tetap perbulan, yang termasuk pengeluaran tetap perbulan adalah biaya rumah tangga seperti sewa rumah, uang sekolah, biaya kesehatan, dan
sebagainya. Selain karena ketidakcermatan dalam analisis, hal ini dapat terjadi karena moral Hazard, dari petugas yang diberi tugas mensurvei ke
rumah calon peminjam. Lemahnya usaha koleksi cicilan diakibatkan karena kepatuhan pihak
peminjam yang dipengaruhi watak yang dimilikinya. Banyak pihak peminjam yang sukarela membayar cicilannya sesuai dengan jadwal, tetapi
tidak sedikit yang perlu diberi peringatan dahulu untuk membayar cicilannya.
Adanya resesi
ekonomi dapat
mengakibatkan terjadinya
penurunan pendpatan, bahkan mengakibatkan terjadinya PHK. Kondisi yang tidak
menguntungkan seperti itu dapat mengganggu stabilitas sumber dana pembayaran cicilan kepada pihak bank dan lembaga lainnya. Bila keadaan
ini semakin parah maka kemungkinan besar dapat terjadi kredit macet.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang
dilakukan Nugroho
2005 yang
berjudul “Analisis
Pengaruh Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Tingkat Inflasi Di Indonesia”, menganalisis pengaruh harga BBM terhadap tingkat inflasi di
Indonesia selama periode 1990 sampai 2004 dengan menggunakan metode OLS Ordinary Least Square. Penelitian ini menyimpulkan bahwa selama
perode 1990 sampai 2004 harga BBM berkolerasi positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Kenaikan harga BBM sebesar 1 persen akan
menyebabkan inflasi sebesar 0,11 persen.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Inayati 2006 yang berjudul “Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga Sopir Angkot serta Keuntungan Usaha Angkot di Kota Bogor” menyimpulkan bahwa kenaikan harga BBM mempunyai
pengaruh terhadap pendapatan rumah tangga sopir angkot, yang diakibatkan oleh naiknya pengeluaran biaya operasional seperti biaya bahan
bakar, cuci kendaraan, upah calo dan makan siang. Pengeluaran konsumsi makanan dan nonmakanan juga meningkat seiring dengan kenaikan harga
BBM. Untuk melihat seberapa besar kenaikan harga BBM mempengaruhi
jumlah masyarakat miskin di Indonesia, Kajian Institute of Economics and Finance INDEF pada tahun 2005 dalam Hasan, tentang dampak kenaikan
harga BBM terhadap masyarakat miskin dengan menggunakan metode VAR Vector Auto Regressive membuktikan kenaikan harga BBM semua jenis
BBM sebesar 5 persen, akan meningkatkan jumlah masyarakat miskin di desa menjadi 1,3 persen, sedangkan jumlah masyarakat miskin di kota akan
bertambah sebesar 2,76 persen. Secara umum penelitian tersebut mengisyaratkan bahwa rumah tangga yang hidup di bawah garis kemiskinan
menjadi meningkat jumlahnya setelah kenaikan harga BBM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada
fokus penelitian yang menitikberatkan pada dampak kenaikan harga BBM terhadap pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pengojeg motor, yang
melakukan pembelian motor dengan sistem kredit, serta melihat dampak
kenaikan BBM terhadap daya bayar kredit motor. Penelitian ini meneliti rumah tangga pengojeg motor yang berada di Kota Bogor.
2.3. Kerangka Pemikiran