Kerangka Berpikir Hipotesis KAJIAN PUSTAKA

32 guru, sehingga peserta didik cenderung pasif dalam pembelajaran matematika. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 18 peserta didik dengan nilai rata- rata awal 33,12, setelah dilakukan siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 54,12, siklus II nilai rata-ratanya peserta didik menjadi 75. Hai ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar menggunakan model make a match. Berdasarkan permasalahan yang didukung data empiris yang memiliki kesamaan latar belakang, kesamaan mata pelajaran matematika, dan persamaan model pembelajaran tersebut dibutuhkan pembaharuan proses pembelajaran matematika di SD. Salah satu upaya pembaharuan yang dapat dilakukan yaitu dengan memperbaiki proses pembelajaran menggunakan model yang lebih tepat yang menyebabkan peserta didik aktif dan senang dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan model-model yang dapat menjadi acuan untuk perbaikan pembelajaran matematika, salah satunya yaitu model kooperatif tipe make a match.

2.3 Kerangka Berpikir

Matematika adalah mata pelajaran yang bersifat eksak yang diajarkan di SD. Pembelajaran di SD seringkali menggunakan model konvensional dengan metode ceramah dalam menanamkan konsep yang bersifat eksak sedangkan peserta didik pada usia SD membutuhkan pembelajaran dengan benda konkret. Peserta didik membutuhkan pembelajaran matematika yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang senang bermain dan disertai memunculkan benda konkret, karena matematika merupakan ilmu yang abstrak sehingga matematika sulit untuk dipahami peseta didik SD. 33 Salah satu cara agar matematika mudah dipahami peserta didik yaitu dengan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Penerapan pembelajaran matematika yang bermakna dapat diperoleh dengan cara penggunaan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran perlu dipertimbangkan oleh guru sesuai dengan materi yang diajarkan. Contoh dari penerapan strategi pembelajaran yaitu penggunaan model pembelajaran make a match pada materi sifat dan jaring- jaring kubus dan balok. Pembelajaran dengan model ini memunculkan kartu-kartu yang memuat benda konkret dari materi sifat dan jaring-jaring kubus dan balok. Kartu-kartu inilah yang akan memudahkan peserta didik dalam pembelajaran sehingga mendapatkan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran make a match mengajak peserta didik untuk turun langsung dalam mencari pasangan kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban. Kegiatan yang dilakukan peserta didik ini melatih peserta didik untuk menemukan pengetahuan yang sedang diberikan oleh guru. Alasan di atas, mengarahkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match sebagai model pembelajaran yang dikatakan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi sifat dan jaring-jaring kubus dan balok, dan efektif dalam proses belajar mengajar di kelas dibandingkan dengan yang tidak menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru 34 didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data Sugiyono 2010: 96. Mengacu pada landasan teori dan kerangka berpikir, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: 1 : Rerata aktivitas belajar peserta didik dengan penggunaan model make a match tidak lebih baik dari pada rerata aktivitas belajar yang menggunakan pembelajaran model konvensional. 2 : Rerata aktivitas belajar peserta didik dengan penggunaan model make a match lebih baik dari pada rerata aktivitas belajar yang menggunakan pembelajaran model konvensional. 3 : Rerata hasil belajar peserta didik dengan penggunaan model make a match tidak lebih baik dari pada rerata hasil belajar yang menggunakan pembelajaran model konvensional. 4 : Rerata hasil belajar peserta didik dengan penggunaan model make a match lebih baik dari pada rerata hasil belajar yang menggunakan pembelajaran model konvensional. 35

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan kajian ketiga dalam penelitian. Pada metodologi penelitian memuat tentang populasi dan sampel, desain penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan metode analisis data. Pembahasan lebih mendalam mengenai metodologi penelitian akan diuraikan dalam penjelasan dibawah ini.

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian ini melibatkan seluruh peserta didik kelas V SD Negeri 1 Purbalingga Kidul. Kelas V yang digunakan merupakan tiga kelas paralel. Tiga kelas paralel tersebut terbagi menjadi kelas V A, kelas V B, dan kelas V C. Populasi dan sampel dalam penelitian ini akan dijelaskan selengkapnya sebagai berikut:

3.1.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono 2011: 80. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Purbalingga Kidul Kabupaten Purbalingga. Anggota populasi terdiri dari tiga kelas yaitu kelas paralel sebanyak 80 peserta didik. Pembagian peserta didik kelas V sebagai berikut: 1 kelas V A dengan jumlah 27 peserta didik,

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

KEEFEKTIFAN MODEL WORD SQUARE DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI UANG TEMA PERMAINAN PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 PEPEDAN PURBALINGGA

2 24 268

KEEFEKTIFAN MODEL MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN PEMAHAMAN PANTUN PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGJATI KABUPATEN BAJARNEGARA

3 36 288

KEEFEKTIFAN PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI PESAN MELALUI TELEPON DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 PURBALINGGA KIDUL

0 26 352

PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MANGKUKUSUMAN

11 133 334

KEEFEKTIFAN MODEL PICTORIAL RIDDLE DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KARANGMANYAR KABUPATEN PURBALINGGA

8 59 222

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang

0 32 299

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE-A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR.

0 2 5

MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN WRITING DI KELAS V SEKOLAH DASAR

0 1 12