Upacara Perkawinan Identitas Regional 1.

c. Adanya pengetahuan dalam proses belajar mengajar di sekolah melalui kurikulum muatan lokal, dimana pembelajaran di sekolah hanya bersifat penjelasan. Sebenarnya, Masyarakat Tanah Datar memiliki keragaman budaya terutama dalam penyelenggaraan upacara adat. Upacara adat yang beraneka ragam memiliki tujuan-tujuan tertentu yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Beberapa upacara adat penting yang ada di Daerah Tanah Datar antara lain upacara adat pernikahan, upacara kematian, upacara batagak gala , upacara turun mandi, khatam Al-Qur’an, sunatan dan memanis-manisi anak. Masing-masing upacara adat memiliki perbedaan khusus yang menarik untuk dikaji. Tiap-tiap atribut, ornamen maupun dekorasi memiliki maksud dan tujuan tertentu. Adat salingka nagari memungkinkan setiap nagari memiliki ciri khas masing-masing dalam pelaksanaan upacara-upacara adat. Perbedaan yang ada terdapat pada aturan-aturan yang mendasarinya, hal itupun didasarkan pada kondisi dan situasi yang ada di daerah tersebut. Walaupun cara pelaksanaan berbeda -beda untuk masing-masing daerah, namun masih tetap memiliki tujuan yang sama dan berpedoman pada sumber yang sama. Berikut ini adalah gambaran upacara adat yang ada di Tanah Datar secara umum yang dapat menjadi identitas daerah.

1. Upacara Perkawinan

Perkawinan di Minangkabau adalah salah satu upacara adat yang paling penting menyangkut pembentukan suatu keluarga. Perkawinan merupakan suatu kebutuhan yang naluriah bagi setiap makhluk hidup. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang akan melahirkan anak untuk menyambung keturunan. Ada tiga cara pelaksanaan perkawinan di Minangkabau. Cara yang pertama, disebut Gontek Pucuak , Pelaksanaan perkawinan ini dihadiri oleh beberapa orang ninik mamakdan keluarga terdekat saja. Cara yang kedua disebut Kabung Batang, yaitu pelaksanaan perkawinan yang dilaksanakan lebih besar biasanya dilakukan penyembelihan beberapa ekor kambing. Cara yang ketiga disebut Lambung Urek yaitu pelaksanaan perkawinan yang dilakukan dengan cara besar-besaran dengan menyembelih beberapa ekor sapi Gambar 27. Peralatan yang digunakan dalam peminangan sebagai tempat meletakkan sirih; baki kiri dan carano kanan atau kerbau yang berlangsung beberapa hari lamanya. Pada pelaksanaan perkawinan ini biasanya memakai panggilannyo sisiak palapahan yang berarti dipanggil sambil terbawa, memakai tombak dan gendala serta pedang berapit, terkembang payung ubur -ubur, lengkap dengan talempong, gong, gendang dan serunai. Bila perjamuan telah selesai, dilakukan arak-arakan laki-laki dan perempuan berbaris beriringan memakai pakaian adat selengkapnya. Tahapan perkawinan secara umum di Kabupaten Tanah Datar adalah sebagai berikut: a. Pinang-meminang Sebelum acara pinang meminang biasanya terdapat semacam ritual yang dikenal sebagai acara perkenalan atau dikenal dengan istilah paserek . Tujuannya adalah untuk mengenalkan antara calon istri dengan calon suami. Biasanya hal ini dilakukan oleh keluarga laki-laki. Pinang-Meminang biasanya diprakarsai oleh pihak keluarga perempuan walaupun ada beberapa pengecualian, pada beberapa daearah misalnya di Limo Kaum meminang dilakukan oleh keluarga laki-laki Depdikbud, 1978. Pada dasarnya peminangan dilakukan dalam 3 tahap yaitu penjajakan, peminangan resmi kemudian batuka tando. Peminangan dilakukan oleh keluarga yang paling dekat, baik keluarga calon anak daro maupun keluarga calon marapulai. Tahapan peminangan berlangsung 2 tahap, yaitu penjajakan secara resmi atau manilangkai dan peresmian peminangan atau batuka tando atau bertunangan. Keluarga yang akan meminang mengirim utusan pada keluarga calon menantu, namun hal itu tidak secara langsung tapi melalui utusan. Utusan tersebut umumnya bawaan berupa sirih sirih, kapur sirih, gambir, pinang, tanah napa yang ditaruh diatas carano atau baki. b. Batuka tando Batuka tando merupakan pengukuhan perjanjian dengan saling bertukar barang-barang tertentu. Tujuan batuka tando ini adalah untuk menghalangi berbagai pihak berbuat sesuatau. Apabila Pertukaran tanda ini dilanggar atau suatu saat berhenti ditengah jalan, ma ka pihak yang ingkar tersebut wajib membayar denda. c. Menentukan hari Menentukan hari pernikahan sering disebut dengan barundiang. Setelah peminangan dikabulkan maka tahap selanjutnya adalah menentukan hari pernikahan. Hal yang paling penting dalam tahapan ini adalah meminta kehormatan dari yang lebih tua. Acara ini sudah tentu disesuaikan dengan rencana keluarga calon marapulai atau sebaliknya. Penyampaian hasil mufakat dari sebelah pihak dapat dilakukan oleh seorang atau oleh beberapa orang. Biasanya pesta perkawinan itu dilangsungkan menjelang bulan puasa, pada bulan haji, atau sesudah padi disabit yang dikenal dengan istilahnya padi pulang atau padi aman. d. Maanta Bali Pada beberapa nagari, pihak keluarga laki-laki mengantarkan sejumlah uang atau bahan-bahan masakan ke rumah keluarga perempuan. e. Manyiriah Acara manyiriah atau mengundang orang datang pada kenduri perkawinan dilakukan kira-kira 3 hari sebelum upacara puncak perkawinan atau pesta. Hal ini disebut mamanggia atau manjapuik . Tata cara mengundang adalah laki- laki kepada laki-laki dan perempuan kepada perempuan. Prosesi ini dilakukan oleh seorang anak muda dengan memakai pakaian yang bersih dengan menyangkutkan sarung di bahu berjalan keliling kampung dengan menyuguhkan rokok, biasanya rokok yang terbuat dari daun nipah kepada orang-orang yang akan diundang. Adatnya ialah mengundang ke rumah, bila yang bersangkutan tidak ada di rumah dapat menitipkan pesan dengan meninggalkan sebatang rokok atau sekapur sirih. Perempuan mengundang tamu perempuan dengan membawa sirih dalam uncang yaitu tas yang terbuat dari kain bermanik-manik. Sampai dirumah, sirih disuguhkan kepada tuan rumah. Orang yang ditugaskan mengundang biasanya dari keluarga terdekat. Pelaksanaan perkawinan ditandai dengan adanya nikah dan diiringi dengan baralek atau pesta. f. Nikah Sebelum diadakan akad nikah, maka terlebih dahulu dilakukan penjemputan oleh keluarga anak daro. Anak daro adalah mempelai perempuan sedangkan mempelai pria disebut marapulai. Acara penjemputan ini dikenal dengan menjempuik marapulai. Acara selanjutnya adalah aqad nikah. Aqad nikah adalah perjanjian antara seorang lelaki dengan seorang wanita untuk hidup bersama sesuai dengan ajaran agama Islam. Acara pernikahan bisa dilaksanakan di masjid atau di rumah anak daro, sesuai musyawarah sebelumnya. Hal yang membedakan dengan etnis lain adalah marapulai dan anak daro tidak dihadirkan berhadap-hadapan. Sebab yang mengucapkan akad hanyalah marapulai kepada ayah atau wali anak daro. Sedangkan Anak daro hanya menyatakan persetujuan kepada saksi. g. Baralek Baralek adalah upacara yang dilakukan untuk memeriahkan perkawinan. Pesta perkawinan ada beberapa macam. Pertama sering disebut kanduri atau kenduri artinya dikendorkan aturan adatnya. Kenduri adalah perkawinan yang dilaksanakan amat sederhana atau kecil-kecilan dengan hanya mengundang beberapa tamu saja. Perkawinan menengah, perkawinan yang dilaksanakan secara sederhana dengan mengundang orang kampung baik dalam sukunya atau tidak. Upacara ini sudah cukup besar, dengan menyembelih seekor atau beberapa ekor kambing. Bentuk pesta perkawinan ini paling sering dipakai oleh masyarakat. Upacara menengah disebut simajo lelo. Upacara ini dilakukan oleh orang biasa atau penghulu berlangsung selama 3 hari. Sedangkan pada upacara besar, aturan adat diikuti secara urut yang berlangsung selama tujuh hari dengan menyembelih kerbau. Biasa dilaksanakan oleh keturunan raja atau sekarang oleh orang-orang yang terpandang dan kaya. Upacara yang besar biasa disebut simajo kayo. Gambar 28. Pakaian adat perkawinan pengantin marapulai dan anak daro di Kecamatan Lintau Buo h. Upacara babako Pada hari pe rtama upacara perkawinan didahului dengan upacara babako baik marapulai maupun anak daro. Upacara ini dilakukan di rumah bako yaitu rumah keluarga dari mana ayah marapulai atau anak daro berasal. Pada dasarnya pakaian marapulai terdiri dari sandal jepit dari kulit sebagai alas kaki, celana dibuat longgar dan dalam dari kain tenunan Pandai Sikek atau Silungkang yang dihiasi dengan benang makao, dan benang emas berwarna kemerahan atau hitam. Ada juga yang warna celananya hitam. Di samping celana longgar dan dalam, terdapat juga celana sempit dan pendek. Pada gambar 28, marapulai memakai pakaian dengan dasar hitam yang dihiasi dengan benang warna emas. Celana sempit yang digunakan dilapisi sebelah luarnya dengan kain balapak , yaitu sarung dari benang makao berhiaskan emas. Kain ini disebut sesamping. Celana dan sesamping diikatkan ke pinggang dengan sepotong kain berwarna merah yang disebut cawek atau ikat pinggang. Pada cawek diselipkan keris pusaka. Di bahu dipakai pula selendang berwarna merah atau keemasan yang disebut salempang. Untuk menutupi kepala dipakai tutup kepala yang disebut saluak, terbuat dari bahan kain batik atau dari emas. Anak daro memakai selop sebagai alas kaki. Untuk menutupi badan bagian bawah dipakai sarung yang ditenun dari benang makao berwarna emas. Baju kurung terbuat dari beludru berwarna hitam yang ditaburi bunga-bunga berwarna emas. Di leher terdapat kalung yang beragam bentuk. Di bahu disandang kain selendang. Di pergelangan tangan terdapat gelang emas besar. Tutup kepala yang digunakan anak daro pada gambar 28 disebut takuluak tanduak. Takuluak tanduak adalah tutup kepala dari bahan kain yang dilipat menjulang ke atas seperti tanduk. Di belakang kedua pengantin terdapat pelaminan yang dihiasi dengan pernak-pernik beragam warna termasuk langit- langit dan dinding yang diberi tabir. i. Manjalang Sesudah upacara pada hari pertama maka hari berikutnya atau beberapa hari setelah acara perkawinan, dilakukan acara perkenalan antara kedua keluarga. Biasanya keluarga laki-laki dan perempuan dari marapulai berkunjung ke rumah anak daro. Di samping itu juga anak daro mengunjungi rumah-rumah anggota kerabat marapulai yang prosesinya diantar oleh beberapa keluarga dekat. j. Makan bali Beberapa hari sesudah pesta perkawinan marapulai atau kelu arga asalnya mengantarkan bahan makanan mentah ke rumah anak daro. Bahan ini disebut bali-bali. Bali-bali biasanya berupa ikan basah. Ada juga bali-bali yang diganti dengan uang dengan atuiran keluarga anak daro yang berbelanja. Semua bahan makanan dimasak, digunakan untuk menjamu kerabat dari marapulai. Acara ini disebut makan bali atau makan bali-bali. Sesudah menikah, seorang laki-laki akan menetap bersama keluarga istri. Sesudah marapulai dijemput untuk dibawa ke rumah istrinya, marapulai menetap di rumah istrinya. Sejak itu ia menjadi anggota baru dalam keluarga istri.

2. Upacara Batagak Gala