200 atau rata-rata perkapitanya sebesar Rp. 406.600. Jika dihubungkan dengan garis kemiskinan Kota Bogor tahun 2003, maka pengeluaran perkapita rumah tangga pengojeg sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM di atas rata-rata garis kemiskinan, yaitu sebesar Rp. 149.401 perkapita per bulan. Hal ini seiring dengan kenaikan harga barang dan jasa lainya, total pengeluaran rumah tangga pengojeg naik sebesar 5 persen dan pendapatan yang diterima mengalami penurunan sebesar 33 persen. Hal ini menyebabkan hampir setiap bulan, rumah tangga pengojeg menderita kerugian. 58 42 Defisit Surp lus Sumber: Data Primer Hasil Olahan. Gambar 5.7. Persentase Net Balance Rumah Tangga Pengojeg Setelah Kenaikan Harga BBM Berdasarkan Gambar 5.7 menyimpulkan sebesar 42 persen rumah tangga pengojeg mengalami kerugian, dan sisanya sebesar 58 persen dapat menyeimbangkan antara pendapatan dan pengeluaran rumah tangganya, sehingga terdapat pula yang mengalami surplus. Rumah tangga yang tidak mengalami kerugian sebanyak 25. Hal ini dapat disebabkan sebagian dari mereka yang memiliki penghasilan tambahan yang cukup besar, baik dari pekerjaan tambahan atau dari anggota keluarga lainnya. Kerugian yang diterima oleh 35 responden lainnya cukup besar, berkisar antara Rp. 50.000 sampai Rp. 599.000 per bulannya. Untuk menutupi kerugian akibat besarnya pengeluaran yang tidak diimbangi peningkatan pendapatan, membuat mereka menggunakan sisa tabungan yang masih ada, meminjam uang kepada orang-orang terdekat, atau melakukan berhutang ke warung-warung dekat rumah mereka. Terlihat bahwa pasca kenaikan harga BBM, mereka sangat rawan terkena kredit macet, tidak seimbangnya pendapatan dengan pengeluaran rumah tangga dapat mempengaruhi daya bayar cicilan kredit motor mereka. Merujuk terhadap kategori BPS mengenai pengeluaran per kapita rumah tangga diantara Rp. 200.000 sampai Rp. 499.000 per bulan merupakan rumah tangga dengan kategori tingkat menengah. Dapat dikatakan bahwa rumah tangga pengojeg berada dalam kategori rumah tangga dengan tingkat menengah. Walaupun pada kenyataannya pengeluaran konsumsi rumah tangga pengojeg lebih besar daripada pendapatan yang mereka terima.

5.6. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan Rumah Tangga