Materi Sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok Jaring-jaring Bangun Ruang Kubus dan Balok

19 kompetensi dasar menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Materi sifat dan jarring-jaring kubus dan balok menggunakan 7 jam pelajaran di semester 2. Dalam pembelajaran materi sifat dan jaring-jaring kubus dan balok akan menerapkan model make a match. Materi sifat dan jaring-jaring kubus dan balok di kelas V semester 2 dirangkum sebagai berikut:

2.1.6.1 Materi Sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Sisi bangun ruang adalah bidang permukaan yang membatasi bangun ruang tersebut. Rusuk adalah garis lurus atau lengkung yang merupakan perpotongan dua sisi. Titik sudut adalah titik yang merupakan perpotongan beberapa rusuk. 1. Kubus Bangun kubus mempunyai 6 sisi, 8 titik sudut, dan 12 rusuk. Semua sisi kubus bentuknya persegi, sehingga panjang tiap rusuknya sama. 2. Balok Bangun balok mempunyai 6 sisi, 8 titik sudut, dan 12 rusuk. Sisi balok dapat berbentuk persegi dan persegi panjang. Rusuk balok terdiri dari panjang p, lebar l, dan tinggi t sehingga memungkinkan ketiganya memiliki ukuran yang berbeda-beda. 20

2.1.6.2 Jaring-jaring Bangun Ruang Kubus dan Balok

Jaring-jaring kubus dan balok merupakan bentuk kerangka yang jika disatukan akan membentuk bangun ruang kubus dan balok. Berikut yang merupakan jaring-jaring kubus dan balok dan yang bukan: 1. Kubus jaring-jaring kubus bukan jaring-jaring kubus 2. 2.1.7 12 perk berk perh tema Balok 7 Karak Umur tahun m kembangan kelompok, hatian utam an sebaya kteristik P peserta di merupakan n tertent usia krea ma peserta sebagai a b Perkemba idik di SD n usia d tu. Karak atif, dan u a didik ya anggota ke jaring-jar bukan jarin angan Pe D berkisar dimana p kteristik usia berma ang tertuju elompokn ring balok ng-jaring eserta did r antara 6 peserta di perkemba ain. Usia b u pada ke nya. Peser k balok dik SD sampai 12 idik mem angan te berkelomp inginan d rta didik b 2 tahun. U mpunyai ersebut m pok dibuk diterima de berusaha m Usia 6 sam karakteri meliputi ktikan den engan tem menyesuai 21 mpai istik usia ngan man- ikan 22 diri dengan standar yang berlaku dalam kelompok misalnya dalam berbicara, penampilan, berpakaian, dan berperilaku. Usia kreatif merupakan usia peserta didik dimana masih memerlukan bimbingan dan dukungan dari guru sehingga berkembang menjadi tindakan kreatif yang positif, orisinal dan tidak hanya menirukan peserta didik yang lain. Karakteristik yang ketiga yaitu usia bermain, karena minat dan kegiatan bermain peserta didik semakin meluas dengan lingkungan yang lebih bervariasi. Peserta didik melakukan kegiatan bermain tidak lagi hanya di lingkungan keluarga dan teman sekitar rumah saja. Kegiatan bermain peserta didik kemudian meluas ke lingkungan dan teman-teman di sekolah Kurnia 2007: 1.20. Ketiga karakteristik di atas dapat dijadikan pertimbangan bagi guru dalam membelajarkan pelajaran dalam kelas. Guru harus berinovasi untuk menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik terutama dalam pembelajaran matematika di SD. Guru harus mampu menyajikan pembelajaran yang memperhatikan karakteristik peserta didik SD. Pendapat Heruman 2007: 1 melengkapi pernyataan di atas dengan pernyataannya yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika yang abstrak memerlukan alat bantu berupa media, alat peraga yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Kedua pendapat ini menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika diberikan dengan menarik, memahami karakteristik peserta didik yang senang berkelompok, senang berkreasi dan senang bermain tanpa melupakan alat bantu berupa media atau alat peraganya. Kesemuanya itu akan lebih lengkap dengan penggunaan strategi pembelajaran misalnya model pembelajaran yang variatif. 23

2.1.8 Model Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

KEEFEKTIFAN MODEL WORD SQUARE DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI UANG TEMA PERMAINAN PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 PEPEDAN PURBALINGGA

2 24 268

KEEFEKTIFAN MODEL MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN PEMAHAMAN PANTUN PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGJATI KABUPATEN BAJARNEGARA

3 36 288

KEEFEKTIFAN PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI PESAN MELALUI TELEPON DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 PURBALINGGA KIDUL

0 26 352

PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MANGKUKUSUMAN

11 133 334

KEEFEKTIFAN MODEL PICTORIAL RIDDLE DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KARANGMANYAR KABUPATEN PURBALINGGA

8 59 222

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang

0 32 299

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE-A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR.

0 2 5

MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN WRITING DI KELAS V SEKOLAH DASAR

0 1 12