Khatam Al Qur’an Sunatanadat Sunat Rasul

satu dulang yang berisi makanan, alat untuk memanisi bayi, gunting kecil dan satu gelas air putih. Setelah semua perangkat adat ini tersedia, bayi dimandikan dengan air bunga oleh keluarga kedua belah pihak. Kemudian bayi dipangku oleh salah satu keluarga bako wanita yaitu adik dari ayah ibu bayi. Wanita harus memakai pakaian adat lengkap, duduk di atas pelaminan bersama keluarga dan ninik mamak. Upacara pengguntingan rambut dimulai dari ayah si bayi, pada saat itu kepala si ayah harus bertudung sareh yaitu kain selendang dan bermacam- macam kain lainnya. Beberapa keluarga lain juga ikut dalam upacara gunting rambut. Jumlah orang yang menggunting harus ganjil, 7 sampai 9 orang lelaki dan perempuan. Guntingan rambut bayi diletakkan di atas daun bira yang telah disediakan. Setelah acara potong rambut selesai, dilanjutkan acara memanisi oleh kaum ibu dari keluarga kedua belah pihak. Bibir bayi diolesi gulungan sirih yang lebih dahulu disentuhkan pada makanan di dulang. Prosesi ini dilakukan sambil berpantun. Dalam upacara turun mandi terdapat larangan yang perlu dipatuhi. Isi pantangan diantaranya adalah tidak boleh berjalan cepat-cepat pada waktu mengiringi bayi ke tepian sungai. Tidak boleh berbicara keras-keras atau bersorak di tepian sungai.. Di samping itu, bayi tidak boleh dibawa keluar rumah sebelum acara turun mandi. ibu tidak boleh melangkahi sapu. Tidak boleh membawa putung api keluar rumah. Adanya berbagai larangan adalah diyakini bisa mendatangkan bahaya terhadap si bayi

4. Khatam Al Qur’an

Upacara yang diadakan dalam rangka merayakan selesainya seseorang dalam membaca dan mengkaji Al Qur’an. Dulu acara ini rutin dilaksanakan dengan mengarak anak yang telah khatam keliling nagari dengan diiringi suara alat-alat musik talempong, saluang, dan alat lainnya. Pakaian yang digunakan anak-anak peserta khatam adalah jubah dan sorban bagi laki-laki dan baju kurung putih serta penutup kepala bagi perempuan.

5. Sunatanadat Sunat Rasul

Sunat Rasul adalah upacara sunatan atau khitanan untuk anak lelaki sedangkan untuk anak perempuan disebut basatan. Umumnya basatan hanya dilaksanakan secara agama dan disatukan dengan upacara turun mandi. Basatan dimulai setelah dimandikan, setelah itu dilaksanakan upacara potong rambut. Upacara sunatan untuk buyung anak lelaki dilakukan jika sudah cukup umur dan dilaksanakan oleh keluarga bako. Anak lelaki dijemput oleh beberapa orang dari pihak laki-laki dengan mengenakan pakaian kebesaran adat dan didudukkan di pelaminan, dengan sepasang bungo setangkai di depannya. Dulang berisi lauk pauk ditutup dengan tudung saji dan dulamak yang bersuji antakesuma . Upacara adat ini disaksikan oleh ninik mamak dari kedua belah pihak. Setelah pihak keluarga makan, disiapkan antaran yang berfungsi untuk membawa si buyung kembali ke rumah ibunya. Isi antaran adalah bungo setangkai, makanan, beras dalam bakul, sesisir pisang, dan pemberian sapi, kerbau, kambing, atau ayam menurut kemampuan bakonya. Di rumah ibunya, arak-arakan ini disambut dengan beras kuning, kemudian dilakukan upacara adat seperti di rumah keluarga bakonya. Setelah makan bersama dengan seluruh keluarga, kemudian buyung dimandikan dengan air bunga oleh kedua orang tua dan ninik mamak nya. Setelah upacara sunat rasul, buyung dijaga secara bergilir oleh keluarganya. Hal ini dinamakan berjaga-jaga sampai tujuh hari tujuh malam, sambil berdzikir, bercerita dalam pantun, syair dan sajak. Sunatan bertujuan untuk mengukuhkan keIslaman seorang anak. Maksud lain adalah untuk menandai kedewasaan anak. Diharapkan dengan sunatan, anak tersebut mampu menghadapi lingkungan masyarakat. Selama melaksanakan acara adat sunat rasul, anak harus menghindari beberapa laranngan seperti: anak tidak boleh melangkahi sapu, tidak boleh memakan ikan dan telur, tidak boleh menginjak tahi ayam, makanan anak haruslah yang kering dan anak tidak boleh tidur miring. Larangan tersebut dimaksudkan untuk mendidik anak terbiasa hidup bersih. Larangan yang lain adalah dilarang memakan telur dan ikan serta memakan makanan yang kering, tujuannya agar luka sunat cepet kering.

4. Hubungan Kekerabatan sebagai Identitas Regional Kabupaten Tanah Datar