Gambar 9. Rumah Gadang •
Rumah sehari-hari Rumah sehari-hari bagi masyarakat Tanah datar umumnya sama dengan
masyarakat di daerah lain. Atap rumah terbuat dari seng. Sedangkan bagian rumah yang lain umumnya hampir sama yaitu terbuat dari kayu
atau batu bata.
2.3. Makanan
Makanan yang menjadi ciri khas daerah ini umumnya dipakai pada saat upacara adat seperti perkawinan, turun mandi, batagak gala. Misalnya panyiaram,
nasi lamak, kalamai dan wajik. Untuk upacara pernikahan dan batagak gala , makanan tambahan adat yang umum disajikan adalah panyiaram, nasi kunyit, nasi
lamak, kalamai dan wajik. Penggunaan makanan adat dan sehari-hari sangat berbeda dalam adat Minang Untuk makanan sehari-hari ada beberapa kecamatan
yang memiliki makanan khas antara lain yaitu pangek lapuak di kecamatan Tanjung Baru, Palai ikan bilih di kecamatan Batipuh dan Rambatan, Lamang
tapai di daerah Limo Kaum dan Bika di daerah 10 Koto dan kipang kacang di daerah Pangian. Umumnya jenis makanan tersebut disesuaikan dengan bahan
baku dan keahlian dari masyarakat setempat yang turun temurun.
2.4. Kerajinan Tangan
Ada beberapa kerajinan tangan yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar antara lain yaitu ukiran tradisional Pandai Sikek, sulaman indah Sungayang,
tenunan Pandai Sikek dan kerajinan sangkar burung di Tanjung Baru. Ragam hias Minangkabau adalah ungkapan yang lahir dari suatu
kebudayaan. Ragam hias sama dengan cabang ilmu lain dalam cara
penampilannya yaitu berasal dari perasaan manusia terhadap lingkungannya. Hampir setiap benda yang berhubungan dengan adat di Minangkabau memiliki
ragam hias, misalnya balai adat, rumah gadang, tempat sirih, tongkat, keris, pakaian dan lain-lain. Ragam hias Minangkabau selain memiliki corak yang khas
juga memiliki nilai-nilai lain seperti norma agama, sosial dan hukum. Sehingga dapat dikatakan ragam hias merupakan gambaran jalan pikiran masyarakat
Minangkabau. Setiap ragam hias mengandung makna yang dalam dan melambangkan
corak prilaku manusia. Salah satu bentuk kesenian yang dipahatkan di dinding rumah diambil dari tafsiran alam, seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, syair dan
pantun yang membentuk garis genjur dan bersifat hiasan. Contoh ragam hias yang terdapat dalam corak hiasan misalnya itiak
pulang patang yang mengandung pengertia n bahwa itik adalah hewan yang banyak dipelihara masyarakat Minangkabau. Pucuak rabuang adalah bambu
muda yang dinamakan rabuang merupakan makanan berupa gulai rebung yang ada dalam upacara adat yang rasanya enak.
Terdapat dua macam pola dasar dalam pembentukan ragam hias Minangkabau, yaitu :
a. Titik tolak dari alam, berciri garis yang masih dapat dilihat pada asal bentuk tumbuh-tumbuhan atau binatang misalnya itiak pulang patang,
pucuk rabuang dan lain-lain. b. Titik tolak lepas dari alam yang garis-garisnya tidak dapat dilihat lagi pada
bentuk asal alam itu, seperti saluak laka, salimpat dan lain-lain. Ragam hias Minangkabau melambangkan gerak lemah lembut dan
keramahtamahan masyarakatnya. Oleh sebab itu setiap bentuk memiliki arti sendiri yang berkaitan dengan kepribadian. Penafsiran terhadap ragam hias itu
dihubungkan dengan prilaku atau sifat serta hukum yang berlaku pada kehidupan sosial dan ajaran agama.
Banyak ragam hias mendapat pengaruh dari Cina, misalnya pada tirai pelaminan Minangkabau, seperti bercorak ular naga, killing, burung Hong, bunga
Krisan dan lain -lain. Di Minangkabau ragam hias diambil dari :
a. Tumbuh-tumbuhan b. Binatang
c. Tata adat d. Bentuk gabungan
Dilihat dari warna yang menjadi perlambang kebudayaan Minangkabau. Kata warna berasal dari bahasa Sansekerta, artinya corak atau rupa. Dalam adat
istiadat Minangkabau, ada tiga warna pokok, yaitu: a. Kuning
Kuning adalah warna payung panji kebesaran Raja Alam Minangkabau yang berkedudukan di Gudam Balai Janggo, Pagaruyung yang
melambangkan kebesaran, keagungan, dan kehormatan. Warna kuning adalah simbol luhak tertua di Minangkabau, yaitu luhak Tanah Datar.
Makanan adat Minangkabau adalah silamak, makanan ini terbuat dari beras ketan putih yang dicampur kunyit sehingga berwarna kuning. Di
beberapa nagari, pengantin lelaki yang untuk pertama kali naik ke rumah istrinya, ditaburi dengan beras kuning.
b. Merah Merah adalah warna pakaian hulubalang, lambang keberanian dan tahan
uji. Dahulu di Minangkabau, tidak dikenal tentara. Yang ada semacam polisi, disebut hulubalang. Warna merah adalah lambing luhak tengah,
yakni Luhak Agam sekarang Kabupaten Agam, Propinsi Sumatra Barat. Ketika mendirikan induk tiang tonggak tuo dan tungganai rumah dari
Rumah Gadang yang baru, disembelihkan seekor ayam jantan berbulu putih dan darahnya diteteskan di pangkal induk tiang itu.
c. Hitam Hitam adalah pakaian kebesaran penghulu atau ninik mamak lambang
kepemimpinan dan tahan temp. Pengertian hitam adalah tanah tapo, maksudnya tahan uji dalam segala keadaan, baik hujan maupun panas.
Selain warna tersebut, ada bebrapa warna lain yang dikenal dalam kebudayaan Minangkabau, yaitu:
a. Lembayung, adalah lambang ilmu pengetahuan dan cerdik-pandai. b. Putih, adalah lambang alim ulama yang menyebarkan faham kesucian,
kejujuran serta berbudi luhur di tengah masyarakat. c. Biru dan hijau, adalah lambang hasrat akan kebenaran dan perdamaian
hidup, serta harapan masa depan yang baik. Hasil kerajinan tangan yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar antara
lain: •
Ukiran Tradisional Ukiran tradisional dari Pande Sikek sangat terkenal, keindahan bentuk
ukirannya kaya dengan berbagai makna yang mengandung ajaran leluhur. Ukiran ini digunakan pada pintu, jendela, tiang serta pada tiap
persambungan papan, pada paran dan bendul terdapat papan bingkai yang lurus dan berelung. Semua papan yang menjadi dinding dan bingkai diberi
ukiran. Nilai-nilai dari tiap ukiran sangat berhubungan dengan kehidupan masyarakat Minangkabau. Ukiran dari Pande Sikek memiliki motif ukiran
antara lain akar, daun, bunga, buah, bentuk geometris, binatang dan lain- lain. Motif ukiran tersebut selalu dijaga turun temurun oleh masyarakat
setempat untuk dilestarikan. •
Tenunan Pandai Sikek Daerah Pande Sikek juga terkenal daerah penghasil tenunan. Daerah ini
menghasilkan tenunan dengan ciri khas tersendiri. Kepandaian membuat hasil tenunan oleh masyarakat setempat merupakan tradisi yang dilakukan
secara turun temurun. Kepandaian membuat tenunan tersebut merupakan kelanjutan dari perkembangan ketrampilan membuat anyaman terutama
anyaman yang berasal dari bahan-bahan dasar seperti rerumputan dan daun-daunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tenunan tradisional ini
merupakan tenunan dengan yang proses pembuatannya dilakukan dengan menggunakan alat-alat, bahan-bahan serta sistem pengerjaan yang
sederhana. Pembuatan tenunan disini masih secara tradisonal dengan mengguanakan
alat tenun yang dinamakan Ponte atau panta. Pengerjaan tenun tradisional tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Satu kain sarung hasil tenunan
Gambar 10. Pengrajin tenun di Nagari Pandai Sikek dan pengrajin sulam di Nagari Sungayang
bisa dibuat dalam waktu satu sampai tiga bulan tergantung kualitas yang dihasilkan. Kain yang tersusun satu benang akan lebih mahal jika
dibanding kain yang tersusun dua atau tiga benang dengan bahan kain yang sama.
• Sulaman Indah Sungayang
Bila dilihat dari pengertiannya, Aswar 1999 mendefinisikan sulaman adalah hasil menghias kain atau bahan lainnya dengan kiat menjahit,
menggunakan jarum dan benang, yang berbeda dengan hiasan pada kain yang dibuat dengan cara menenun.
Daerah Sungayang terletak di Luhak Tanah Datar. Sulaman yang paling terkenal dari daerah ini adalah sulaman kapalo panitik. Ciri sulaman ini
adalah bentuknya yang berbintil-bintil atau berbuku-buku kecil. Pengerjaannya dilakukan dengan cara melilit -lilitkan benang sulaman pada
jarum. Selain sulaman penitik, adapula sulaman lain yang dikembangkan yaitu sulaman yang menggunakan benang emas. Biasanya sulaman ini
dibuat untuk keperluan pakaian adat, pelaminan, hiasan dinding, tutup carano dan sebagainya. Meskipun benang emas dikembangkan pula di
tempat lain, namun sulaman benang emas dari Sungayang memiliki ciri- ciri yang sangat khas yaitu pada pemakaian benang emasnya. Sulaman
indah Sungayang menggunakan benang emas yang lebih banyak jika dibanding daerah lain.
2.5. Alat Produksi