18
perkembangan embrio tanaman dan pada saat yang sama menekan perkecambahan dini Etienne et al. 2006; Attree et al. 1995. Biasanya dilakukan
dengan penambahan asam absisik ABA dan sukrosa konsentrasi tinggi ke dalam media Rai et al. 2008; Malabadi et al. 2011. Permeating osmotikum, seperti
sukrosa, sering digunakan untuk mengurangi potensi air dari media kultur yang mengakibatkan stres air sehingga meningkatkan perkembangan embrio selama
kultur in vitro. Namun, Attree et al. 1995 menyatakan bahwa pada kultur yang berkepanjangan, osmotikum akan diambil oleh sel tanaman mengarah ke
pemulihan osmotik.
Laju pengeringan berdampak pada perkecambahan dan konversi embrio somatik menjadi plantlet. Misalnya pengeringan cepat pada immature embrio
somatik dapat meningkatkan kapasitas perkecambahan Hevea, namun perkembangan lebih lanjut menjadi plantlet rendah. Sebaliknya, pengeringan
lambat menyebabkan peningkatan perkecambahan dan lebih efektif dalam merangsang konversi embrio menjadi plantlet Etienne et al. 2006. Pengeringan
lambat mengakibatkan akumulasi besar cadangan pati dan protein yang diperlukan untuk perkembangan lanjutan dari embrio yang belum matang dibandingkan
dengan dehidrasi cepat. Oleh karena itu, pengeringan dapat digunakan untuk meningkatkan perkecambahan ketika embrio mendekati masak fisiologis Etienne
et al
. 2006. Selain itu, Attree et al. 1995 menekankan bahwa kemampuan untuk mengeringkan embrio somatik mengurangi biaya produksi secara besar-besaran
dengan menyediakan sarana penyimpanan embrio somatik yang diproduksi secara terus menerus sepanjang tahun. Embrio somatik kemudian dapat dikecambahkan
serempak untuk menyediakan benih tanaman dengan usia dan ukuran yang seragam dan kemudian menanam sesuai musim.
2.4.5 Perkecambahan embrio somatik menjadi plantlet
Perkecambahan adalah fase dimana embrio somatik tumbuh dan berkembang membentuk tunas dan akar. Umumnya dilakukan pada media dengan
kandungan zpt yang sangat rendah atau bahkan pada media tanpa hormon Purnamaningsih 2002; Arnold et al. 2002. Setiap jenis tanaman membutuhkan
media perkecambahan yang berbeda-beda. Pada beberapa jenis tanaman, perkecambahan embrio dapat dilakukan pada media tanpa zpt Chen Chang
2004; Gow et al. 2009; Nhut et al. 2006; Chung et al. 2007; Malabadi et al. 2011. Pada beberapa kultivar Dendrobium perkecambahan dapat dilakukan pada
medium ½ MS tanpa zpt seperti pada D.
‘Chiangmai Pink’ Chung et al. 2007 maupun pada media dengan penambahan hormon tertentu, seperti : 1 VW
dengan penambahan 100 ml L
-1
air kelapa pada D. crumenatum Sw. Meesawat Kanchanapoom 2002; 2 MS yang mengandung 2.7 µM NAA pada D. candidum
Zhao et al. 2008; 3 ½ MS + 2.5-5.0 µM NAA + 2.5-5.0 µM IBA pada D. nobile
Song et al. 2007; 4 MS + 1.5 mg L
-1
kinetin pada D. ’Serdang Beauty’
Khosravi et al. 2008; 5 ½ MS + 1 mg L
-1
TDZ pada D. lineale Rolfe Hoesen et al
. 2008 ; 6 ½ MS yang ditambah dengan 0.05 mg L
-1
BA atau ½ MS yang ditambah dengan 150 mL L
-1
air kelapa pada D. ’Gradita 31’ Winarto
Rachmawati 2013; dan 7 media GM-6 1.6 g L
-1
32N:10P:10K pada D. ’Zahra
FR 62’ Winarto et al. 2013a.
19
2.5 Perkembangan Penelitian Embriogenesis Somatik pada Dendrobium
Beberapa keberhasilan pengembangan teknologi embriogenesis somatik pada Dendrobium telah dilaporkan. Pengembangan dan aplikasi somatik
embriogenesis untuk produksi benih bermutu Dendrobium disarikan pada Tabel 2.1. Terdapat variasi eksplan, media dan kondisi inkubasi yang dapat
diaplikasikan dalam embriogenesis somatik Dendrobium.
Tabel 2.1. Beberapa hasil penelitian embriogenesis somatik pada Dendrobium
No. Kultivar
Perlakuan Respon
Referensi
1. D. crumenatum
sw Tunas aksilar
VW yang ditambah 0.1 mg L
- 1
NAA, 1.0 mg L
-1
BA, 20 g L
-1
sukrosa, 2 g L
-1
peptone, dan 2 g L
-1
arang aktif 16-jam Inkubasi terang 40
µmol m
-2
s
-1
pada 25±1°C Induksi kalus
Meesawat dan Kanchanapoom
2002
2. D.
‘Chiangmai Pink’
Segmen ujung daun ½ MS yang mengandung
18.16 µM dan 1 mg L
-1
TDZ ½ MS kombinasi 3 mg L
-1
TDZ dengan 1 mg L
-1
NAA ½ MS tanpa zat pengatur
tumbuh zpt
16-jam Inkubasi terang 28- 36 µmol m
-2
s
-1
pada 25±1°C Embrio somatik
ES 33; ES sekunder per
eksplan 33.6 Proliferasi
embrio Tingkat
multiplikasi 5.17 Perkecambahan
embrio Chung et al.
2005 2007
3. D. fimbriatum
Lindl. var aculatum
Hk. f. Tunas aksiler shoot-tip
Knudson C yang mengandung 10 air kelapa, 0.5 mg L
-1
niacin, 0.5 mg L
-1
pyridoxine HCl, 0,1 mg L
-1
thiamine HCl, 0.5 mg L
-1
NAA dan 1 mg L
-1
BAP Knudson C tanpa zpt
Inkubasi terang 16-jam, 30 µmol m
-2
s
-1
pada suhu pada 25±1°C
Kalus embriogenik
Embrio somatik plbs
Roy Banerjee 2003
20
Tabel 2.1. Beberapa hasil penelitian somatik embriogenesis pada Dendrobium Lanjutan
No. Kultivar
Perlakuan Respon
Referensi
4. D. candidum
Wall ex Lindl Mature seeds
; Segmen protocorm
MS + 1.08 µM NAA
MS dengan ½ makro dan full mikro; 2 sukrosa dan 8.8
µM BAP
MS tanpa zpt MS yang mengandung 2.7
µM NAA Inkubasi gelap pada 25±2°C,
Induksi protocorm
Induksi kalus
Induksi plbs Induksi plantlet
Zhao et al. 2008
5. D.
Jayakarta Mata tunas lateral
VW cair + 1 mg L
-1
NAA + 1.5 mg L
-1
Kinetin VW cair + 1 mg L
-1
NAA + 1.5 mg L
-1
BAP +15 air kelapa
Inkubasi terang 16-jam pada suhu pada
25±1°C Induksi kalus
Proliferasi plbs 80-90
Utami Ginting 2007
6. D.densiflorum
Lindl. Ex Wall Segmen tunas
MS + 0.5 mg L
-1
NAA + 0.5 mgl kinetin media padat;
25 ± 2 C dalam kondisi gelap
½ MS dengan penambahan 30 mM
KNO
3
; 2.5
mM Phosphate ; 30 g sukrosa; 0.6
nM Putresine; 25 ± 2
C di bawah cahaya 14 jam 85 µmol m
-2
s
-1
Induksi plbs
Kultur suspensi Bobot kering
plbs 33.2 gl dan tingkat
pertumbuhan 0.056hari
Luo et al. 2008;
Wei et al. 2007