Hubungan Kekerabatan sebagai Identitas Regional Kabupaten Tanah Datar

dilarang memakan telur dan ikan serta memakan makanan yang kering, tujuannya agar luka sunat cepet kering.

4. Hubungan Kekerabatan sebagai Identitas Regional Kabupaten Tanah Datar

Responden masyarakat industri memilih sistem kekerabatan sebagai identitas daerah. Responden merupakan responden laki-laki, berumur 20-24 tahun dengan tingkat pendidikan lulus SLTP dan pendapatan rata -rata Rp. 700.000,- sampai Rp. 1.500.000,-. Sedangkan untuk masyarakat tenaga kerja yang memilih sistem kekerabatan sebagai identitas daerah merupakan responden laki-laki, berumur 20-24 tahun dengan tingkat pendidikan lulus SMU dan pendapatan rata- rata Rp.250.000,- sampai Rp.700.000,- Dilihat pemilihan penilaiannya berdasarkan persepsi maka didapatkan bahwa responden dengan kharakter tersebut sangat mengenal sistem kekerabatan, selain itu sistem kekerabatan juga masih selalu dipakai dan sangat membudaya. Dillihat dari penilaian motivasi, responden memiliki keinginan untuk lebih mengenal, memakai dan membudayakan sistem kekerabatan. Sedangkan jika dilihat dari penilaian preferensi, responden juga lebih menyukai unsur sistem kekerabatan dibanding unsur lainnya. Adanya pemilihan sistem hubungan kekerabatan oleh masyarakat tenaga kerja dan industri sangat besar kaitannya dengan kehidupan dan hubungan antara tenaga kerja dan pemilik usaha, dalam hal ini adalah masyarakat industri. Kajian terhadap pemilihan sistem kekerabatan sebagai identitas daerah adalah sebagai berikut: a. Didalam pergaulan sehari-hari terdapat aturan sopan santun pergaulan. Di dalam setiap anggota keluarga terdapat aturan Nan ketek disayangi, nan gadang dihormati, samo gadang dibao baiyo artinya yang kecil disayangi, yang besar dihormati, sama besar didibawa musyawarah. Hal itulah yang memungkinkan hubungan kekerabatan orang minang menjadi kuat. b. Ilmu masyarakat atau stratifikasi sosial dapat berlaku secara horisontal maupun vertikal. Di Minangkabau umumnya dan Tanah Datar khususnya, stratifikasi sosial kurang tajam. Berpedoman pada pepatah nan baik ialah budi nan indah ialah baso artinya yang baik adalah budi dan yang indah adalah bahasa, maka setiap orang dapat mencapai martabat tersebut. Demikian pula pepatah barajo ka mufakat menunjukkan bahwa raja adalah hasil mufakat dari semua orang, oleh karena itu memiliki kedudukan sederajat. c. Adanya pelapisan berdasarkan kekayaan tidak terlihat, hal ini karena sebenarnya yang dianggap kekayaan pada zaman dahulu adalah tanah. Sedangkan tanah adalah milik suku atau keluarga luas, maka sebenarnya orang Minang tidak memiliki kekayaan pribadi, segala sesuatunya berasal dari keluarga. Di bidang sumberdaya manusia baik masyarakat industri maupun tenaga kerja, tidak hanya menyangkut jumlah manusia dan tingkat ketrampilannya yang penting, tetapi juga pandangan budaya dari individu-individunya, sikap terhadap pekerjaan dan keinginan masing-masing individu untuk memperbaiki kehidupan. Sehingga menurut Todaro 1985 bahwa bentuk dan sifat sumber daya manusia adalah determinan penting dalam perekonomian dan hal ini berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain karena melibatkan hubungan antara kebudayaan, tradisi, agama dan ethnis atau fragmentasi suku atau ikatan kesukuan yang ada di daerah tersebut. Kehidupan masyarakat industri dan tenaga kerja secara umum dapat dilihat berdasarkan hubungan kekerabatan yang dimulai dari tingkat rumah tangga. Dalam rumah tangga atau keluarga, prinsip keturunan orang Minang diatur menurut garis ibu. Setiap individu akan melihat dirinya sebagai turunan dari ibunya. Sehingga pada garis keturunan ini mempunyai arti bahwa penerusan harta warisan dimana setiap orang akan menerima warisan dari ibunya. Prinsip keturunan yang matrilineal ini juga menentukan dalam warisan sako atau gelar. Seorang laki-laki akan menerima ge lar dari garis ibunya dan khusus untuk gelar Datuak penghulu tidak dapat diberikan pada anaknya. Pekerjaan atau aktivitas kehidupan akan dilakukan secara bersama dalam rumah tangga luas di bawah koordinasi mamak tunganai yang bertindak sebagai pemimpin dalam rumah tersebut. Yang berhak menjadi mamak tunganai adalah anggota keluarga laki-laki tertua. Oleh karena itu mamak tunganai mungkin saja saudara laki-laki nenek atau saudara laki-laki ibu. Gabungan dari keluarga luas ini akan membentuk klen kecil yang disebut paruik atau kaum yang terikat oleh prinsip matrilineal. Gabungan kaum membentuk klen besar yang di sebut payuang. Gabungan dari payuang tersebut dikelompokkan menjadi suku. Masyarakat Minangkabau memiliki empat pertalian kekerabatan yang mengandung hubungan-hubungan tertentu antara perseorangan satu dengan perseorangan lainnya dan atau antara perseorangan group group dengan perseorangan group lainnya. Empat pertalian tersebut terdiri atas tali kerabat anak kemenakan, tali kerabat suku sako, tali kerabat induak bako anak pisang, dan tali kerabat sumando pasumandan Depdikbud, 1983. Tali kerabat anak kemenakan dan tali kerabat suku sako bersifat ke dalam, timbul karena pertalian darah menurut hukum ibu atau matrilineal. Sedangkan tali kerabat induak bako anak pisang dan tali kerabat sumando pasumandan bersifat keluar, timbul karena perkawinan antara seorang anggota rumah gadang atau kampung dari klan dan suku yang satu dengan anggota rumah gadang kampung suku yang berbeda. Tali kerabat anak kemenak an adalah hubungan yang menonjolkan sifat- sifat fungsional antara seorang laki-laki dengan anak-anak dari saudara perempuannya atau sebaliknya antara seorang anak dengan saudara laki-laki ibunya. Kondisi ini yang menyebabkan seorang laki-laki memangku dua fungsi yang sifatnya vertikal, yaitu sebagai mamak dari saudara perempuannya dan sebagai kemenakan dari saudara laki-laki ibunya. Tali kerabat induk bako anak pisang adalah hubungan antara seorang perempuan dengan anak-anak saudara laki-laki ibunya atau se baliknya, antara seorang anak dengan anak saudara perempuan bapaknya. Tali kerabat sumando pasumandan merupakan antara anggota rumah gadang atau kampung dariseorang suami dengan anggota rumah gadang isterinya. Tali kerabat ini disebabkan karena perkawinan. Hubungan kekerabatan masyarakat memiliki potensi yang besar dalam mempererat rasa kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dimulai dari tingkat terkecil yaitu keluarga, sehingga pada tingkatan lebih luas seperti kehidupan masyarakat rasa kebersamaan dapat terlihat dengan jelas. D. Hambatan dan Peluang Pengembangan Pariwisata berdasarkan Identitas Regional di Kabupaten Tanah Datar Hambatan-hambatan dalam pengembangan wisata di Kabupaten Tanah Datar berdasarkan identitas daerah upacara adat dan sistem kekerabatan menurut studi kasus masyarakat pendidikan, masyarakat industri dan tenaga kerja adalah : a. Pada umumnya, masih banyak yang belum menyadari potensi daerah yang dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata, misalnya potensi dibidang kebudayaan. Potensi Kabupaten Tanah Datar dalam bidang pariwisata berbasis budaya cukup besar dalam menunjang pembangunan pariwisata berdasarkan identitas regional. b. Pemanfaatan potensi daerah dari sektor jasa kurang optimal Lampiran 21. c. Pengelolaan terhadap potensi wisata yang telah ada kurang optimal karena keterbatasan anggaran. Kekurangan ini meliputi aspek pemeliharaan sarana dan prasarana penunjang, pengadaan fasilitas dan peralatan yang berhubungan dengan kesenian upacara adat, pemeliharaan dan pemanfaatan secara ekologi dan pengembangan atau inovasi baru di bidang pariwisata Lampiran 22. Adanya tradisi dan budaya lokal yang sangat memegang teguh tatanan agama seharusnya menjdi salah satu potensi yang harus dipertahankan untuk menjadi ciri khas Daerah Tanah Datar. Dengan adanya identitas regional maka masyarakat akan lebih bangga, mengakui dan menghargai daerahnya dengan segala potensi yang dimiliki daerah tanpa adanya rasa Chauvinisme. Peluang yang dapat dikembangkan dalam pembangunan pariwisata berdasarkan identitas regional Kabupaten Tanah Datar adalah: a. Dilihat dari kondisi fisik dan biologi Kabupaten Tanah Datar maka daerah ini berpeluang dalam pengembangan wisata alam. Pengembangan wisata alam dapat dijadikan alternatif untuk menambah dan melengkapi keunggulan kabupaten di bidang budaya dan sejarah. b. Adanya latar belakang dan sejarah kehidupan masyarakat Kabupaten Tanah Datar yang religius dan agamis serta kental dengan kehidupan budaya merupakan daya tarik tersendiri dalam menarik wisatawan mancanegara. c. Unsur budaya berupa upacara adat maupun sistem kekerabatan yang memiliki kekhasan dan keaslian yang berbeda dari daerah lain dapat dikembangkan sebagai paket wisata Lampiran 23. d. Diadakannya Festival Pagaruyung yang dilakukan setiap dua tahun sekali dan pergelaran mengenai upacara adat di setiap nagari memiliki peluang dalam pengembangan wisata berbasis budaya. Adanya hambatan dan peluang dalam pengembangan elemen budaya upacara adat dan sistem kekerabatan menjadi pertimbangan dalam pengembangan identitas regional untuk pembangunan wisata. Untuk mempertahankan kelanjutan sekaligus mampu menunjang pembangunan pariwisata maka diperlukan suatu konsep pelestarian identitas regional.

E. Konsep Pelestarian dan Pengembangan Identitas Regional guna Menunjang Pariwisata Berkelanjutan

Kelestarian kebudayaan lokal sangat penting dalam menunjang pengembangan pariwisata. Namun kebudayaan juga seharusnya mampu berperan dalam kelestarian pariwisata. Kelestarian wisata tidak mungkin akan terjaga bila segala sesuatunya bukan berasal dari kebudayaan daerah sendiri. Pada dasarnya, kepariwisataan di Kabupaten Tanah Datar melalui pengamatan mendalam, memiliki tiga aspek dasar yaitu : a. Hubungan antara kegiatan kepariwisataan dengan kebudayaan dan lingkungan hidup setempat. b. Masalah da lam kepariwisataan sebagai suatu bentuk perdagangan jasa. c. Hukum atau peraturan yang mengatur kegiatan pariwisata dan hubungannya dengan kebudayaan. Kebudayaan setempat perlu dijaga dengan melakukan usaha -usaha yang menjamin kelestarian budaya, khususnya oleh pihak pemerintahan setempat. Bentuk usaha pelestarian elemen budaya upacara adat dan sistem kekerabatan yaitu dibidang pendidikan, konsep menjaga dan melestarikan budaya daerah sudah sangat terlihat misalnya adanya pembuatan kurikulum yang mengangkat