ialah bahasa orang sepergaulan atau seusia. Kata mendaki ialah bahasa orang kecil kepada yang lebih tinggi kedudukannya. Kata menurun ialah kata yang orang
yang lebih tinggi kepada orang kecil. Kata melereng adalah bahasa orang yang saling segan menyegani, baik karena hubungan kekerabatan ataupun karena
hubungan jabatan. Dalam kata melereng inilah biasa peribahasa atau sindiran digunakan Depdikbub, 1983. Perbedaan antara keempat jenis tersebut hanyalah
dalam batas kesopanan seperti menggunakan istilah bapak, adik, beliau, tuan, mamak, dan lain-lain.
Pada bahasa Minang tidak terdapat perbedaan kelas bahasa seperti di Jawa yang mengenal kelas atas, kelas tengah dan kelas bawah. Oleh karena itu pada
bahasa Minang kata-kata makan sama saja bagi setiap orang, demikian kata benda dan kata kerjanya. Susunan bahasa biasanya sama seperti bahasa Indonesia
dengan urutan pokok kalimat, predikat dan obyek. Terdapat dua macam seni bahasa yang khas Minangkabau, bahasa
berirama dan pantun. Pengertian pantun termasuk pula sesomba, talibun , pepatah dan petitih. Pantun adalah perumpamaan, mengambil perbandingan pada peristiwa
atau suatu kejadian yang dihubungkan dengan alam. Misalnya, gajah mati tulang batimbun yang artinya orang besarberpangkat tinggi jika mati maka banyak harta
pusaka yang ditinggalkan. Bahasa berupa sajak berirama atau berpantun tidak hanya dipakai dalam komunikasi sehari-hari tetapi juga digunakan dalam upacara
adat tertentu, seperti upacara kematian, upacara perkawinan, upacara pengangkatan penghulu dan lain-lain.
2.8. Sistem Kekerabatan
Masyarakat Minangkabau terdiri dari suku-suku. Suku utama terdiri dari Bodi, Caniago, Koto dan Piliang. Suku-suku utama tersebut kemudian terpecah-
pecah lagi menjadi suku-suku baru misalnya Sikumbang, Pisang, Jambak, Melayu dan lain -lain. Pada masyarakat Minang, keluarga luas lebih populer, keluarga ini
tinggal di rumah gadang. Keluarga ini terdiri dari nenek ditambah dengan anak- anak dan cucu-cucunya. Peke rjaan dilaksanakan secara bersama di bawah
koordinasi mamak tunganai. Yang menjadi mamak tunganai adalah anggota keluarga laki-laki tertua.
Gabungan dari keluarga luas akan membentuk klen kecil yang disebut paruik atau kaum yang terikat oleh prinsip matrilineal. Gabungan dari klan besar
disebut kampung atau payuang. Didalam pergaulan terdapat terdapat aturan sopan santun yang harus dijaga yaitu nan ketek disayangi, nan gadang dihormati, samo
gadang dibao baiyo yang artinya yang kecil disayangi yang besar dihormati dan sesama besar dibawa musyawarah.
Hubungan kekerabatan mamak dengan kemenakan adalah hubungan seorang anak dengan saudar laki-laki ibunya. Hubungan antara mamak dan
kemenakan sangat dekat sekali. Kemenakan adalah pewaris pusaka harta ataupun pusaka gelar. Hubungan kekerabatan ibu dan anak dengan hubungan kemenakan
dengan mamak merupakan hubungan tali darah menurut garis keturunan ibu. Sistem kekerabatan ini disebut juga dengan sistem matrilineal.
Hubungan Sumando dengan Pasumandan adalah hubungan kekerabatan antara anggota laki-laki sebuah kaum dengan seorang laki-laki yang menjadi
suami saudara perempuan mereka Hubungan Minantu dan Mintuo adalah hubungan antara menantu dan
mertua. Mintuo di Minangkabau lebih ditekankan kepada pihak perempuan, yaitu perempuan yang menjadi istri dari anak.
Hubungan Kekerabatan antara Bako dan Anak pisang adalah hubungan kekerabatan antara bako dan anak pisang yaitu hubungan kekerabatan antara
seorang anak dengan saudara-saudara perempuan bapaknya atau hubungan perempuan dengan anak saudara laki-lakinya. Hubungan kekerabatan Suku atau
Sako adalah hubungan yang bersumber dari matrilineal, yaitu menempattkan saudara yang sepertalian darah menurut garis keturunan ibu sebagai kerabat.
2.9. Sistem Hukum