Perubahan Pengeluaran Biaya Operasional Pengojeg Motor

Penerimaan kotor pengojeg dapat mencapai Rp. 40.000 – Rp. 80.000 sebelum kenaikan harga BBM, namun setelah kenaikan harga BBM hanya mencapai Rp. 25.000 – Rp. 50.000 per hari. Penerimaan kotor mengalami penurunan sebesar 27 persen, penurunan tersebut akan mempengaruhi pendapatan yang akan diterima oleh rumah tangga pengojeg.

5.3. Perubahan Pengeluaran Biaya Operasional Pengojeg Motor

Berdasarkan penerimaan kotor yang diterima pengojeg motor, terdapat beberapa pengeluaran berupa biaya operasional yang rutin dikeluarkan oleh para pengojeg setiap harinya. Biaya operasional tersebut terdiri dari biaya bahan bakar, iuran organisasi, dan biaya makan siang ditambah rokok. Tabel 5.3. Rata-rata Pengeluaran Pengojeg Motor Per Hari No Jenis Pengeluaran Sebelum Kenaikan BBM Rp Sesudah Kenaikan BBM Rp Perbedaan Persen 1 Bahan bakar 4.000 7.800 95 2 Iuran organisasi 800 800 - 3 Makan siang dan rokok 4.400 5.200 18 4 Jumlah pengeluaran 9.200 13.800 50 Sumber : Data Primer Hasil Olahan. Berdasarkan rata-rata pengeluaran biaya operasional dari 60 orang pengojeg, dapat dilihat perubahan yang cukup besar yaitu sekitar 50 persen. Pengeluaran yang paling besar dialami pengeluaran bahan bakar yang mencapai 95 persen, hal ini sesuai dengan kenaikan BBM khususnya jenis premium dimana kenaikannya mencapai 87,5 persen. Untuk pengeluaran iuran oranisasi tidak mengalami kenaikan, sedangkan pengeluaran untuk makan, minum, dan rokok mengalami kenaikan sebesar 18 persen. Bahan bakar premium yang digunakan oleh para pengojeg berkisar antara 1-2 liter per hari, perbedaan tersebut selain dipengaruhi kebutuhan juga dipengarahui jenis motor dan mesin motor yang digunakan. Semakin besar kapasitas mesin motor yang digunakan, maka semakin banyak pula bahan bakar yang digunakan. Pengeluaran untuk iuran organisasi ojeg tidak mengalami kenaikan, karena iuran ini lebih bersifat sosial antar sesama pengojeg. Tidak semua pangkalan ojeg memungut iuran organisasi, hal tersebut tergantung dari keaktifan dari pengurus organisasi ojeg yang mengkoordinirnya.Tujuan dari iuran ini untuk membantu pengojeg dan keluarganya yang terkena musibah atau yang sedang merayakan perhelatan seperti pernikahan dan khitanan. Dalam penyaluran dana tersebut diperlukan kejujuran dari pihak organisasi yang mengkoordinirnya, karena terdapat pengakuan dari pengojeg di lokasi berbeda dimana dalam penyaluran dana tersebut tidak sampai kepada yang berhak. Dana tersebut telah diselewengkan oleh pengurus organisasi tersebut sehingga tidak sampai kepada pihak yang berhak. Walaupun demikian para pengojeg tidak pernah melakukan protes kepada pengurus organisasi, mereka lebih senang bersikap diam, karena takut tidak diperbolehkan lagi untuk mengojeg. Makan, minum, dan rokok menjadi salah satu pengeluaran rutin para pengojeg setiap harinya. Jenis pengeluaran ini tidak terlalu mengalami kenaikan karena para pengojeg cenderung bersikap menghemat. Untuk lebih mengurangi biaya operasional sebagian pengojeg memilih untuk makan dirumah bersama keluarganya. Selain itu terdapat pula pengojeg yang hanya membeli makanan bergoreng seperti goreng pisang dan tahu. Hal tersebut dilakukan sebagai penahan rasa lapar saja, atau ada pengojeg yang sengaja mengurangi kebiasaan merokoknya, banyak cara yang ditempuh oleh para pengojeg untuk dapat meminimumkan biaya operasionalnya. Pengeluaran untuk makan, minum, dan rokok berkisar antara Rp 3.000 sampai Rp 8.000 per hari. setelah kenaikan harga BBM pengeluaran tersebut berkisar antara Rp. 3000 sampai Rp. 10.000. Jumlah rata-rata pengeluaran biaya operasional yang dikeluarkan setiap harinya mencapai Rp. 9.200 sebelum kenaikan harga BBM, dan mencapai Rp. 13.800 setelah kenaikan harga BBM, terjadi kenaikan sebesar 50 persen. Peningkatan biaya operasional tersebut akan berpengaruh terhadap penerimaan bersih para pengojeg.

5.4. Penerimaan Bersih dan Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg