makan secara teratur, meskipun tidak tidur di rumah, tetapi tidak termasuk orang yang tinggal di rumah tetapi tidak makan.
2. Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang
atau natura. Secara garis besar pendapatan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
a. Gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh seseorang setelah
melakukan pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah di pasar tenaga kerja.
b. Pendapatan dari usaha sendiri, yaitu nilai total hasil produksi
dikurangi biaya yang dibayar baik dalam bentuk uang atau natura.
c. Pendapatan dari sumber lain, yaitu pendapatan yang diperoleh
tanpa pencurahan tenaga kerja, antara lain hasil dari menyewakan aset ternak, rumah dan barang lain, bunga
uang, sumbangan dari pihak lain atau pension. 3.
Pendapatan rumah tangga, yaitu total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura, yang diperoleh baik
sebagai gaji atau upah, usaha rumah tangga atau sumber lain.
2.1.5. Kredit Perorangan
Definisi kredit berdasarkan Undang-undang No.10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit
perorangan merupakan kredit untuk membiayai kebutuhan barang dan jasa yang bersifat konsumtif. Perkembangan kredit perorangan dalam suatu
negara berhubungan erat dengan perkembangan pendapatan penduduk yang memiliki pekerjaan tetap, terutama bagi masyarakat yang tergolong
kelas menengah, selain itu dipengaruhi pula oleh kecanggihan pola konsumsi masyarakatnya. Semakin tinggi pendapatan dan pola konsumsinya maka
akan semakin banyak muncul kebutuhan barang dan jasa mewah yang diingginkan. Sutojo mengatakan :
Semakin bertambah pendapatan masyarakat suatu negara akan semakin banyak muncul jenis kebutuhan barang konsumtif tahan lama atau barang
konsumsi rumah tangga dengan nilai tinggi misalnya; rumah tinggal, villa, kendaraan bermotor, alat-alat elektronik, pakaian dan perhiasan
mewah. Demikian pula dengan semakin canggihnya pola konsumsi masyarakat, akan semakin banyak timbul kebutuhan akan barang dan jasa
mewah yang lainnya misalnya; tamasya atau studi ke luar negeri, tamasya dalam negeri, dan berbelanja di berbagai pusat perbelanjaan,
dan rumah makan kelas atas.
15
Sehingga bila jumlah penduduk yang berpenghasilan cukup di suatu negara meningkat, maka akan semakin banyak jumlah kredit yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan konsumtif tersebut. Kredit perorangan ditawarkan dalam berbagai macam bentuk secara
umum, kredit perorangan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu : 1.
Kredit dengan pembayaran kembali secara mencicil installment loans
,
15
Siswanto Sutojo. 1997. Analisa Kredit Bank Umum Konsep dan Teknik. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo. hal 169.
2. Kredit dengan penarikan dan pembayaran kembali sekaligus single
payment loans dan,
3. Kredit dengan plafon over draft checking lines.
Nilai kredit dengan pembayaran kembali secara mencicil, merupakan bagian terbesar dari seluruh jumlah kredit perorangan yang terjadi. Hal ini
dikarenakan pembayaran kembali kredit perorangan secara mencicil dirasakan lebih ringan oleh pihak peminjam.
Kredit perorangan juga dapat dibagi menjadi dua yaitu kredit dengan jaminan dan kredit tanpa jaminan. Pihak bank dan lembaga lainnya
akan memberikan kredit kepada debitur tanpa jaminan, bila pihak peminjam perorangan dapat membuktikan bahwa secara finansial mereka
cukup kuat, antara lain dengan membuktikan bahwa mereka bekerja pada atau mengusahakan sebuah badan usaha yang kuat dengan penghasilan yang
cukup. Tidak lancarnya pembayaran cicilan kredit perorangan oleh pihak
peminjam akan menyebabkan kredit macet atau Noan Performing Loan NPL. Kredit yang bermasalah ini menurut Sutojo dapat disebabkan oleh
“tidak dipatuhinya standar persyaratan pemberian kredit, lemahnya usaha koleksi cicilan, dan menurunnya kondisi ekonomi setempat”.
16
Tidak dipatuhinya standar persyaratan pemberian kredit, dapat terjadi karena ketidakcermatan dalam melakukan analisis kredit. Dimana
berdasarkan analisis kredit pihak peminjam yang diperbolehkan diberi pinjaman, bila pendapatan tetap bulanan harus lebih besar dari pengeluaran
16
Ibid. hal 172.
tetap perbulan, yang termasuk pengeluaran tetap perbulan adalah biaya rumah tangga seperti sewa rumah, uang sekolah, biaya kesehatan, dan
sebagainya. Selain karena ketidakcermatan dalam analisis, hal ini dapat terjadi karena moral Hazard, dari petugas yang diberi tugas mensurvei ke
rumah calon peminjam. Lemahnya usaha koleksi cicilan diakibatkan karena kepatuhan pihak
peminjam yang dipengaruhi watak yang dimilikinya. Banyak pihak peminjam yang sukarela membayar cicilannya sesuai dengan jadwal, tetapi
tidak sedikit yang perlu diberi peringatan dahulu untuk membayar cicilannya.
Adanya resesi
ekonomi dapat
mengakibatkan terjadinya
penurunan pendpatan, bahkan mengakibatkan terjadinya PHK. Kondisi yang tidak
menguntungkan seperti itu dapat mengganggu stabilitas sumber dana pembayaran cicilan kepada pihak bank dan lembaga lainnya. Bila keadaan
ini semakin parah maka kemungkinan besar dapat terjadi kredit macet.
2.2. Penelitian Terdahulu